Tanpa Sapujagat

Tanpa Sapujagat

Mengapa harga minyak goreng di Malaysia bisa dikendalikan?-@gambareza-

---

Er Gham

Kok Malaysia bisa. Padahal masalahnya sama.

---

Membaca komentar Er Gham di Disway Jumat lalu itu saya langsung menghubungi ahli satu ini: Prof Dr Hendri Saparini. Dia terkenal dalam urusan "menghadirkan kembali fungsi negara dan rakyat untuk menegakkan kedaulatan pangan Indonesia".

Dia bisa bicara fasih apa yang dilakukan oleh Malaysia. Dr Saparini tergabung dalam asosiasi ahli ekonomi politik. Dia lulusan ''Universitas Pro Rakyat'' Gadjah Mada, Yogyakarta. Lalu meraih gelar master dan doktor dari Universitas Tsukuba, Jepang.

Setelah lama menjadi peneliti di Econit-nya Dr Rizal Ramli, Saparini mendirikan lembaga sendiri: Core Indonesia. "Saya ingin ada kajian yang tidak hanya kulit-kulitnya. Harus membahas core-nya," ujar Saparini.

Lantas Saparini menemukan kepanjangan dari Core itu: Center of Reform on Economy. Di situlah dia sehari-hari. Meneliti dan menganalisis semua kebijakan yang terkait dengan ekonomi –termasuk, terutama, pangan.

Sejak muda pemikiran wanita Kebumen ini sangat menonjol. Megawati Soekarnoputri pernah memberikan penghargaan sebagai 'Ekonom Muda Indonesia' pada 2009. PKS juga memilihnyi sebagai wanita berpengaruh.

"Di Malaysia ada kebijakan mendasarnya. Ada ketentuan mengenai pangan strategis," ujar Saparini. "Kita belum punya," tambahnyi.

Saya, harusnya, tidak perlu memilih ''Saparini'', nama belakangnyi, ketika menuliskan namanyi. Toh Disway sudah meniru bahasa Inggris: menulis ''nyi'' untuk ''her'' dan ''nya'' untuk ''his''. ''Dia'' untuk ''she'' dan ''ia'' untuk ''he''. 

Tapi tetap saja saya "ragu": kalau saya tulis Hendri –nama depannyi– itu dikira nama laki-laki. 

"Sampai sekarang masih ada saja yang menulis undangan ke saya dengan ''Bapak Hendri....''. Dikira saya laki-laki," ujarnyi, lantas tersenyum.

UU bahan pangan strategis itu, katanyi, belum pernah ada. Tapi, waktu itu, negara punya kebijakan strategis di lapangan: mendirikan Bulog. Yang bisa menggunakan keuangan negara untuk menjadi stabilitas harga pangan.

Lembaga Bulog menjadi mandul setelah ''Yang Mulia IMF'' kita datangkan. Untuk mengatasi krisis moneter tahun 1998. Yakni krisis multi dimensi yang sampai bikin Presiden Soeharto lengser.

Sisi lain krisis waktu itu: bisa bikin banyak orang kaya mendadak –dari mempermainkan lembaga yang Anda sudah tahu: BPPN.

IMF lantas membantu kita. Tapi juga menetapkan 1001 syarat yang harus kita penuhi. Salah satunya: Bulog tidak boleh lagi menggunakan uang negara.

Selesailah barang itu. 

Bulog pun ''habis''. 

Memang masih saja bisa bersiasat. Dengan menggunakan dana komersial bank milik negara. Tapi sudah tidak bisa seperti Bulog yang dulu lagi.

Sejak itulah, ujar Saparini, impor bahan pangan menjadi kenyataan baru. Menjadi semacam keharusan. Lalu senjata impor itu meningkat menjadi solusi permanen. Alasannya selalu sama: agar inflasi tetap rendah.

Harga pangan impor itu memang lebih murah. Menurut Saparini, itu bukan saja berkat pertanian mereka yang lebih efisien. Tapi juga dari  kebijakan ''memperbarui stok'' nasional di sana.

Mereka selalu punya stok besar. Tujuannya: menjaga stabilitas pangan di sana. Stok pangan itu ada masa kedaluwarsanya. Stok yang mendekati kedaluwarsa dilepas. Tentu dengan harga murah.

Menurut Saparini, baik ''efisiensi pertanian'' maupun ''pengadaan stok nasional'' punya latar belakang yang  sama: adanya kebijakan negara di bidang pangan strategis. "Core-nya di situ," ujarnyi.

Maka di saat Indonesia krisis minyak goreng Malaysia tenang-tenang saja. Padahal sama-sama penghasil sawit terbesar dunia. Sama-sama eksporter produk sawit. Sesama ras Melayu. 

Di Malaysia harga minyak goreng –di sana disebut minyak masak– tidak binal. Tetap saja di sekitar Rp 8.500. Itu harga per liter. Di sana ukuran minyak masak pakai liter. Berarti hanya sekitar Rp 7.800/kg.

Di Malaysia minyak masak juga diurus pemerintah. Yakni oleh Kementerian Perdagangan Dalam Negeri dan Hal Ehwal Pengguna. Disingkat –gak usah diingat: KPDNHEP.

Adanya UU yang mengatur pangan strategis itu. Tidak diperlukan keputusan ''sapu jagat''. 

Keputusan ad hoc seperti kejutan Presiden Jokowi Jumat lalu itu memang penting. Tapi belum menjamin tidak terjadi lagi. Di lain waktu. Di komoditas lain.

Sepanjang hari kemarin saja, misalnya, sudah beredar rumor ini: yang dilarang itu ekspor olein. Yakni minyak goreng yang belum dikemas. Sedang ekspor CPO tidak termasuk yang dilarang.

Sulit mencari penegasan mana yang benar. Kemarin adalah hari libur. Rumor ini harus dijelaskan hari Senin ini.

Dr Saparini sudah lama mengusulkan pembuatan UU pangan strategis itu. Tapi masih gagal. Di era mana pun. 

Selama ini petani kita yang kalah efisien cenderung dijawab dengan kepasrahan: sudah takdir kita. 

Padahal, seperti kata Saparini, semua bisa diatasi dengan kebijakan negara yang komprehensif.

Di situlah core-nya. Untuk mengkaji yang core-core seperti itulah dia dirikan Core Indonesia.

Tapi kenapa orang tua Saparini memberi nama laki-laki untuk anak perempuannya?

"Saya ini orang Jawa," katanyi. "Di Jawa, kata bapak saya, nama dengan akhiran 'i' itu menandakan perempuan. Kalau akhiran 'o' itu untuk nama laki-laki. Jadi Hendri itu nama perempuan. Kakak laki-laki saya bernama Hendro," ujarnyi.

Belakangan, ketika dia sering ke Prancis, barulah mantap. "Di Prancis nama Hendri itu perempuan. Jadi, ayah saya sudah benar," katanyi.

"Jangan-jangan ayah dulu lulusan Sorbone University...," sela saya.

":) :) :)'" jawabnyi.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Belanda Budiman

Amat Kasela
Rama-rama bertali benang / Burung nan cantik terbang ke sawah/ Berikan maaf jikalau lancang/ Gantilah "merubah" jadi "mengubah Rubah : binatang karnivora Me + rubah = .... Salam Budiman

No Name
Banyak cerita cinta yang terlarang, endingnya; Anda Sudah Tahu. "Pancaroba sosial" - saya suka idiom Abah DI ditulisan ini, juga kalimat " ...daripada melanggengkan kemiskinan ... " Realitas sekali alasan ini, alasan untuk pembenaran. Untungnya pemerintah saat itu melarang dan menutupnya, berarti alasan itu "salah". Tak terbayangkan dampak sosial dan susilanya.

Lukman bin Saleh
Ini bukan tentang Budiman, Belanda, adopsi, atau keadaan sulit tahun 70 an. Tapi ttg topik yg kmarin, tp berhubung Abah menyentilnya d akhir tulisan, sy tergelitik lg mengomentari minyak. DMO sudah d tetapkan. Perusahan sawit mematuhi aturan. Mengalokasikan CPO sesuai permintaan pemerintah. Tp minyak tetap langka. Mendag bingung. Pengusaha sawit d periksa. D tunjukkan dokumen. Bukti pengalokasian CPO sesuai permintaan pemerintah sudah d laksanakan. Tp minyak menghilang. Ke mana? Mendedag bilang tau minyak itu d mana. D tahan distributor. Lebih dr itu. Mendag bilang tau motif distributor. Menunggu HET migor d cabut. Krn mereka yakin Het akan d cabut mengingat harga minyak dunia terus melambung. Mendag mengancam jika migor tetap d tahan, mereka akan d tendang. Ancaman mendag tdk mempan. Malah benar Het Migor d cabut. Distributor pesta pora. Dalam hitungan detik, minyak tiba2 membanjiri pasar. Berarti benar d tahan. Bukan krn tdk ada. Disaat pesta pora mafia migor. Tiba2 presiden mengumumkan stop ekspor. Petani sawit terpaku. Mendadak lesu. Mengapa tega pemerintah berlaku seperti itu? Lain yg salah, lain pula yg d hukum. Distributor yg bermain, distributor yg berpestapora, justru tdk tersentuh hukuman. Apa hubungannya stop ekspor CPO dg distributor migor? Itu sebabnya, sy berharap larangan ini jangan lama2 d terapkan. Bila perlu jangan sempat d jalankan. Kasian petani sawit yg harus menanggung hukuman krn kesalahan org lain...

Teguh Wibowo
Di Solo-Jogja ada group facebook namanya "Info Cegatan bla.. bla.. bla." Misal untuk jogja "Info Cegatan Jogja." Untuk solo "Info Cegatan Solo." Group ini awalnya adalah wadah untuk saling bertukar informasi adanya razia / operasi kendaraan bermotor di sekitar wilayah masing2. Namun saat ini group2 FB tsb berkembang mjd pusat informasi apa saja. Ada Info orang hilang, Info pencarian orang, Dompet hilang, motor hilang, dsb. Nah.. barangkali di Tangerang ada group serupa bisa dicoba untuk mencari orang tuanya Mas Budiman ini..

Dedi Juliadi
Tahun2 itu perubahan kehidupan sosial sehingga banyak hubungan terlarang yang menghasilkan bayi2 adopsi, sekarang juga hubungan terlarang lebih banyak lagi tapi tidak lagi menghasilkan bayi adopsi karena kondom dijual dimana2 dan harganya sangat terjangkau.

Zakaria Chen fu
Tamat SMA dibelanda bisa jadi wartawan international.Tamat SMA di Indonesia jadi artis tiktok dan galau gak tau mau ngapain lagi

thamrindahlan
46 Awak bertanya 4 hal terkait Belanda Budiman Anda Belum Tahu bagaimana Budi bisa tergabung di disway .Apakah ini bukti bahwa Portal Abah ini sudah go international Anda Belum Tahuas Budi wartawan free lance atawa reporter surat kabar mana Anda Belum Tahu kisah haru Budiman berjumpa dengan orang tua kandung pada next episode disway.id Sarung kotak anak jalanan / Dipakai miring nyaris tergantung/ Sungguh menarik kisah Budiman / Perjalanan panjang cari ortu kandung / Salamsalaman

No Name
Gorssel. Saya pernah singgah untuk makan siang di desa itu, nun 30-an tahun nan silam. Meskipun hanya sebuah desa, Gorssel adalah desa yang modern. Juga kaya. Populasinya juga lebih besar ketimbang desa Joppe, di sebelah timurnya. Populasi Gorssel ketika itu, kata pemilik restoran, sekitar 3500-an jiwa, sedang Joppe hanya 400-an jiwa. Sebenarnya Gorssel lebih dekat dengan Deventer, kota di sebelah utaranya yang masuk ke Provinsi Overijssel. Kira-kira hanya setengah dari jarak Gorssel - Lochem, Gelderland. Lochem sendiri hanya belasan kilometer dari perbatasan dengan Jerman. Budiman mencintai Indonesia, itu wajar. Karena berdarah Indonesia dari kedua orangtuanya. Sedang orang yang berdarah Belanda tulen saja, karena sejak lahir hingga remaja tinggal di Indonesia, begitu cintanya kepada Indonesia. Contohnya, Wieteke Van Dort (Tante Lien), kini 79 tahun. Penyanyi yang ditahan 1980-an menjadi host acara "koempoelan" (The Late Lien Show) di salah satu TV Belanda itu lahir di Surabaya dua tahun sebelum proklamasi. Saat usia 14 tahun, masih di HBS (setingkat SMP) ia dan kedua orangtuanya liburan ke Den Haag. Eh, Bung Karno menasionalisasi perusahaan milik Belanda di Indonesia, termasuk perusahaan tempat papanya. Dan Tante Lien tak bisa kembali ke Indonesia. Beberapa tahun yang lalu kayaknya Tante Lien ini pernah menengok rumah kelahirannya di Surabaya, malah didampingi Pemred Jawa Pos. Selain Tante Lien juga ada Anneke Gronloh (meninggal 2018). Yang ini blasteran Belanda-Minahasa.

Arala Ziko
Semua yg pengen disebut Budiman, besok lebaran silaturahmi dan sungkeman ke Pak Dahlan ye

Gito Gati
Komentator spesialis, Pak Harto itu sebenarnya Presiden yang berhasil membangun Indonesia. Tapi sayang, pak harto bukanlah pemimpin yang ikhlas. Merasa berhasil membangun Indonesia, pak harto minta upah. Upah yang diminta adalah "kamukten" keluarganya. Anak2nya "dimuktikan" dengan jalan koruptif. Sehingga negeri ini krisis. Dan....... Ya sudah, rakyat akhirnya menurunkanya. Itulah sekilas cerita junjunganmu sodara.

Komentator Spesialis
Baca dulu sejarah sebelum sampeyan bandingkan dengan china, korea mas. Awal pemerintahan Pak Harto, Indonesia hyper inflasi sampai 650%. Duit nggak ada harganya. 1000 rupiah dipotong jadi 1 rupiah. Hutang membumbung akibat pengelolaan ekonomi ugal ugalan. Misal beli senjata dll. Sarana prasana rusak karena revolusi setelah penghianatan PKI. Pendapatan per kapita cuman USD 70. Sebagai referensi tahun 1997 sebelum krisis per kapita sekitar USD 1200 alias naik 17 kali lipat alias 1700% selama 31 tahun. Rata rata pertumbuhan ekonomi 6.8%. Sampeyan bandingkan sama sekarang yang 7 tahun yang GDP naik nggak sampai 20% ya juauh mas.

No Name
Orng tua angakat viral Jadi orang tua angkat kadang tidak beruntung kala punya anak seperti Sukanto Tanoto, cinta 1/3 hati tapi jadi orang tua juga jangan naif, jadilah seperti orang tua Budiman. Orang tua Budiman ini clear dan clean, tidak ditutupi. Ibu pertiwi ini jadi ibu angkat yg tidak clear dan clean, seperti kondisi yg diceritakan Pak Mahfud. Pak Mahfud yg punya jabatan strategis saja punya harapan ada orang kuat yg akan membangunnya di 2024. Sedih sekali, harapan di atas harapan. Saya dulu berharap pada Pak Mahfud karena keberhasilannya di mahkamah konstitusi yg lebih bersifat kultural dibanding stick and carrot. Ternyata Pak Mahfud berharap lagi ke orang lain. Tapi lama sekali, apalagi kalau yg diharapkan Pak Mahfud ini seperti Corazon Aquino yg berharap lagi. Pak Mahtud bilang, semoga (pakai semoga, bukannya dibangun) ada orang kuat yg bisa menyatukan masyarakat yg terbelah. Ternyata belahnya seperti dibelah kampak, bentuk dan jumlahnya gak jelas. Istilahnya gak sistemik padahal pengakuan Mba Sri sistemik. Coba....masak sistemik kalau batu bara mahal pakai sapu jagat moratorium, mahal CPO pakai sapu jagat dilarang ekspor, mulai hari ini. Lama-lama ibu pertiwi jadi bakulan pecel, kacang mahal bumbunya diencerin. Kapan pecel ini go internasional seperti McD?

