Kemarahan Mohamed Salah terhadap Liverpool: Transfer Wirtz dan Kontrak Rekor Jadi Pemicu Utama

Kemarahan Mohamed Salah terhadap Liverpool: Transfer Wirtz dan Kontrak Rekor Jadi Pemicu Utama

Ketegangan antara Salah dan Liverpool dilaporkan meningkat hingga menyentuh titik krisis-Tangkapan Layar Instagram@mosalah-

Dalam sebuah dokumenter BBC terbaru, Klopp mengungkapkan sebuah kenyataan pahit, Salah sebenarnya tidak sulit diatur, tetapi dia bisa menjadi sangat "merepotkan" dan penuh masalah jika tidak dimainkan sebagai starter.

BACA JUGA:Slot Desak Liverpool Sanksi dan Coret Mohamed Salah, The Pharaoh Bakal Hengkang Bikin Liga Pro Saudi Untung

BACA JUGA:Arsenal Rekrut 2 Wonderkid Kembar dari Klub Top Ekuador, Mikel Arteta Bangun Pemain Generasi Muda Dunia

Komentar ini memberikan kunci untuk memahami rangkaian tindakan Salah belakangan ini.

Dicadangkan dalam dua dari tiga pertandingan dalam waktu enam hari, termasuk melawan Newcastle dan sebagian pertandingan melawan Sunderland, jelas menjadi pemicu ledakan emosi dari pemain berusia 33 tahun tersebut.

Ini lebih dari sekadar masalah rotasi taktik atau kontrak.

Tindakan Salah yang semakin terang terlihat di luar lapangan.

Mulai dari mengganti foto profil media sosialnya setelah pertandingan di mana ia dicadangkan, hingga tindakan ambigunya dengan mengundang orang tuanya ke Anfield untuk "mengucapkan selamat tinggal."

BACA JUGA:Liverpool Bakal Rekrut Wonderkid RB Leipzig Rp1,9 Triliun Gantikan Salah, Saudi Pro League Siap Pecahkan Rekor Transfer Dunia

BACA JUGA:Hasil Liga Inggris: Gol Telat Magassa Buyarkan Kemenangan Manchester United

Apakah ini "selamat tinggal" untuk Piala Afrika atau "selamat tinggal" secara permanen? Ketidakpastian ini tampaknya menjadi strategi yang dibangun oleh Salah dan agennya, Ramy Abbas.

Mereka berusaha menyalahkan Arne Slot dan manajemen klub, sembari memberi sinyal kepada calon klub Liga Pro Saudi bahwa pintu untuk meninggalkan Anfield masih sedikit terbuka.

Namun, Salah mungkin telah salah perhitungan dalam langkah yang satu ini.

Meskipun nama Salah masih disoraki para penggemar di tribun, kenyataannya hanya sedikit yang bersedia mendukung seorang bintang, sehebat apa pun yang secara terbuka berkonfrontasi dengan manajer yang telah membawa tim meraih gelar Liga Premier.

Dalam pertempuran kekuasaan ini, kekuatan kolektif Liverpool tetap menjadi prioritas utama.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads