Zero Accident ala SPPG Tanah Sareal Bogor Meski Produksi 3.500 Porsi MBG per Hari

Zero Accident ala SPPG Tanah Sareal Bogor Meski Produksi 3.500 Porsi MBG per Hari

Selama hampir sembilan bulan beroperasi, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tanah Sareal, Kota Bogor, berhasil mempertahankan status zero accident dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).-dok disway-

BACA JUGA:Kebahagiaan SPPG Meruya Utara II Mendapatkan Pesan Khusus dari Siswa, Request Makanan hingga Hingga Pujian

BACA JUGA:105 SPPG di Aceh Beralih Jadi Dapur Umum, 562.676 Porsi Disalurkan ke Warga Terdampak

Proses pendinginan ini menjadi tahapan krusial. Makanan yang langsung dikemas dalam kondisi panas berisiko mengalami peningkatan kontaminasi bakteri akibat uap air yang terperangkap di dalam kemasan.

“Penguapan air itu bisa membuat makanan lebih cepat basi,” ujarnya.

Setelah dikemas, makanan segera didistribusikan ke sekolah-sekolah. Pukul 07.00 WIB, paket MBG harus sudah tiba di lokasi agar bisa langsung disantap, terutama oleh siswa TK, PAUD, dan SD. 

Untuk menjaga kelancaran produksi, SPPG Tanah Sareal memberlakukan sistem kerja bergilir bagi 46 pegawainya. Gelombang kedua proses memasak dimulai pukul 07.00 WIB, dengan tahap pemorsian dan pengemasan dilakukan sekitar pukul 09.00 WIB. Paket tahap kedua ini kemudian dikirim pada pukul 11.00 WIB untuk penerima manfaat tingkat SMP dan SMA. 

“Waktu emas penyajian makanan sebaiknya kurang dari empat jam. Lebih dari itu, makanan sudah mulai rentan basi,” kata Tessa.

BACA JUGA:SPPG Sleman Tridadi 3 Dongkrak Ekonomi Lokal, UMKM-Petani Sejahtera

BACA JUGA:Infrastruktur SPPG Tridadi 3 Diakui Paling Higienis

Uji Mutu dan Penyimpanan Sampel

Sebelum didistribusikan, setiap menu juga harus melewati uji organoleptik. Melalui uji pancaindra, tim memastikan tampilan, aroma, rasa, hingga tekstur makanan sesuai standar.

“Kami cek aroma, rasa, dan warnanya, lalu menyimpan food sample,” ujar Tessa.

Penyimpanan sampel makanan menjadi kewajiban setiap SPPG. Sampel ini disimpan hingga 14 kali 24 jam atau selama dua pekan sebagai langkah antisipasi apabila terjadi kejadian yang tidak diinginkan.

“Jika ada laporan, sampel ini bisa dikirim ke Dinas Kesehatan untuk diperiksa,” katanya.

Standar higienitas juga diterapkan secara ketat melalui penggunaan alat pelindung diri (APD). Sejak bahan baku masuk hingga proses pengemasan, seluruh pekerja wajib mengenakan masker, penutup kepala, sarung tangan, dan alas kaki khusus.

BACA JUGA:BGN Terkesima SPPG Margomulyo Seyegan Ubah Limbah MBG Jadi Bio Solar dan Pupuk

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads