Pernah Ditahan Rezim Orde Baru, Tokoh Malari Ini Justru Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional
Eks Aktivis Orde Baru: Soeharto Layak Dihormati---Dok. Istimewa
Dalam paparannya, Soelaeman membagi kepemimpinan Soeharto ke dalam dua sisi: “dosa dan jasa.”
Menurutnya, dosa terbesar Soeharto adalah pelanggaran HAM dalam berbagai peristiwa seperti 1965, Tanjung Priok, Talangsari, Marsinah, hingga Trisakti, serta praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang menodai sistem politik.
Namun di sisi lain, jasa Soeharto juga tidak bisa dipungkiri — mulai dari swasembada pangan, stabilitas ekonomi jangka panjang, program Keluarga Berencana, hingga pembangunan infrastruktur nasional yang menjadi fondasi pertumbuhan Indonesia.
“Soeharto memang punya sisi kelam, tapi juga punya peran besar dalam membangun ekonomi dan menjaga stabilitas nasional. Kita tidak bisa menilai sejarah hanya dari satu warna,” katanya.
BACA JUGA:Pro Kontra Gelar Pahlawan untuk Soeharto, Akademisi: Bangsa yang Besar Harus Berdamai dengan Sejarah
Kesejahteraan dan Stabilitas Era Orde Baru
Soelaeman menilai masa pemerintahan Soeharto berhasil menghadirkan stabilitas sosial dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7 persen per tahun, inflasi terkendali, dan kebutuhan pokok masyarakat relatif terjangkau.
“Rakyat hidup tenang, lapangan kerja terbuka luas, dan Indonesia dikenal sebagai negara yang stabil di mata dunia,” tambahnya.
Tanpa Dendam, Demi Keadilan Sejarah
Meski pernah menjadi korban represi politik, Soelaeman menegaskan dirinya tidak menyimpan dendam pribadi terhadap Soeharto. Ia justru menganggap bahwa keadilan sejarah harus ditegakkan dengan menilai setiap tokoh secara objektif.
“Kalau Soekarno dengan segala kesalahannya bisa menjadi Pahlawan Nasional, maka Soeharto juga berhak atas penghormatan yang sama,” ujarnya.
Sebagai Penasehat Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI), Soelaeman menilai ketimpangan dalam menilai kedua tokoh besar bangsa itu menunjukkan adanya bias dalam membaca sejarah.
“Kepemimpinan Soeharto adalah cermin kompleksitas bangsa. Ada represi, tapi ada juga keberhasilan besar. Penilaian terhadap beliau tidak bisa hitam putih,” katanya.
BACA JUGA:Cak Imin: Usulan Gelar Pahlawan untuk Soeharto Diserahkan ke Dewan Kehormatan
Pesan untuk Generasi Muda
Menutup paparannya, Soelaeman berpesan agar generasi muda mempelajari sejarah dengan nalar dan kejernihan hati, bukan dengan kebencian atau fanatisme.
“Sejarah harus dibaca dengan pikiran jernih. Dari keberhasilan dan kegagalan masa lalu, kita belajar untuk membangun masa depan yang lebih adil dan berkeadaban,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
