bannerdiswayaward

Para Akademisi Optimistis Koperasi Merah Putih Jadi Simbol Kebangkitan Ekonomi Gotong Royong di Indonesia

Para Akademisi Optimistis Koperasi Merah Putih Jadi Simbol Kebangkitan Ekonomi Gotong Royong di Indonesia

Para akademisi angkat bicara terkait peresmian Koperasi Merah Putih (KMP) di 80.000 titik. --Istimewa

 

JAKARTA, DISWAY.ID - Para akademisi angkat bicara terkait peluncuran Koperasi Merah Putih (KMP).

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto meluncurkan kopdes di Desa Bentangan, Klaten, Jawa Tengah, sebagai gerakan nasional yang bertujuan membangun kemandirian ekonomi desa melalui pendekatan koperasi modern berbasis kewirausahaan.

Dengan target pembentukan 80.000 Koperasi Desa dan Kelurahan Merah Putih di seluruh Indonesia, program ini tidak hanya fokus pada penguatan ekonomi, tetapi juga menjadi wadah pendidikan koperasi dan perlindungan hukum bagi Kepala Desa/Lurah sebagai garda terdepan pelaksana di lapangan.

Dr. Rachma Fitriati, M.Si., M.Si. (Han), Ketua Tim Riset Multidisiplin Koperasi Merah Putih Skema Penelitian Terapan Kemdikbudristek 2025, menekankan bahwa keberhasilan KMP bergantung pada transformasi pola pikir masyarakat desa.

"Koperasi harus dibangun dari bawah dengan prinsip demokrasi ekonomi yang melibatkan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat, termasuk perempuan, pemuda, dan kelompok marjinal," ujarnya kepada wartawan. 

BACA JUGA:Keunggulan Koperasi Merah Putih Menurut Prabowo: Gudang Desa hingga Klinik Rakyat

Untuk mewujudkan hal ini, tiga perguruan tinggi terkemuka—Universitas Indonesia (UI), Politeknik STIA LAN, dan Institut Teknologi PLN (ITPLN)—berkomitmen mendukung Pemerintah melalui harmonisasi dan sinkroniasi regulasi UU Perkoperasian, UU Desa dan UU P2SK (khusus untuk Koperasi Simpan Pinjam), program pelatihan akuntansi koperasi, pengembangan kurikulum koperasi digital, serta riset-riset tentang kelembangaan dan daya saing dan keberlanjutan koperasi untuk pemberdayaan masyarakat desa.

Mengingat, menurut Guru Besar Sosiologi FISIP Universitas Indonesia, Prof. Dr. Gumilar Rusliwa Somantri mengatakan, “secara sosiologis, koperasi seharusnya menjadi wadah bagi anggotanya untuk memenuhi kebutuhan bersama, meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta berkontribusi pada pembangunan masyarakat.”

Koperasi juga seharusnya menjadi penggerak ekonomi kerakyatan yang berlandaskan pada prinsip kebersamaan, gotong royong, dan prinsip-prinsip koperasi lainnya, jadi bukan hanya bersifat bottom-up.

Untuk itu, Gumilar mengingatkan bahwa pendekatan kolaboratif lintas institusi dan lintas generasi menjadi prasyarat keberhasilan transformasi ekonomi melalui koperasi.

"BUMDes dan koperasi memiliki tujuan yang sama dalam memberdayakan masyarakat desa. Namun, tanpa payung hukum yang harmonis dan sinkron, potensi kolaborasi di antara keduanya dapat berubah menjadi persaingan yang kontraproduktif," ucap Gumilar Rektor UI Tahun 2007-2012.

BACA JUGA:Keunggulan Koperasi Merah Putih Menurut Prabowo: Gudang Desa hingga Klinik Rakyat

Analis kebijakan ahli utama Kementerain Dalam Negeri, Dr. Nata Irawan, menilai tantangan regulasi menjadi prioritas.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads