Viral Momen Gibran Tak Salami AHY hingga Cak Imi, Pengamat: Tidak Ing Ngarso Sung Tulodo!
Sebuah video yang merekam Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tak menyalami Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat Upacara Gelar Pasukan di Batujajar, Bandung Barat-Se-
JAKARTA, DISWAY.ID - Pengamat angkat bicara soal viralnya momen Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tidak menyalami sejumlah menteri saat Upacara Gelar Pasukan di Batujajar, Bandung Barat, tengah viral di media sosial.
Momen tersebut memunculkan spekulasi tentang ketidakharmonisan internal dalam kabinet pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Dalam video tersebut, Gibran terlihat naik ke panggung utama tanpa menyapa atau menyalami beberapa pejabat negara, termasuk Kemenko IPK, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menko PMK Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dan Menko Perekonomian Zulkifli Hasan (Zulhas).
Menanggapi insiden ini, pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Profesor Lili Romli, memberikan analisisnya. Ia menyebutkan ada dua kemungkinan terkait sikap Gibran yang tidak menyalami para menteri tersebut.
“Tidak ada salaman Gibran dengan para menteri tersebut, ada dua kemungkinan, yaitu tidak sengaja karena fokus salaman dengan Pak Dasco dan Jaksa Agung sehingga lupa salaman dengan yang lain. Atau memang sengaja tidak mau salaman dengan para menteri," katanya saat dikonfirmasi, Selasa 12 Agustus 2025.
BACA JUGA:Bahlil Buka Suara Soal Gibran Tak Salami Dirinya: Salah Ambil Gambar Itu
Ia menegaskan bahwa sikap ini bisa dimaknai dari dua sudut pandang politik
“Pertama, wapres menempatkan diri sebagai atasan sehingga tidak harus salaman dengan bawahan. Yang menyalami harusnya para menteri dengan datang menyambut wapres. Jika seperti ini masih kental sikap feodalisme, suatu sikap dan laku yang tidak baik dalam era modern seperti ini," jelasnya.
“Kedua, menggap para menteri tersebut dianggap sebagai rival politiknya. Seperti diketahui AHY pernah disebut oleh Pak Prabowo berpeluang untuk maju pada 2029 dan kerap mendapat tugas kenegaraan dari presiden. Hubungan sesama orang tuanya juga tampak ada rivalitas," sambungnya.
Selain itu, ia menyoroti kemungkinan sisa ketegangan politik pasca Pilpres 2024.
"Sedang Cak Imin bisa jadi residu dari kompetisi pilpres. Seperti diketahui, dalam debat cawapres keduanya saling menyerang secara terbuka. Sementara dengan Pak Zulhas bisa jadi karena partai akan mencalonkan kembali Pak Prabowo tanpa menyebut Gibran sebagai cawapresnya," katanya.
BACA JUGA:Viral Video Gibran Tak Salami AHY, Puan: Jangan Berspekulasi, Berpikirlah Positif
Ia juga menyoroti pentingnya etika politik dalam momen publik, terutama oleh pejabat tinggi negara.
"Apapun alasan atau faktor tidak salaman Gibran dengan para menteri, sebagai pejabat politik yang hadir dalam acara publik cenderung dimaknai dan ditafsirkan secara politik dan etika politik," terangnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
