Identik Dengan Perayaan Cap Go Meh, Ini Lho Filosofi dari Lampion, Bukan Cuma Hiasan!
Ilustrasi perayaan Cap Go Meh 2023-Unsplash/ Humphrey Muleba-Unsplash/ Humphrey Muleba
Kemudian, lampion diadopsi oleh para biksu Buddha sebagai bagian dari ritual mereka pada hari ke-15 bulan pertama kalender lunar atau penanggalan Tionghoa.
Atas perintah kaisar, orang-orang bergabung dalam ritual itu lalu menyalakan lampion untuk menghormati Buddha.
Hingga di era Dinasti Tang, praktik itu kemudian berubah menjadi sebuah festival yaitu Cap Go Meh, yang hingga saat ini selalu dirayakan dalam setiap tahunnya.
BACA JUGA:Tes Urine Wanita Tanpa Pakaian di Camry yang Merupakan Pelajar SMA Jambi Diungkap Kepolisian
BACA JUGA:Wow! Kim Kardashian Pakai Jersey Klasik AS Roma Bikin Geger
Filosofi dan Makna Lampion
Terdapat legenda klasik yang berkaitan dengan makna lampion, yakni lampion sebagai pengusir kekuatan jahat angkara murka yang disimbolkan dengan raksasa bernama Nian.
Nian memiliki wujud seperti seekor banteng jantan, dengan kepala singa.
Nian dikisahkan sebagai pemangsa hewan ternak, tanaman, hingga anak-anak.
Sehingga, kehadirannya disebut sebagai ancaman bagi para warga.
Meski menyeramkan, Nian memiliki ketakutan dengan tiga hal, yaitu api, suara bising, dan warna merah.
Karena itu, warga menggunakan berbagai benda yang dapat mengeluarkan api, suara bising, serta warna merah.
Salah satunya adalah lampion.
Hal ini pula yang membuat perayaan Imlek identik dengan warna merah dan petasan.
Berkat perannya dalam menghalau kehadiran Nian, itulah mengapa lampion juga memiliki filosofi sebagai simbol keberuntungan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: