Paru-paru Bayi Prematur Belum Sempurna, Awas Bahaya Gangguan Pernapasan RSV
Karena sistem pernapasan belum sempurna, maka bayi prematur berisiko mengalami Respiratory Syncytial Virus (RSV).-Foto/Freepik-
JAKARTA, DISWAY.ID – Bayi prematur berhak untuk hidup meski menghadapi berbagai risiko termasuk gangguan pernapasan.
Karena sistem pernapasan belum sempurna, maka bayi prematur berisiko mengalami Respiratory Syncytial Virus (RSV).
Dalam rangka memperingati Hari Prematur Sedunia dan Hari Pneumonia Sedunia, AstraZeneca Indonesia menggelar sesi edukasi bertajuk “Kenali RSV, Selamatkan Bayi Berisiko Tinggi”.
Data Bayi Prematur
Setiap tahun, lebih dari 675.000 bayi lahir prematur di Indonesia, menempatkan Indonesia pada peringkat ke-5 di dunia dengan jumlah kelahiran prematur tertinggi.
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu ini memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna.
Bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi karena paru-parunya belum berkembang sempurna.
BACA JUGA:Lesti Kejora Lahirkan Secara Prematur Kedua Kalinya, Rizky Billar Ungkap Kondisinya
Selain itu, bayi prematur juga belum sempat menerima transfer antibodi pelindung dari ibunya secara optimal selama masa kehamilan, sehingga sistem kekebalan tubuh mereka masih sangat lemah dan rentan terhadap berbagai infeksi.
"Dibandingkan bayi cukup bulan, mereka memiliki kemungkinan dua hingga tiga kali lebih besar untuk dirawat di rumah sakit akibat infeksi RSV pada tahun pertama kehidupannya. Infeksi ini sering kali berkembang dengan cepat dan dapat memerlukan perawatan yang lebih lama serta intensif,” ujar Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A, Subsp. Neo., Dokter Spesialis Anak Subspesialis Neonatologi.
RSV menjadi virus penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah dengan kontribusi sekitar 60–80% pada bronkiolitis dan 30% pneumonia pada bayi dan anak-anak di dunia.
BACA JUGA:Ini 2 Kondisi Kesehatan Bayi Baru Lahir Memerlukan Inkubator, Tak Hanya Berlaku untuk Bayi Prematur!
Gejala awal RSV
Seringkali disalahartikan sebagai flu biasa karena gejalanya yang serupa, seperti pilek, bersin, dan batuk ringan.
Padahal infeksi RSV dapat berkembang cepat menjadi gangguan pernapasan berat dan bahkan meninggalkan dampak jangka panjang termasuk peningkatan risiko asma, wheezing (mengi) kronis, serta penurunan fungsi paru di kemudian hari.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
