Geger! Nama Pelaku Terorisme Masjid Selandia Baru dan Kanada Terukir di Senjata Pelaku Ledakan SMAN 72, Begini Kata Pengamat
Polisi menemukan sebuah senjata mainan bertuliskan nama Brenton Tarrant di lokasi ledakan SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, pada Jumat, 7 November 2025-Istimewa-
JAKARTA, DISWAY.ID -- Polisi menemukan sebuah senjata mainan bertuliskan nama Brenton Tarrant di lokasi ledakan SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, pada Jumat, 7 November 2025.
Sebagai informasi, Brenton Tarrant bertnggung jawab penembakan massal di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada 15 Maret 2019 silam.
Serangan kejam dan tidak manusiawi tersebut mengakibatkan 51 jemaah Muslim meninggal dunia.
BACA JUGA:Wakili Indonesia, PLN Icon Plus Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards 2025
BACA JUGA:RS Yarsi dan RS Islam Jakarta Dirikan Posko Pelayanan, Tangani Korban Ledakan SMA 72 Jakarta
Selain nama tersebut, ditemukan pula tulisan Alexandre Bissonnette, pelaku penembakan di masjid Kota Quebec, Kanada, pada 2017 di bagian lain senjata tersebut.
Menanggapi temuan itu, pengamat terorisme Al Chaidar menilai keberadaan nama-nama pelaku teror internasional di senjata pelaku ledakan menjadi petunjuk penting untuk mengungkap motif di balik aksi tersebut.
“Adanya tulisan nama Brenton Tarrant pada senjata mainan yang dibawa pelaku merupakan indikator penting untuk diselidiki lebih lanjut,” ujar Al Chaidar saat dihubungi, Sabtu 8 November 2025.
Ia menjelaskan, dalam studi terorisme, fenomena seperti ini dikenal dengan istilah symbolic lignment, yaitu ketika seseorang mengidentifikasi diri dengan figur ekstremis global untuk memberi makna pada tindakannya.
Meski demikian, Al Chaidar menegaskan bahwa kemunculan simbol semacam itu tidak serta-merta menandakan bahwa pelaku memahami ideologi ekstremis secara utuh.
Menurutnya, ada kemungkinan besar pelaku hanya meniru simbol dan frasa yang ia temukan di internet tanpa memahami konteks ideologis di baliknya.
“Inspirasi ini belum tentu berarti pemahaman ideologis yang utuh. Bisa jadi pelaku hanya meniru simbol dan frasa tanpa memahami konteksnya,” jelas Al Chaidar.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