mzarifin umarzain
THR secara agama, tak perlu ada. Secara sosial/adat, barangkali perlu ada. Secara agama, apa yg perlu ditunjang? Kewajiban dalam hari raya 'iidu lfithri cuma: 1. Makan pagi/sarapan/ifthoor?/futhuur?. 2. Tunaikan zakat fithri 3 kg beras= 33 rb rp/ orang. Cuma 50 rb rp/ orang apa nya yg perlu ditunjang? Bukan kewajiban islaam untuk: berbaju baru, mudik, chalaal bi chalaal, sediakan toples & isi nya, beri angpao, dll. Kata pak Hamka, kalau tak salah: THR kerjaan nya orang yg suka nuntut. Muslimuun, diberi thr, syukur. Tak diberi, tak masalah. Faqir miskin dipelihara negara.

Mirza Mirwan
Ini protes terakhir. Kenapa sih penampilan Disway.id setelah menjadi media yang terverifikasi Dewan Pers malah tambah amburadul? Di mana sulitnya memperbaiki tampilan dengan belajar dari Disway App dulu? Dulu itu kalaupun ada kekurangan, paling hanya keterlambatan posting. Dan sekarang? Banyak! Pembatasan jumlah karakter, urutan reply yang lucu dan.... ini yang bikin jengkel: Nama dan profil tidak muncul. Akhirnya siapa yang menuliskan komentar anonim itu tidak jelas. Benar, itu tadi protes saya yang terakhir. Tolong, manajemen Disway.id, kalau tim IT tidak bisa memperbaiki kekurangannya, tidak usah dikasih THR.

Juve Zhang
Sepertinya itu Jaman "Kumpul Kebo" jadi trending. Hasilnya banyak bayi tak berdosa lahir, saya kos di Yogyakarta, ibu kos yg hampir setengah tua juga ikut trending jaman itu, anak kos mahasiswa ada yg tertarik " trending" jaman itu, hasilnya anak lucu,gemuk. "Imbalannya" kos untuk mahasiswa itu Gratis.wkwkwkwkwk win-win Solution kata Om JinPing.

Komentator Spesialis
Sangat naif memvonis semua karena kumpul kebo mas. Jaman segitu belum ada internet. Dan tidak semassif kumpul kebo jaman sekarang. Saya yakin sebagian besar adopsi karena alasan ekonomi. Jaman segitu negara kita masih super miskin. Saya yakin motif ekonomi lebih besar. Mereka tidak mampu merawat atau ingin mendapatkan uang.

Jimmy Marta
Jadi penasaran dengan Ana van Valen. Apakah bersaudara dg Via 'van' Valen, atau mirip Marco van Basten atau berkulit Ruud 'van' Gulit. 

edi susanto
Saya tahu yayasan Mijn Roots ini. Sering mengadakan acara di KBRI DH. Kebetulan saya belasan tahun disana. Jauh sebelum yayasan ini berdiri. Saya pernah berhasil membantu salah satu dari mereka, menemukan ibu biologisnya di Sidoarjo. Waktu itu si anak kontak ke KBRI. Saya berinisatif membantu secara pribadi. Berdasar surat lahir dan surat adopsi, sy kontak teman2, posting di fb, juga posting di Kaskus. Dalam penelusuran saat itu juga dibantu sama temen2 di Jawa Pos lewat -kalau ga salah ingat- mbak Etty Samawa Uthan. Yg berhasil melacak yayasannya di Jakarta. Sementara itu teman di Kaskus melacak dan berhasil menemukan ibunya di Kedung Pandan, Jabung, Sidoarjo. Saat sendiri sempat silaturahmi ke kediaman ibunya saat pulkam beberapa tahun yg lalu. Sayang sekali si anak agak syok mendengar sejarah kelam dr ibunya. Kami putus kontak. Beberapa bulan lalu, setelah 8 tahun berlalu. Dia kontak saya lagi minta dibantu ibunya untuk test DNA. Dan bila benar hasil testnya. Dia ingin ke Indonesia. Semenjak ketemu ibunya tahun 2014 lalu saya putus kontak. Nomer yg sy pegang sudah ganti. Dan semenjak kembali saya juga belum sempat ke Sidoarjo. Adakah rekan disini yg berdomisi di skitar Karang Pandan, Jabung, Sidoarjo dan bersedia membantu? Bila ada, tolong kontak saya di [email protected] Terima kasih

