Kenapa Nabi Muhammad SAW Berpuasa Penuh di Bulan Sya'ban? Ini Dia Jawabannya

Kenapa Nabi Muhammad SAW Berpuasa Penuh di Bulan Sya'ban? Ini Dia Jawabannya

Kenapa Nabi Muhammad SAW Banyak Berpuasa di Bulan Sya'ban?-Foto/Pixabay/xusenru-

Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat Imam Syihabuddin Al-Qasthalani dalam Al-Mawahib-nya, serta Ibnu Hajar Al-Asqalani yang mengatakan bahwa ayat itu turun pada bulan Sya’ban tahun ke-2 Hijriyah.

Salah satu keutamaan bulan Sya’ban adalah diturunkannya ayat tentang anjuran membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW pada bulan ini, yaitu ayat:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya-bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan.” (QS. Al Ahzab; 56)

BACA JUGA:Muhammadiyah Tetapkan Puasa Ramadan Jatuh Pada 23 Maret 2023, Kapan Hari Raya Idul Fitri?

Turunnya Syariat Puasa Ramadhan dan Malam Nishfu Sya’ban

Ada yang berpendapat, kewajiban puasa Ramadhan diumumkan oleh Nabi Muhammad SAW pada hari Senin, 1 Sya’ban 2 H.

Ibnu Jarir dalam kitab Jami’ul Bayan, berkata, “Pada tahun ini puasa bulan Ramadhan diwajibkan." 

Ada yang berpendapat: Puasa Ramadhan disampaikan kewajibannya pada bulan Sya’ban tahun yang sama.

Kemudian dikisahkan bahwa ketika Rasulullah SAW tiba di kota Madinah beliau menjumpai kaum Yahudi berpuasa pada bulan Asyura. Beliau menanyakan hal itu kepada mereka, mereka menjawab, 

“Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan meneggelamkan bala tentara Fir’aun.”

Lalu beliau bersabda, “Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian.” 

Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa. Hadis ini disebutkan di dalam kedua kitab Shahih dari Ibnu Abbas. 

Pada bulan Sya’ban sedang malam yang mulia dan penuh berkah seperti malam Nishfu Sya’ban. 

Di awal bulan ini Allah SWT mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, utama orang-orang yang meminta belas kasihan, mengabulkan doa orang-orang yang berdoa, mengambil kesusahan orang-orang yang susah, memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rizki dan amal manusia. 

Banyak Hadits yang menerangkan keistimewaan Nishfu Sya’ban ini, meskipun di situ ada yang dho’if (lemah), namun Al Hafidh Ibnu Hibban telah menunjukkan kesahihan beberapa hadits tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads