Sahabat Baru
--
Tiga hari di Syria saya dapat satu sahabat baru: Belal. Nama lengkapnya: Belal bin Mohamed Adnan Bader.
Saya mengenalnya di makan malam bersama. Di malam pertama saya di Syria. Di resto eksklusif bintang lima. Lantai atasnya full music –"lagi ada tamu penting dari Saudi Arabia".

--
Saya menduga tamu penting itu tak lain adalah si Butik yang dijemput konvoi lima mobil di tangga pesawat siang tadi.
Keesokan harinya saya diundang ke kantor perusahaan Belal. Kantornya sederhana. Di lantai empat gedung miliknya sendiri.
Selama kami bicara, telepon sering berdering –dan ia selalu mengangkatnya. Sesekali tamu nyelonong masuk, bicara sebentar dengannya, lalu berganti tamu lainnya.
Perusahaannya banyak. Di berbagai bidang usaha. Dagang. Jasa. Industri. Saya puji Belal: "Anda hebat sekali".
"Ana ummi...." jawabnya merendah.
"Ana aidzon," jawab saya.
Belal model pengusaha yang merangkak dari bawah. Ia tidak tamat universitas. Bahkan tidak tamat SMA. Begitu rendah latar belakang pendidikannya sampai ia menyebut dirinya "saya buta huruf". Maka saya jawab "saya juga buta huruf".
Belal punya anak tiga orang. Yang sulung baru saja tamat MBA di Jerman. Masih bujang. Sang anak diserahi memimpin perusahaannya yang di Jerman.
Belal ingin generasi anaknya lebih maju dan modern. Tidak lagi mulai bisnis dari nol seperti dirinya. Belal tipe pengusaha perintis. Karena itu, meski perusahaannya sudah besar kantornya tetap sederhana.
Sebenarnya Belal ingin terus bergerak ke hulu. Ia mulai membangun pabrik kimia dasar yang sangat besar. Saya diajak melihat pabrik itu. Sedikit di luar kota Damaskus. Ia naik sedan Mercy warna hitam. Saya membuntuti di belakangnya.
Dari luar pabrik itu kelihatan sangat besar dan canggih. Pabrik benzene. Menggunakan teknologi dari Amerika. benzene akan menjadi bahan baku ratusan jenis kimia olahan. Salah satu dari ratusan itu adalah tekstil sintetis.
Berarti Belal membangun pabrik bahan baku. Perkirakan saya pabrik ini telah menghabiskan uang Rp 5 triliun. "Tidak pakai kredit bank," kata Belal.
Setelah meninjau sampai dalamnya barulah saya tertegun: ada bagian pabrik ini yang hancur. Akibat perang. Lalu beberapa bagian kecilnya –tapi vital– dijarah orang. Puluhan pompa raib dari tempatnya. Salah satu tangki besarnya kena bom. Atapnya melayang dan terlihat hinggap di bagian lain pabrik itu.

--
Pabrik ini telah selesai dibangun. Ketika sudah siap-siap berproduksi pecahlah perang. Investasi yang begitu besar tidak bisa menghasilkan benzene. Selama perang Belal tidak bisa melihat pabriknya. Banyak onderdil yang dicuri orang. Termasuk kabel-kabelnya.
"Saya serasa ingin menangis melihat investasi sebesar ini mangkrak karena perang," kata saya sambil mengelus dada. Saya ingat nasib diri sendiri: melakukan investasi besar, begitu mau selesai, mangkrak dua tahun karena Covid.
"Tidak apa-apa. Saya kuat menghadapi musibah ini," ujar Belal.
Belal melihat dirinya masih tergolong beruntung. Ia masih bisa hidup. Masih sehat. Anak-anaknya tumbuh seperti yang ia inginkan. Belal masih pula bisa menyantuni semua anak yatim di kampung halamannya. Memberi makan mereka yang miskin. Di Syria kini terdapat 70.000 anak yatim. Belal banyak membantu biaya sekolah mereka.
Kini Syria sudah damai. Belal harus memperbaiki pabriknya. Mungkin diperlukan setengah triliun rupiah lagi untuk bisa sampai memproduksi benzene.
Saya kagum pada Belal. Usahanya tetap bisa berkembang di masa pemerintahan lama. Juga bisa bertahan di masa perang. Dan kini melaju cepat di masa damai setelah perang.
Dari pabrik benzene saya diajak ke pabrik alat-alat listrik. Tapi waktu sudah sore. Mobil berbelok ke arah lain. Kami belum sempat makan siang. Saya diajak makan siang di rumahnya.
Saya pun terperangah. Ini bukan rumah. Ini istana!
Luasnya hampir satu hektare. Pagar sekelilingnya adalah pohon tinggi berjajar rapat. Rindang. Indah. Teduh. Bebungaan di bawah pohonnya menambah keasriannya.
Bangunan rumah itu sendiri sangat besar. Tiga lantai. Di depannya ada kolam renang seukuran Olimpiade. Airnya jernih menggoda. Tergelar taman dan rumput di sekeliling kolam. Juga pohon-pohon hias. Di sebelah kolam masih terhampar halaman hijau. Rumputnya terawat rapi sekali. Banyak tanaman pohon kurma berjajar rapi.
Di sebelah kebun kurma itu ada lapangan bola mini. Rumputnya sintetis. Gawangnya berukuran setengah gawang normal. Saya bermain bola di situ --dengan bungsu Belal yang baru berumur 11 tahun.

--
Di pojok sebelah lapangan ada bangunan indah: dapur. Ada kompor listrik. Ada pemanggang listrik. Ada tungku tradisional yang untuk membuat roti Arab. Masih ada satu tungku tradisional lagi: yang bikin rotinya dengan cara menempelkan roti di dinding-dinding dalam tungku itu.
Hari kian sore. Pegawai rumah itu memasang meja makan di halaman rumput di sela-sela pohon kurma. Pegawai lain menggelar karpet di atas rumput dekat kolam renang. Kami pun berwudlu: siap-siap salat berjamaah di sela-sela pohon kurma. Itu sudah waktu ashar. Gus Najih dan saya sekalian salat gabungan jama' ta'khir duhur dan asar.

--
Selesai salat, makan siang belum siap. Meja masih kosong. Saya diajak Belal masuk gedung rumahnya. Bukan di bagian rumah tangganya, tapi diajak naik lift ke lantai tiga. Di lantai paling atas itu lagi dilakukan finishing. Keseluruhan rumah ini memang baru. Selesai dibangun tiga tahun lalu. Bahkan belum selesai sepenuhnya: lantai tiganya sedang diselesaikan bagian dalamnya.
Matahari kian petang. Makanan di meja pun tersaji. Luar biasa banyaknya –dan lezatnya. Anak sulung yang di Jerman ikut bergabung makan. "Ia baru saja tiba dari Jerman," ujar Belal memperkenalkan si sulung.

--
Makan siang pun dimulai ketika magrib tidak lama lagi tiba. Saat kami berpamitan Belal minta agar kami terus berhubungan sebagai sahabat.
Sudah banyak negara saya kunjungi. Belum tentu saya dapat satu teman di satu kunjungan. Syria ternyata beda. Sekali datang satu sahabat terbentang. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 30 September 2025: Mendadak Menteri
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
@Ra Tepak Pol.. Medali Pertamax Turbo buat Anda..
Ibnu Shonnan
Paragraf ke-12 atau yang 13, yang langsung masuk ke dokumen otak saya. Pemberontak menjual dagangannya ke kelompok yang diberontak untuk biaya memberontak. Kelompok anti pemerintah menjual dagangannya ke pihak pemerintah untuk biaya menggulingkan pemerintah. Ini suatu yang ngak risional. Membeli dagangaannya musuh, supaya musuh bisa melawan dirinya. Kan aneh. Masa sebodoh itu. Cerita kebodohan ini, akan terjadi kalau pembelinya sudah dalam keadaan mabuk. Iya. Mabuk kekuasaan. Mabuk harta hasil KKN. Ini cerita menggali lubang untuk kuburannya sendiri. Dari cerita Abah, saya dapat ilmu. Silahkan berbuat ketidakbenaran sesukamu. Silahkan berbuat kedzoliman sesuai kehendakmu. Pada saatnya nanti alam akan menghukummu.
Prieyanto
DIBUKA MENTERI Catatan perjalanan “Mendadak Menteri” ini ada yang bikin ayas ikut tersinggung. Terutama kalimat: “Dahinya lebar sampai hampir ke ubun-ubun” — podo wae ngilokno bothak. Ada pula yang bikin ayas senyum sambil geleng kepala: “Pak Dubes, bolehkah saya pinjam baju batik Bapak?” — jian ngisin-ngisini tenan. Pura-pura = 'saya berniat mengembalikan baju itu'. Dan benar saja, pucuk dicinta ulam pun tiba: “Nggak usah dikembalikan. Cocok sekali kok.” Bawaan orok = 'Saya tersipu. Dalam hati senang juga dapat baju gratisan'. Merasa masih usia 32-an = 'Rasanya akan ada perusuh Disway yang menilai saya lebih ganteng'. Udah aach… begitulah kadang, cara berpikir aneh, anti mainstream, yang justru diperlukan. Ide-ide nyeleneh-out of the box, sering jadi pintu keluar dari masalah yang sudah telanjur ruwet, bahkan bisa jadi untuk lompatan jauh ke depan sangat diperlukan. Ingat dulu mobil listrik Tucuxi atau Selo, yang diremehkan, ditertawakan. Lihat sekarang…!!! Atau solusi macet pintu tol: di gerbang banting-banting kursi — sampai akhirnya portal pun “dibuka menteri”. #prie
Tivibox
@Pak Muliyanto, begitulah kalau orang terkenal. Kemana-mana tak usah bawa banyak pakaian. Selalu ada yang minjemin, lalu... "ora usah dibalekno", kata yang empunya baju. Saya dulu pernah bercita-cita begitu, tapi nggak kesampaian sampai sekarang. Nasib.....wkwkw
Herry Isnurdono
Abah DI itu konglomerat. Kekayaannya diperkirakan ratusan milyar. Ke Syria jelas urusan bisnis. Tapi bawa baju utk urusan piknik. Abah DI pernah jadi Mentri BUMN era SBY. Di Syria menghadap seorang Menteri Syria, yg berpakaian PSL/jas lengkap, Abah DI pakai jas dgn sepatu ket/olah raga. Memang Abah DI itu tipe yg gak ribet. Tapi bagi tuan rumah bisa menilai dari penampilannya. Koq tidak dipersiapkan sejak dari tanah air. Boro2 PSL, bawa batik aja tidak ada. Masalah pinjam meminjam ini lain cerita. Atau cari gratisan ini bisa aja memang tujuannya. Yg hebat itu Abah DI lancar bicaranya sewaktu mau pinjam batik. Tanpa rasa malu atau tidak enakan. Tapi namanya juga monek (modal nekad). Jangan2 diluar memang sudah dikenal, kalau Abah DI itu.........
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
LIKA-LIKU HIDUP MENTERI BASHIR.. Lika liku kehidupan belio menarik. Bak drama politik plus sinetron. Dulu pemberontak, sempat jadi gubernur “ilegal” Aleppo, lalu tiba-tiba lompat jadi perdana menteri pertama pas Assad tumbang. Tapi alih-alih ngotot rebut kursi presiden, dia malah mundur dengan elegan. Jarang-jarang ada tokoh politik yang rela nggak jadi “matahari kembar”. Hebatnya lagi, Bashir justru merampingkan kabinet, tiga kementerian dilebur jadi satu Kementerian Energi. Hemat, murah meriah. Dan tidak ada yang "meriang" kehilangan jabatan. Sehingga bisa dibilang saat ini beliau adalah "raja minyak". Lika-liku kehidupan Bashir menunjukkan, politik bukan cuma soal ambisi, tapi juga soal timing dan jiwa besar. Dari pemberontak sampai jadi tokoh kunci pemulihan Suriah. Dia buktikan kalau kadang “turun level” justru bikin lebih dihormati.
Sadewa 19
Betapa sakti dan hebatnya batik. Meskipun tipis sudah dianggap resmi. Sudah bisa sejajar dengan jas dan dasi. Kalau saya jadi Pak Dubes. Saya akan kasih pinjam batik KORPRI. Agar yg dipinjami lebih "ngguanteng" dan pasti dibalikin.
Kalender Bagus
Kata tentara, gaji naik ati adem, tapi kadang-kadang ini hanya sementara, sebelum tergoda iming-iming para leasing untuk ngeredit mobil baru, kulkas baru, rumah baru, atau iming-iming para penggoda untuk nambah istri baru.
Muh Nursalim
Betul. Batik itu telah menutupi gelis hitamnya abah. Udah sangat mending, ada cemleret kekuning- kuningan. Ganteng n tampak lebih muda. Semuda pak dubesnya.
Kalender Bagus
Assad kalah karena melemahnya tiga kekuatan besar penyokongnya: Rusia, Iran, dan Hizbullah. Pelajarannya, jika ingin menjatuhkan sebuah rezim, pangkas dulu donaturnya.
Kalender Bagus
Wiranto juga punya jiwa kenegaraan kuat, anday Blio mau, bukan Habibie yang naik, tapi rezim militer yang mengambil alih negara waktu itu.
Kalender Bagus
Menteri Purbaya menjungkirbalikkan pakem para pejabat publik, bahwa batik itu ga boleh dipakai berkali-kali tampil di publik.
Muh Nursalim
Beberapa putra mbah Maimun Zubeir itu alumni Suriah. Sehingga mereka punya lisensi untuk menyeleksi calon mhs yang akan kuliah di sana. Model kampus di timur tengah memang suka memberi kepercayaan kepada orang-orang tertentu untuk menyeleksi calon mahasiswanya. Setiap tahun bahkan saat konflik suriah belum redapun pengiriman mahasiswa itu tetap dijalankan. Semoga dengan damainya suriah serta kebangkitan ekonominya semakin banyak mhs yang mendapat beasiswa kuliah di sana.
hanya yotup
Konon kabarnya, di negeri Suriah para investor disambut dengan sangat istimewa. Kehadirannya disambut iringan khusus. Kedatangannya diberikan kalungan bunga. Tanda betapa penting kehadiran mereka di negeri tersebut. Beda jauh dengan perlakuan inventor yang datang ke Bumi Nusantara. Yang konon katanya warganya terkenal ramah dan tamah. Kedatangannya memang sama² ditunggu dan dinantikan. Tapi disini mereka para investor bukan disambut, tapi disambit. Langsung ditunggu para pejabat pemburu rente. Langsung dimintai jatah oleh oknum dinas bagian perijinan. Langsung berhadapan dengan preman proyek yang berbaju ormas. Langsung pulang dikasih surat permintaan sumbangan oleh akamsi² berkedok LSM. Dan, langsung bisa mencicipi getirnya rasa jengkel didemo oleh buruh yang notabene sdh mereka bayar gajinya
djokoLodang
-o-- + Bagaimana kamu bertemu suamimu? - Saya sedang kerja di apotek waktu itu. Ia datang untuk membeli kondom, meminta ukuran XXXL. + Lalu? - Setelah menikah, aku baru tahu terkadang bicaranya gagap ... --koJo.-
Muh Nursalim
Suriah, Libanon, Yordania dan Palestina itu dalam literatur klasik disebut Syam. Orang-orang Mekah biasa melakukan perlanan bisnis ke Syam di musim panas. Kemudian ketika musim dingin ke Yaman. Diabadikan dalam surat alquraisy. Mereka lakukan itu sebab Mekah itu tak ada tanaman. Berarti tidak ada sumber makanan. Padahal ribuan orang hadir untuk haji di wilayah tersebut. Satu-satunya cara adalah impor berbagai komuditas dari Yaman dan Syam. Itulah sebabnya orang-orang Mekah itu kaya raya. Karena mereka berdagang. Salah satu saudagar kaya itu adalah Khadijah. Yang kemudian menjadi istri Muhammad. Yang juga menarik. Laki-laki itu adalah karyawannya. Untuk menyelediki calon suaminya sang juragan menugaskan satu orang untuk memantaunya, intel itu bernama Maesaroh. Setelah mantab, Khadijah melamar Muhammad. Walaupun Muhammad tidak kaya, untuk memulyakan calon istrinya. Ia memberi mahar sebanyak 20 ekor onta. Setelah 15 tahun menjadi suami istri. Muhammad mendapatkan SK dari langit. Diangkat sebagai utusan Allah. Maka Khadijah sangat gembira. Sesuatu yang sangat ia harapkan telah terbukti.
alasroban
Ketemu pam mentrinya nampaknya belum di rencanakan. Setelah ketemu pak dubes baru ada ide ketemu pak mentri.
Runner
Heran. Apakah pak DI berpergian tidak pakai rencana. Ngeloyor begitu aja. Minjam baju batik dan sepatu gak pas. Padahal mau bertemu orang berkuasa. Jangan gitu ah pak lain kali. Selain busana “kebanggaan” dikantong kresek, bawa jugalah batik, celana bahan dan sepatu pantofel.
Tivibox
Bentuk nyata efisiensi --- Pemerintah Syria melebur Kementerian Listrik, Kementerian Gas Minyak Bumi dan Kementerian Sumber Daya Air menjadi kementerian energi. Dari 3 menjadi 1. Ini mungkin maksudnya agar efisien, menghemat waktu, tenaga dan biaya serta memangkas birokrasi. Sungguh baik untuk penghematan dan efektivitas kinerja. Di negara kita, beberapa nomenklatur kabinet justru mengalami hal sebaliknya. 1. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dipisah menjadi 2 : Kementerian LH dan Kementerian Kehutanan. 2. Kementerian PUPR, dimekarkan menjadi 2 : Kementerian PU dan Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman. 3. Kemendes PDT dan Transmigrasi dipecah menjadi 2 : Kemendes PDT dan Kementerian Transmigrasi. 4. Kemenparekraf dimekarkan menjadi 2 : Kementerian Pariwisata dan Kementerian Ekonomi Kreatif. 5. Kemenkop UKM diceraikan menjadi 2 : Kementerian Koperasi dan Kementerian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 6. Kemendikbudristek dipecah menjadi 3 : Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi serta Kementerian Kebudayaan. 7. Kemenkumham dipisah menjadi 2 : Kementerian HAM dan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan. Apa tujuannya ? Mungkin....sekali lagi... mungkin untuk mengakomodasi begitu banyaknya orang yang ingin mengabdi pada negara dan berpartisipasi dalam memajukan negara. Ini (mungkin) sungguh sangat mulia...
Thamrin Dahlan YPTD
Mendadak Menteri. Terus terang awak menyesal memberikan komentar beberapa hari lalu terkait Muhibah Abah ke Syria. Komentar tersebut agak sedikit nyeleneh. Begini iisi nya. "Sampai saat ini awak belum paham tujuan Abah ke Syria, Apakah hanya sekedar halan halan atau ada urusan bisnis.. Kini terjawab sudah. Ada urusan kepentingan nasional walaupun bukan dalam kapasitas sesuatu. Bukan pula perwakilan Kadin atau perwakilan dari yang pantas diwakili. Tentu Wakil Ketua DPR Ri Bapak Dasco ketika membaca reportase ini tercengang atau lebih tepatnya meng angguk angguk beberapa kali. Muhibah Abah mewakili dirinya sendiri berhasil menembus tembok birokrasi. Kebaikan hati Pak Dubes dan Kelegawaaan Menteri Energi, Muhammad Al Bashir menerima seorang wartawan. Pasti ada keuntungan untuk kedua belah pihak setelah pertem,uan ini. Paling tidak bagi Kabinet Merah Putih sudah ada pembuka pintu sebagai diplomasi awal yang mencerahkan. Tinggal tidak lanjut pertemuan G to G membahas kerjasama pertumbuhan ekonomi kedua negera. Pantun Satu Anda terlihat sangat simpatik memakai batik/ Batik Jambi durian pecah Sungai Batanghari/ Sukses muhibah Abah menjadi sosok pemantik / Semoga kedepan lanjut pertemuan Antar Menteri/ Pantun Dua Bukan sesuatu sembarang sesuatu / Sesuatu ini sungguh sangat bermutu / Walaupun menempuh jalan berliku liku/ Niat untuk kemaslahatan bersatu padu/ Salamsalaman
Restu K Widi
"Pulang dari kementrian saya berniat mengembalikan baju itu. Begitu melihat mimik saya, pak dubes sudah bilang duluan..gak usah dikembalikan"... Harusnya saat itu ada yg dokumentasikan.. saya begitu ingin melihat mimik seperti apa yang Pak DI tunjukkan... mungkin bisa menginspirasi warga perusuh
Lukman Nugroho
Bahkan sejak masih menjadi sesuatu dulu. Sebelum sepatu sneakers menjadi tren seperti sekarang ini. Pak Bos sudah pakai sepatu sneakers. Dan mungkin malah wagu kalau harus pakai yang formal atau pantofel. Ditambah lagi, kebiasaan sering di lapangan selama menjabat. Jadi akan seperti apa jika harus pakai pantofel. Biarlah Abah tetap seperti itu, dulu, kini dan nanti. Yang penting, pikiran, ide dan gagasan untuk membuat bangsa ini maju terus Abah gemakan. Komentar ini sifatnya membela dan memuji. Siapa tahu dapat sepatu atau baju batik Alepponya. Hehehe
Sapardi ST
Kalimat terakhir sebenarnya agak bernada sombong.. Tapi saya akui, abah dengan memakai baju batik itu wajah abah serasa baru berusia setengah abah lebih sedikit.. karena emang warnanya batiknya membuat abah nampak lebih cerah.. daripada abah pakai jas seperti Pak Bashir mungkin lebih elegan ini.. semoga syiria melirik baju abah sehingga menjadi baju kebanggaan disana selain baju Gamis dan Jas.. sehat selalu ya abah...
pak tani
Siapa tahu, gathering ke xxx pak bos akan mendonasikan barang2 'pinjam tapi lupa' sebagai doorprize ke perusuh. Tapi kemungkinan akan makan waktu yang lama. Saking banyaknya.:)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:

Komentar: 169
Silahkan login untuk berkomentar