Prevalensi Rentan Kanker Sampai 1 Persen, Wanita Ternyata Lebih Takut Periksa Kesehatan

Prevalensi Rentan Kanker Sampai 1 Persen, Wanita Ternyata Lebih Takut Periksa Kesehatan

Kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks) secara konsisten menempati urutan teratas sebagai jenis kanker yang paling banyak menyerang perempuan di Indonesia.-Disway/Hasyim Ashari-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Prevalensi penyakit kanker di Indonesia menunjukkan angka yang mengkhawatirkan, dengan data terbaru mengindikasikan bahwa sekitar 1 dari 100 penduduk berisiko terkena kanker.

Ironisnya, di tengah ancaman ini, sebuah fenomena sosial muncul ke permukaan: banyak wanita yang justru merasa lebih takut dan enggan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, sebuah langkah krusial untuk deteksi dini.

BACA JUGA:PSSI Serahkan Aksi Anarkis Pendukung PSIM Saat Laga Melawan Persib ke I League

BACA JUGA:FC Utrecht Umumkan Miliano Jonathans Bela Timnas Indonesia, Alasan 'Prince of Depok' Pilih Garuda Mengharukan

Presiden Direktur, David Utama mengungkapkan  prevalensi kanker secara umum terus menjadi perhatian serius bagi sistem kesehatan nasional. 

Kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks) secara konsisten menempati urutan teratas sebagai jenis kanker yang paling banyak menyerang perempuan di Indonesia.

Padahal, kedua jenis kanker ini memiliki tingkat kesembuhan yang sangat tinggi jika ditemukan pada stadium awal.

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan adanya paradoks. Meskipun menjadi kelompok yang lebih rentan terhadap beberapa jenis kanker mematikan, wanita sering kali menghadapi hambatan psikologis yang lebih besar untuk memeriksakan diri.

BACA JUGA:GM Luncurkan 2 Helm Baru, Open Face Aerodinamis GM GII dan Helm Hijab GM Love, Harga Mulai Rp 300 Ribuan

BACA JUGA:Essay Contest Beswan Djarum: Bukti Gen Z Peka pada Isu Sosial dan Solutif

"Bukan hanya dilakukan sebagai screening gratis termasuk panduannya, edukasinya. Kebanyakan orang nggak usah deh saya takut malah kalau ketawa. Saya bilang kalau sudah ada di dalamnya, you nggak lakukan sekarang, akan muncul di kemudian hari," ujar David kepada wartawan, Selasa 26 Agustus 2025.

Menurutnya, ketakutan ini dipicu oleh berbagai faktor. Stigma sosial terhadap penyakit kanker, kekhawatiran akan biaya pengobatan yang mahal, 

Hingga rasa cemas membayangkan dampak penyakit terhadap keluarga menjadi beberapa alasan utama wanita menunda atau bahkan menghindari skrining kesehatan.

"Bagi seorang wanita, terutama yang berperan sebagai ibu atau tulang punggung keluarga, diagnosis kanker bisa terasa seperti vonis yang akan meruntuhkan segalanya. Ketakutan ini nyata dan harus kita pahami untuk bisa memberikan solusi," tutur David.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads