Petani Kakao Lokal Bali Minta Insentif Pajak, Kontribusi untuk APBN Bisa Makin Besar!
Petani Kakao Lokal di Tabanan, Bali, yang tergabung di Cau Chocolates, meminta pemerintah memberi insentif untuk menggenjot produksi-Disway.id/Fandi Permana-
TABANAN, DISWAY.ID - Asa petani lokal kakao di tengah merosotnya produktivitas biji kakao masih ada.
Meski dalam tiga tahun terakhir produksi Kakao terus merosot alias anjlok, komoditi ini masi jadi andalan pendapatan APBN.
BACA JUGA:Agar Industri Kakao Menggeliat Lagi, Kemenkeu Siap Meremajakan Lahan Seluas 5 Ribu Hektare di 2026
Manisnya cokelat ternyata belum sepenuhnya berdampak bagi para petani yang bergerak di sektor hulu.
Hal ini turut digaungkan Perusahaan sekaligus Pabrik Cokelat atau kakao asal Bali, Cau Chocolates. Produsen Cokelat khas Bali ini meminta Pemerintah untuk memberikan insentif ke pengusaha cokelat lokal.
CEO Cau Chocolates, I Kadek Surya Prasetya Wiguna mengatakan kalau mereka perlu insentif karena suku bunga kredit perbankan masih cukup tinggi.
“Kita masih terima itu paling tinggi di 8-12 persen sekarang. Dan itu dibandingkan negara lain masih cukup tinggi,” katanya saat ditemui di Bali, Selasa, 25 November.
Wiguna mendorong pemangku kebijakan dalam hal ini Kemenkeu bisa membantu menopang industri kakao di sektor hilir. Sebab, industri kakao sempat babak belur dihantam Covid-19 sudah menunjukkan progres positif meski masih melambat.
“Kita jangan ditakut-takuti. Kami minta didukung. Justru didukung, kalau perlu diberi insentif. Insentif dari sisi hulu, petani diberi insentif, industri dibantu, dengan cara katakanlah suku bunga yang rendah, katakanlah insentif pajak,” jelasnya.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan, kontribusi kakao kepada APBN pada 2024 bersumber dari sektor pajak mencapai Rp3,7 triliun dan bea keluar mencapai Rp240 miliar.
Sedangkan pada 2025, realisasi bea keluar periode Januari-September mencapai Rp150,7 miliar dan pungutan ekspor yang mulai diberlakukan pada 22 Oktober 2025 sudah mencapai Rp48,8 juta.
Adapun luas perkebunan kakao di Indonesia saat ini mencapai sekitar 1,3 juta hektare. 99 persen dar perkebunan itu merupakan lahan perkebunan yang dikelola rakyat.
Untuk itu, Kadek meminta Pemerintah untuk memberikan insentif ke pengusaha cokelat lokal.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
