Wacana Wajib Bensin Etanol Heboh! Pakar IPB Bongkar 5 Fakta Mengejutkan: Bahaya Korosi hingga Peluang Untung Petani
Indonesia Ikuti Jejak Dunia, Pertamina Dorong Pemakaian Etanol di BBM untuk Tekan Emisi.-Humas Pertamina-
JAKARTA, DISWAY.ID – Kebijakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mewajibkan penggunaan campuran bahan etanol 10 persen (E10) pada seluruh produk bensin di Indonesia menuai pro dan kontra.
Rencana yang diatur untuk mempercepat transisi energi ini menimbulkan perdebatan, terutama terkait kualitas bahan bakar dan kesiapan infrastruktur.
Keputusan ini menjadi perbincangan hangat dalam beberapa minggu terakhir. Kekhawatiran utama adalah potensi penurunan mutu Bahan Bakar Minyak (BBM) seiring penambahan etanol.
BACA JUGA:Rencana Penggunaan Etanol dalam BBM Ditolak BP dan Vivo, Pertamina Jelaskan Hal Ini
Menanggapi wacana ini, Dosen Teknik Mesin dan Biosistem IPB University, Dr. Leopold Oscar Nelwan, menilai kebijakan wajib E10 adalah langkah menarik dengan ragam aspek.
Ia menyebut, produk bensin berbasis bioetanol sebenarnya sudah hadir di pasar melalui Pertamax Green 95 dari Pertamina yang memiliki kandungan bioetanol 5 persen (BBM Bensin E5).
Menurut Dr. Leopold, kewajiban E10 memiliki potensi keunggulan signifikan, terutama dalam mendukung strategi nasional menuju net zero emission dan peningkatan proporsi energi terbarukan.
"Jika dilakukan dengan bijak, potensi pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) tentu dapat benar-benar diwujudkan," ujar Dr. Leopold melalui siaran persnya, dikutip Sabtu (11/10)
Namun, ia menekankan bahwa keberhasilan pengurangan emisi sangat bergantung pada praktik budi daya bahan baku dan proses industri pengolahan bioetanol.
BACA JUGA:Heboh Soal Pertalite Campur Etanol, Pertamina: Tidak Sesuai Fakta!
Saat ini, sumber utama masih didominasi biomassa generasi pertama (penghasil gula dan pati) yang masih bersaing dengan kebutuhan pangan.
Oleh karena itu, pengembangan bahan baku disarankan beralih ke biomassa generasi kedua yang tidak berkompetisi dengan pangan.
Selain aspek lingkungan, E10 juga berpotensi mengembangkan industri bioetanol domestik, menyerap tenaga kerja, dan memperkuat rantai pasok yang melibatkan petani.
"Apabila bioetanol bisa diproduksi sepenuhnya di dalam negeri, kemandirian energi Indonesia akan semakin tangguh," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
