Zulkifli Hasan Bongkar Detik-detik ‘Dikerjai’ Harrison Ford Soal Tesso Nilo: Saya Dijadikan Penjahat!
Eks Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan Akhirnya Blak-blakan Soal Video Harrison Ford-CURHAT BANG Denny Sumargo-YouTube Channel
JAKARTA, DISWAY.ID - Mantan Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan membela dirinya soal video lama saat dia menjawab pertanyaan Harrison Ford terkait kerusakan hutan di Taman Nasional Tesso Nilo.
Pria yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pangan Indonesia itu menegaskan, potongan video yang beredar tidak sepenuhnya menggambarkan situasi sebenarnya.
Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube Denny Sumargo, Zulkifli Hasan menjelaskan bahwa pertemuannya dengan Harrison Ford terjadi sekitar tahun 2009–2010 saat pemerintahan masih dalam masa transisi reformasi.
Ketika itu, ia diminta menerima kunjungan aktor Hollywood yang tengah membuat film dokumenter.
BACA JUGA:Zulkifli Hasan: Program MBG Jadi Investasi Besar Bagi Kecerdasan Anak Bangsa, Bisa Meningkatkan IQ!
“Ada tamu terkenal namanya Harrison Ford. Saya diminta untuk menerima. Tapi saya justru ingin debat terbuka di depan media soal isu kerusakan hutan, termasuk Tesso Nilo,” kata Zulkifli Hasan, dikutip dari kanal YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo pada Selasa, 2 Desember 2025.
Akan tetapi rencana tersebut pada akhirnya tidak berjalan dengan mulus.
Menurut Zulkifli Hasan, proses wawancara sudah disiapkan secara sepihak oleh tim produksi.
Bahkan, ruang kerjanya yang sempit sudah dipasang beberapa kamera sejak ia belum tiba.
"Begitu saya duduk, dia masuk dan ternyata itu shooting film. Tentu ada pahlawan dan ada penjahatnya, dan saya dianggap penjahatnya,” pungkasnya.
BACA JUGA:MA Tolak Kasasi Putri Zulkifli Hasan Terkait Sengketa Tanah dan Bangunan di Cipinang Muara
Zuklifli Hasan Jelaskan Soal Tesso Nilo dan Situasi Saat Itu
Ia menegaskan bahwa jawaban yang viral di video telah melalui proses pemotongan sehingga konteksnya hilang.
Mantan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu menyebut kerusakan Tesso Nilo tidak bisa ditangani dengan mudah karena waktu itu negara masih berada dalam masa 'surplus demokrasi'.
“Dia menganggap Indonesia seperti Amerika. Saya bilang, ini bukan Amerika. Pejabat-pejabat saat itu takut sama rakyat karena rakyat begitu berkuasa setelah reformasi. Masuk ke Tesso Nilo saja saya tidak bisa, di sana ada lebih dari 50 ribu orang,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