Jimmy Marta
Tumbuh dan besar di eropa membuat pisik adaptasi. padahal bibit asli Indonesia. Ini ada teman orang Indo asli.sang laki batak dan istri minang. Bekerja di bbc london .Tinggal lama dan punya anak lahir di london. Eh si anak berwajah bule. Pirang, mancung. Mungkin cuaca dan faktor makanan mempengaruhi.

Pryadi Satriana
Tulisannya itu lho yg dibilang sampah. Sama sekali tak ada empati thd orang2 yg jadi korban situasi & kondisi 'so sial' yg melingkupinya. Dahlan Iskan seperti bukan orang Jawa lagi, gak iso mikul dhuwur mendem jero. Sudah jadi 'garbage truck', dan ... buang sampahnya sembarangan. Masih punya nasionalisme atau nggak sih, Pak? Drpd nulis ttg orang lain yo mbok ttg diri sendiri: Kenapa ndhak tahu tanggal lahirnya? Apa yg terjadi? Siapa yg membantu persalinan, dsb., dst. sampai pembaca Disway tahu detil ceritanya. Panjenengan bukan anak ngapek kan, Pak? Yo wis ngono ae. Ora usah nesu. Kudu nglakoni sabar. Jurnalis kan sudah tahu resiko dari tulisannya, bukan begitu Pak? Btw, Mas Lukman itu guru kan? Belajar lebih kritis ttg yg tersirat ya? Sehat selalu semuanya. Salam. Rahayu.

Ibnu Shonnan
Hubungan biologis akan terus ada. Tarikan bathin, rasa kangen bertemu pada sosok yang melahirkan akan terus jadi impian. Tapi, perasaan itu tidak ada, bagi pengusaha CPO dengan ibu pertiwinya. 

Johannes Kitono
Budiman adalah *Anak Korban Kemiskinan * yang beruntung, diadopsi oleh pasangan keluarga Belanda. Yang berhasil merawat dan mendidiknya sampai dewasa. Memutus lingkaran kemiskinan di ortu biologisnya. Pernah terjadi, ada seorang perempuan desa yang lumayan cantik melamar jadi ART alias pembantu. Sebut saja Atun namanya. Sebagai ART tugasnya rutin dan biasa biasa, sampai suatu hari dipagi hari. Atun meraung raung kesakitan sambil memegang perutnya. Setelah diinterogasi dengan seksama ternyata Atun mengaku mau melahirkan. Bikin kaget seisi rumah. Untung Atun baru 2 bulan kerja disana. Tentu isteri tidak perlu curiga bahwa yang mau lahir kedunia ini " anak hubungan gelap " suaminya. Atun dibawa ke bidan oleh tukang kebun yang jomblo dan mengaku sebagai suaminya. Lahirlah seorang bayi cantik yang hidungnya mancung. Ternyata bapak biologis bayi cantik itu seorang ustad yang merangkap jadi dukun. Atun jadi korban pemerkosaan ketika berobat sama ustad laknat tsb. Dikasih minuman yang sudah dibaca dengan mantera. Habis minum kepala pusing langsung tertidur. Saat itulah pemerkosaan atau pembuatan anak secara paksa terjadi. Beberapa bulan sesudah kejadian Atun sadar sudah berbadan dua. Tapi sang ustad sudah hilang entah kemana. Singkat cerita beberapa hati sesudah bayi cantik lahir , langsung di adopsi Wawan. Teknisi komputer yang sudah 7 tahun nikah tapi belum punya momongan. Bayi cantik itu di Akta Kelahirannya langsung jadi anak Wawan suami isteri. Tidak ada Surat Adopsi.

Komentator Spesialis
Bebek goreng surabaya ? Mungkin maksudnya bebek goreng madura. Coba nyeberang sedikit ke suramadu. Mampir ke bebek goreng sinjay pasti muantab tenan.

