Sound Horeg: Saat Seni Berbenturan dengan Kerugian dan Gangguan Warga
Salah satu sajian sound horeg.-Istimewa-
JAKARTA, DISWAY.ID-- Fenomena 'sound horeg' yang populer di beberapa daerah, khususnya Jawa Timur, belakangan ini semakin menjadi sorotan.
Bukan lagi sekadar suara bising, namun dampak fisiknya yang merusak seperti rusaknya bangunan rumah warga dan gangguan serius akibat kebisingan ekstrem, memunculkan pertanyaan fundamental.
Apakah ini bisa disebut sebagai seni dan budaya baru di Indonesia? Para pakar seni dan budaya angkat bicara menanggapi dampak merugikan yang ditimbulkan.
Dr. Nurul Hikmah, Sosiolog Komunikasi dari Universitas Indonesia, dengan tegas menyatakan bahwa klaim 'seni dan budaya baru' untuk sound horeg yang merusak dan merugikan perlu ditinjau ulang secara serius.
"Seni dan budaya, dalam esensinya, seharusnya memberikan nilai tambah, keindahan, dan kemaslahatan bagi masyarakat. Ketika ada elemen yang menyebabkan kerusakan fisik pada properti warga, apalagi sampai menghancurkan bangunan,
BACA JUGA:Waspada Leptospirosis di Musim Hujan, Kenali Gejala Penyakit Kencing Tikus
BACA JUGA:Sindiran Vietnam Usai Indonesia All Star Dibabat: Tanpa Diaspora, Mereka Hanya Sekelas Kamboja!
Serta menimbulkan gangguan kebisingan yang parah hingga merugikan kesehatan, itu sudah di luar ranah seni yang positif," tegas Dr. Nurul saat dihubungi oleh tim redaksi Disway.id, Senin 7 Juli 2025.
Menurutnya, jika sebuah praktik budaya mulai menimbulkan dharar (kemudaratan) yang begitu nyata dan merugikan orang banyak, maka ia kehilangan justifikasi sebagai ekspresi budaya yang luhur.
"Meskipun ada unsur kreativitas dalam perakitan sound system, namun dampaknya yang destruktif menempatkannya pada posisi yang sulit untuk dipertahankan sebagai bagian dari budaya yang patut dilestarikan atau dikembangkan," tambahnya.
BACA JUGA:Update Gunung Lewotobi Laki-Laki Meletus Dahsyat, Bandara Komodo Masih Ditutup Sementara
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
