Pondok Rangkul, Upaya Memulihkan Luka Batin Pascabanjir Batangtoru
Anak-anak kembali bermain dan tertawa, para ibu berkumpul dan berbagi cerita, sementara keluarga menemukan ruang untuk saling menguatkan setelah masa-masa sulit yang mereka lalui di Pondok Rangkul, Kebun Hapesong, Batangtoru.-dok disway-
JAKARTA, DISWAY.ID - Pemulihan pascabencana tidak selalu berbentuk bangunan fisik atau bantuan logistik. Di Kebun Hapesong, Batangtoru, upaya itu mengambil wujud yang lebih hening: ruang aman untuk memulihkan luka batin warga.
Pada Senin (22/12/2025), Sub Holding PTPN III (Persero), PTPN IV PalmCo meresmikan Pondok Rangkul, sebuah ruang pemulihan trauma bagi masyarakat terdampak banjir.
Pondok sederhana itu berdiri di tengah kawasan perkebunan, namun kehadirannya segera menyatu dengan denyut kehidupan warga.
Anak-anak kembali bermain dan tertawa, para ibu berkumpul dan berbagi cerita, sementara keluarga menemukan ruang untuk saling menguatkan setelah masa-masa sulit yang mereka lalui.
BACA JUGA:Aceh Tamiang Krisis Air Bersih, Danone Indonesia Turun Langsung Salurkan Bantuan
BACA JUGA:APHI Perkuat Konsolidasi Organisasi, Bahas Evaluasi 2025 dan Strategi Program 2026
Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko K. Santosa mengatakan, pengalaman bencana menunjukkan bahwa bantuan fisik saja tidak cukup. Ada sisi lain yang kerap luput, yakni pemulihan mental dan emosional masyarakat.
“Pondok Rangkul kami hadirkan sebagai ruang untuk bertumbuh bersama dan saling menguatkan. Pemulihan pascabencana harus menyentuh keutuhan manusia, bukan hanya rumah dan infrastruktur,” ujar Jatmiko.
Menurut dia, pendekatan psikososial menjadi bagian dari tanggung jawab kemanusiaan perusahaan. Karena itu, Pondok Rangkul dirancang bukan sebagai program sesaat, melainkan ekosistem pemulihan yang berkelanjutan.
Pendekatan tersebut dijalankan bersama Yayasan Pulih, lembaga yang berpengalaman dalam pendampingan psikososial pascabencana.
Direktur Yayasan Pulih, psikolog Livia Istania DF Iskandar, menjelaskan bahwa Pondok Rangkul menjadi ruang ramah bagi warga untuk memulihkan diri secara perlahan.
“Pemulihan mental, emosi, dan jiwa membutuhkan waktu dan kesinambungan. Di ruang yang aman, anak-anak dan orang tua bisa mengekspresikan perasaan, belajar kembali rasa aman, serta membangun ketahanan psikologis,” kata Livia.
BACA JUGA:Pedagang Keluhkan Kualitas Cabai Dari Aceh: Lembek dan Kurang Baik
BACA JUGA:Physiorehab, Rekomendasi Klinik Fisioterapi Jakarta Terbaik
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: