Cerita Pengungsi Perang dari Kota Mariupol, Nadia: Anak Saya Sembunyikan Roti untuk Makan Besok Pagi
Nadia menceritakan kisah dirinya dan ketiga anaknya berhasil melarikan diri dari kampung halamannya, Kota Mariupol.-BBC/Roman Golovchak -
”Kamu menjalani hari-harimu tanpa mengetahui apakah kamu akan hidup esok pagi,” ucapnya seraya menyeka air mata yang jatuh.
Mariupol telah melihat kengerian terburuk dari agresi Rusia terhadap Ukraina.
Ribuan orang telah tewas ketika pasukan penyerang mengepung kota, menyerangnya tanpa ampun dari udara, dari tanah dan juga dari laut.
Jalan demi jalan, bangunan demi bangunan, sebagian besar sekarang terletak di reruntuhan.
”Kami dikupas habis-habisan. Mereka tidak peduli tentang apa pun. Anak saya terus bertanya, Mengapa ada ledakan?” sambung Nadia.
”Saya akan mengatakan kepadanya, Jangan khawatir Nak. Itu hanya kembang api,” imbuh wanita itu dengan nada yang sedikit gemetar.
Selama waktu mereka di kota, tetangga memasak makanan kecil yang mereka miliki di dapur lapangan di jalan.
”Kami sering tetap di luar karena lebih hangat daripada di dalam,” kata Nadia.
Pada dua hari terakhir mereka di sana, mereka tidak punya apa-apa lagi untuk dimakan. Bahkan sereal atau oatmeal.
”Tidak masalah apakah Anda punya uang, tidak ada makanan yang tersisa di kota," ucapnya.
Dalam salah satu upaya mereka untuk melarikan diri, mereka pergi ke tempat di mana mobil berkumpul yang dipercaya menjadi titik evakuasi.
Seorang pria mendorongnya dan anak-anaknya seperti anak ‘anjing’ di dalam bangunan yang rusak, di mana mereka pikir mereka akan dilindungi.
”Kami menyaksikan sesuatu yang mengerikan. Sebuah mobil tertimpa selongsong peluru. Sopir, seorang tentara yang mencoba membawa keluarganya keluar kota, terluka di kepala,” cerita Nadia.
”Setelah melihat semua ini, kami kembali ke rumah dan putra saya yang lebih muda bertanya kepada saya, 'Bu, mengapa mereka mencoba membunuh kami?’," kata Nadia.
"Apa yang bisa saya katakan padanya? Saya tidak tahu."
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: bbc