Siber Rusia Pernah Buat AS dan Eropa Kalang Kabut, Joe Biden Perkuat Pertahanan Digital
JAKARTA, DISWAY.ID - Presiden Joe Biden telah meminta perusahaan swasta di Amerika Serikat (AS) untuk memperkuat pertahanan digital mereka terhadap kemungkinan serangan siber Rusia.
Sebab, Rusia telah melakukan tiga serangan siber yang membuat negara-negara Barat resah. Meskipun tidak ada bukti bahwa Rusia merencanakan serangan siber, Biden mengklaim bahwa serangan siber terhadap Amerika Serikat mungkin terjadi.
Rusia sebelumnya menyebut tuduhan itu sebagai ketakutan terhadap Rusia atau apa yang mereka sebut "Russophobia."
Rusia adalah negara siber besar dengan senjata siber canggih dan peretas yang mampu melakukan serangan siber yang menyebabkan kerusakan besar.
BACA JUGA:Terancam 'Ditendang' dari Anggota G-20, Rusia Mengaku Tak Peduli
Invasi Rusia ke Ukraina juga tak luput dari serangan di sektor siber.
Namun serangan di sektor ini tampaknya tidak terlalu berdampak pada Ukraina, sehingga sejumlah ahli khawatir Rusia akan mengalihkan serangannya ke sekutu Ukraina.
"Peringatan Biden tampaknya masuk akal, terutama karena Barat memberlakukan lebih banyak sanksi, para peretas terus bergabung, dan serangan dari invasi tampaknya tidak berjalan sesuai rencana," kata Jen Ellis dari perusahaan keamanan siber Rapid7, seperti dikutip dari BBC.
Kekhawatiran Biden pada serangan siber Rusia bukan tak berdasar. Pasalnya ada tiga serangan siber Rusia yang membuat Barat ketar-ketir. Berikut tiga serangan siber tersebut:
BACA JUGA:Hasil Kualifikasi Piala Duania Zona Afrika: Mesir Kalahkan Sinegal 1-0, Berkat Gol Bunuh Diri
1. BlackEnergy
Ukraina kerap dideskripsikan sebagai taman bermain bagi hacker atau peretas Rusia. Hal ini dikarenakan negara tersebut seringkali dijadikan target pengujian untuk teknik dan peralatan peretasan.
Pada 2015, listrik di Ukraina terganggu akibat serangan siber yang disebut BlackEnergy yang membuat listrik dari 80 ribu di Ukraina Barat lumpuh.
Berselang hampir setahun, serangan lain yang diberi nama Industroyer melumpuhkan seperlima pasokan energi di Kyiv, ibu kota Ukraina selama hampir satu jam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: