bannerdiswayaward

Anak Indonesia Butuh Gizi Ruhani, Bukan Jasmani Saja

Anak Indonesia Butuh Gizi Ruhani, Bukan Jasmani Saja

Budi Rahman Hakim, Ph.D:Program Makan Bergizi Gratis (MBG) jadi salah satu wacana paling ramai belakangan ini. Pemerintah menyiapkan anggaran raksasa untuk memastikan anak-anak sekolah dari Sabang sampai Merauke bisa makan layak.-dok disway-

JAKARTA, DISWAY.ID - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) jadi salah satu wacana paling ramai belakangan ini. Pemerintah menyiapkan anggaran raksasa untuk memastikan anak-anak sekolah dari Sabang sampai Merauke bisa makan layak.

Tujuannya jelas: mengatasi masalah gizi buruk, memperbaiki kualitas fisik generasi bangsa.

Semua sepakat ini langkah maju. Tapi, apakah cukup hanya dengan nasi, lauk, dan susu?

Itulah pertanyaan yang diajukan Budi Rahman Hakim, MSW., Ph.D., akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus praktisi tasawuf sosial.

Ia mengingatkan: jangan hanya sibuk soal kalori dan vitamin. Ada yang tak kalah penting—bahkan lebih menentukan: gizi ruhani.

BACA JUGA:Tandatangan MoU, Bogasari Dukung Mutu Pendidikan SMKN 3 Kediri

BACA JUGA:Generasi Anti Galbay: Edukasi Finansial untuk Masa Depan yang Lebih Sehat

“Bangun raga itu penting. Tapi jangan lupa bangun jiwa. Bukankah dalam lagu Indonesia Raya kita diajarkan ‘Bangunlah jiwanya, lalu bangunlah badannya’?” kata Budi, membuka obrolan bersama Disway.id.

Dari Purwakarta ke Dunia

Nama Budi Rahman Hakim mungkin belum terlalu akrab di telinga publik luas, tapi kiprahnya panjang. Lahir di Purwakarta, 21 Oktober 1976. Pendidikan sarjananya ia tempuh di IAIN Jakarta, lulus dengan predikat summa cum laude.

Lalu ia melanglang buana. Meraih BSW dan MSW di McGill University, Kanada dengan capaian akademik nyaris sempurna (GPA 4.0). Gelar doktornya ia tuntaskan di Tilburg University, Belanda. Disertasinya membedah neosufisme, bukan sekadar sebagai ritual, tapi sebagai energi sosial untuk perubahan.

Dari pesantren hingga kampus global, ia membangun jembatan antara tradisi dan modernitas.

“Jangan sampai kita sibuk menghitung kalori tapi lupa menanamkan adab. Anak-anak kenyang perutnya, tapi kosong hatinya. Itu bahaya jangka panjang,” tegasnya.

BACA JUGA:Pengkuan Sepihak Yudhistira Soal Ketua IWO Bisa Berbuntut Pidana

BACA JUGA:5 Ide Interior Rumah Minimalis dengan Dapur Terbuka Tipe 36

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads