Operasi Saraf Kejepit hingga Tulang Belakang Kini Lebih Canggih dengan Neuronavigation

Operasi Saraf Kejepit hingga Tulang Belakang Kini Lebih Canggih dengan Neuronavigation

Ilustrasi Saraf Kejepit-Bisa muncul akibat penyakit kecelakaan kerja-Freepik

JAKARTA, DISWAY.ID – Dunia bedah saraf memasuki babak baru.

Operasi saraf kejepit hingga kelainan tulang belakang kini tak lagi mengandalkan perkiraan semata, setelah Rumah Sakit Jakarta resmi menghadirkan teknologi Spinal Neuronavigation, sistem canggih yang bekerja layaknya GPS untuk memandu dokter saat operasi.

Teknologi ini memungkinkan dokter memetakan anatomi pasien secara real-time tiga dimensi, sehingga tindakan bedah dapat dilakukan lebih presisi, minim sayatan, dan berisiko jauh lebih rendah terhadap cedera saraf.

Peluncuran teknologi Neuronavigation ini digelar di Rumah Sakit Jakarta, dalam rangkaian seminar ilmiah kesehatan yang dihadiri ratusan tenaga medis dari berbagai daerah di Indonesia.

Dan dihadiri 200 peserta, yang merupakan undangan dan dokter dari beberapa wilayah Indonesia dalam rangkaian Ilmiah Seminar Kesehatan ber-SKP Kemenkes, secara luring dan darling (hibrida) kerjasama dengan Mitra Farma Indonesia sebagai komunitas tenaga professional kesehatan sekaligus penyelengaran event Seminar/Webinar Gratis untuk dokter, apoteker, bidan dan Tenaga Vokasi Farmasi di Indonesia.

BACA JUGA:Pengobatan Akupuntur Diyakini Efektif Obati Stroke Hingga Saraf Kejepit, Cobalah Terapi Genqi

Peran Neuronavigasi pada Kasus HNP dan Spinal Stenosis

Dalam sesi pembuka, dr. Dimas Rahman Setiawan, SpBS, MARS, FTB, FINSS, membahas tantangan mikroskopis operasi tulang belakang. Sebagai contoh kasus Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) atau saraf kejepit dan stenosis spinal (penyempitan saluran saraf).

Dalam paparan presentasinya, ini merupakan kasus yang membutuhkan akurasi tingkat tinggi, dimana area operasi sangat sempit dan berdekatan dengan struktur saraf vital.

Secara mendetail, dr. Dimas membahas teknologi Neuronavigation bekerja layaknya sistem GPS intraoperatif yang memetakan anatomi pasien secara real-time dalam tiga dimensi (3D).

BACA JUGA:Saraf Kejepit dan Cedera Tulang Belakang Paling Sering Dialami Akibat Kecelakaan Kerja

“Teknologi ini memungkinkan dokter "melihat" struktur di balik tulang tanpa harus melakukan pembukaan otot yang lebar,” jelasnya. 

Dengan bantuan teknologi neuronavigasi, identifikasi batas tulang menjadi lebih jelas. Teknologi ini membantu menentukan seberapa banyak tulang lamina yang harus diangkat (laminotomi) untuk membebaskan saraf tanpa mengganggu stabilitas tulang belakang.

Dipaparkan juga mengenai drastisnya penurunan risiko cedera iatrogenic hingga pendarahan, karena instrumen bedah dapat dilacak pergerakannya di layar monitor dengan akurasi sub-milimeter.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Close Ads