Lindungi Tenaga Kerja, Kemenperin Kembali Ingatkan Pentingnya Insentif untuk Industri Otomotif
Febri menekankan bahwa indikator paling mendasar untuk mengukur kesehatan industri otomotif adalah penjualan kendaraan ke pasar, bukan hanya pertumbuhan segmen tertentu atau besaran investasinya.-Disway/Bianca Chairunisa-
JAKARTA, DISWAY.ID-- Dalam upayanya untuk memperkuat ekosistem industri otomotif di Indonesia, pemberian insentif sendiri sudah menjadi hal yang sudah lama diharapkan oleh para pelaku usaha di dalam industri tersebut.
Bukan tanpa alasan. Menurut Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arief, insentif tersebut sendiri sangat diperlukan untuk dapat mempertahankan utilisasi produksi, melindungi investasi dan pekerja industrinya dari PHK, serta meningkatkan daya saing produk otomotif dalam negeri.
BACA JUGA:Yamaha Cup Race 2026 Siap Dimulai Mei, Buka Kelas SMK dan Perluas Jangkauan Pembalap Daerah
BACA JUGA:Prabowo Bongkar Akar Masalah Banjir Sumatera, Ungkap Kondisi Terkini Para Pengungsi
“Keliru jika kita menyatakan industri otomotif sedang dalam kondisi kuat dengan hanya mengandalkan indikator pertumbuhan kendaraan pada segmen tertentu. Kami memandang bahwa dibutuhkan insentif untuk membalikkan keadaan,” ujar Febri kepada media di Jakarta, pada Senin (01/12).
Lebih lanjut, Febri sendiri juga turut menyoroti kondisi sektor industri otomotif di dalam negeri sebagai salah satu sati faktor dibalik perlunya insentif ini.
Dalam hal ini, dirinya mengungkapkan bahwa walaupun penjualan kendaraan EV meningkat signifikan pada periode Oktober-Januari tahun 2025, kenaikan penjualan ini sebagian besar berasal dari kendaraan EV impor.
“Dari total penjualan kendaraan EV tahun 2025 sebesar 69,146 unit, 73 persennya merupakan kendaraan EV impor produksi dan nilai tambah serta penyerapan tenaga kerja industrinya berada di negara lain,” jelas Febri.
BACA JUGA:Tinjau Tapanuli Tengah, Prabowo Tegaskan Pentingnya Antisipasi Perubahan Iklim
Ditambah lagi, segmen kendaraan lain yang diproduksi di dalam negeri dan memiliki share terbesar dalam pasar industri otomotif nasional terus mengalami penurunan penjualan signifikan, bahkan jauh dibawah jumlah produksi tahunan kendaraan pada segmen tersebut.
Oleh karena itulah, Febri menekankan bahwa indikator paling mendasar untuk mengukur kesehatan industri otomotif adalah penjualan kendaraan ke pasar, bukan hanya pertumbuhan segmen tertentu atau besaran investasinya.
“Penurunan tajam penjualan kendaraan bermotor roda empat jauh di bawah angka produksinya di kala penjualan kendaraan EV impor naik tajam adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Dan, harus menjadi indikator pertumbuhan industri otomotif nasional saat ini,” tegasnya.
BACA JUGA:Bergabung dengan SPPG, Driver Ungkap Program MBG Gunakan Kendaraan Sesuai Spesifikasi dari BGN
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
