bannerdiswayaward

Paru-paru Bayi Prematur Belum Sempurna, Awas Bahaya Gangguan Pernapasan RSV

Paru-paru Bayi Prematur Belum Sempurna, Awas Bahaya Gangguan Pernapasan RSV

Karena sistem pernapasan belum sempurna, maka bayi prematur berisiko mengalami Respiratory Syncytial Virus (RSV).-Foto/Freepik-

Untuk membedakan RSV dengan penyakit pernapasan lainnya, penting untuk mengenali perbedaan gejalanya. Berdasarkan salah satu studi, diperkirakan 1 dari 10 bayi di Indonesia meninggal karena infeksi saluran napas bawah akibat RSV.

Menurut National Foundation for Infectious Diseases (NFID), common cold umumnya menimbulkan gejala ringan seperti kelelahan, nyeri otot, dan sakit tenggorokan, namun jarang disertai demam.

BACA JUGA:Perusahaan Pakaian Bayi Kyte Baby Dikecam Usai Pecat Pegawai yang Minta WFH Karena Bayinya Prematur

Flu (Influenza) datang secara tiba-tiba dengan demam tinggi, nyeri otot, kelelahan, dan sakit tenggorokan, namun jarang menyebabkan sesak napas.

Sementara itu, COVID-19 memiliki gejala mirip flu tetapi sering disertai sesak napas, kelelahan berat, dan terkadang kehilangan indera penciuman atau perasa.

Berbeda dengan ketiganya, RSV lebih sering menyerang bayi dan anak kecil dengan gejala batuk, demam ringan, wheezing (mengi), dan kesulitan bernapas.

Pada tahap awal, infeksi RSV biasanya menyerupai flu biasa dengan pilek (rhinorrhea), bersin, dan hidung tersumbat[10], tetapi pada bayi dengan risiko tinggi, termasuk bayi prematur, gejala dapat dengan cepat berkembang menjadi gangguan pernapasan serius.

RSV sering kali belum menjadi perhatian utama bagi orang tua, padahal virus ini dapat berdampak signifikan pada kesehatan pernapasan anak.

BACA JUGA:Perusahaan Pakaian Bayi Kyte Baby Dikecam Usai Pecat Pegawai yang Minta WFH Karena Bayinya Prematur

Hasil Studi

Studi di Indonesia menunjukkan RSV termasuk dalam dua virus yang paling umum ditemukan pada anak dengan kelompok usia yang sama mengidentifikasi RSV sebagai salah satu patogen utama penyebab pneumonia pada anak.

"Karena itu, penting bagi masyarakat, terutama para orang tua dengan bayi berisiko tinggi seperti bayi prematur, untuk meningkatkan kesadaran dan mengambil langkah pencegahan sedini mungkin agar bayi tetap terlindungi,” jelas Prof. dr Cissy Rachiana Sudjana Prawira, Sp.A(K), MSc, Ph.D., Dokter Spesialis Anak Konsultan Respirologi Anak.

BACA JUGA:Ini 2 Kondisi Kesehatan Bayi Baru Lahir Memerlukan Inkubator, Tak Hanya Berlaku untuk Bayi Prematur!

“Berdasarkan Konsensus RSV Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2024, identifikasi dini RSV dan pemberian antibodi monoklonal seperti Palivizumab sebagai profilaksis infeksi RSV berat, direkomendasikan bagi bayi dengan risiko tinggi. Kelompok ini termasuk, bayi prematur, bayi dengan kondisi bronchopulmonary dysplasia (BPD) serta bayi yang memiliki penyakit jantung bawaan (congenital heart disease (CHD). Langkah ini merupakan upaya pencegahan penting yang perlu disadari orang tua. Palivizumab sendiri telah terbukti menurunkan angka rawat inap akibat RSV hingga lebih dari 50% pada bayi berisiko tinggi.” tambah Prof. Cissy.

Orang tua memiliki peran utama dalam menjaga bayi prematur agar tetap sehat dan tumbuh kuat.

Mencegah satu kali infeksi berarti memberi satu kesempatan lagi bagi bayi untuk bernapas lebih lega, tertawa lebih lama, dan tumbuh dengan harapan yang lebih besar.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Close Ads