Antonio Samaran
Bagi yg tidak sempat diadopsi oleh orang Belanda dan hidupnya tidak bagus, merantaulah! Niscaya kehidupanmu akan lebih baik. Kemiskinan tidak ada hubungannya dengan keturunan! Kehidupanmu yg akan datang ditentukan oleh buku apa yg anda baca hari ini dan dengan siapa anda bergaul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 299

  • gpai bayan
    gpai bayan
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • Otong Sutisna
    Otong Sutisna
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • firdaus feri
    firdaus feri
  • Liam Then
    Liam Then
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • Liam Then
    Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
  • firdaus feri
    firdaus feri
    • achmatrijanifahmi
      achmatrijanifahmi
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • Otong Sutisna
    Otong Sutisna
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
    • Mister Xi
      Mister Xi
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Amat Kasela
    Amat Kasela
    • achmatrijanifahmi
      achmatrijanifahmi
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
    • Anwarul Fajri
      Anwarul Fajri
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Atho'illah
      Atho'illah
    • Anwarul Fajri
      Anwarul Fajri
  • Johan
    Johan
    • Johan
      Johan
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
  • Lukman bin Saleh
    Lukman bin Saleh
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
  • Gito Gati
    Gito Gati
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • Mister Xi
    Mister Xi
  • Budi Utomo
    Budi Utomo
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
  • Mister Xi
    Mister Xi
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Tunk BM
      Tunk BM
    • Tunk BM
      Tunk BM
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Wahyun TV
      Wahyun TV
    • Pembaca Disway
      Pembaca Disway
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
    • Liam Then
      Liam Then
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
  • alasroban
    alasroban
  • Johan
    Johan
  • Otong Sutisna
    Otong Sutisna
  • Yea A-ina
    Yea A-ina
    • bitrik sulaiman
      bitrik sulaiman
  • achmatrijanifahmi
    achmatrijanifahmi
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
  • achmatrijanifahmi
    achmatrijanifahmi
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • achmatrijanifahmi
      achmatrijanifahmi
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • Budi Utomo
    Budi Utomo
    • Liam Then
      Liam Then
  • DeniK
    DeniK
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Liam Then
      Liam Then
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • LiangYangAn 梁楊安
    LiangYangAn 梁楊安
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Yea A-ina
    Yea A-ina
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • Lukman bin Saleh
    Lukman bin Saleh
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Amat Kasela
      Amat Kasela
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Pakdhe joyo Kertomas
    Pakdhe joyo Kertomas
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • Mirza Mirwan
      Mirza Mirwan
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • Gito Gati
    Gito Gati
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Legeg Sunda
      Legeg Sunda
  • Santun Mulia
    Santun Mulia
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Eko Darwiyanto
    Eko Darwiyanto
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Rizky Dwinanto
      Rizky Dwinanto
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • Antonio Samaran
    Antonio Samaran
  • Muhammad Nasor
    Muhammad Nasor
  • dabaik kuy
    dabaik kuy
  • DeniK
    DeniK
  • achmatrijanifahmi
    achmatrijanifahmi
  • dabaik kuy
    dabaik kuy
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Ibnu Shonnan
    Ibnu Shonnan
  • Hardiyanto Prasetiyo
    Hardiyanto Prasetiyo
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Santun Mulia
      Santun Mulia
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
  • Wawan Wibowo
    Wawan Wibowo
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
  • Fantra Salahuddin
    Fantra Salahuddin
  • Jo Neka
    Jo Neka
  • Teguh Wibowo
    Teguh Wibowo
    • doni wj
      doni wj
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Tinos Polembros
    Tinos Polembros
    • Amat Kasela
      Amat Kasela
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Amat Kasela
      Amat Kasela
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Ahmad Zuhri
    Ahmad Zuhri
  • Dodik Wiratmojo
    Dodik Wiratmojo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Amat Kasela
      Amat Kasela
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
  • Mister Xi
    Mister Xi
  • Zakaria Chen fu
    Zakaria Chen fu
  • rid kc
    rid kc
  • Daffa Naufal Senomiya
    Daffa Naufal Senomiya
  • Sam Ragil
    Sam Ragil
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
  • Zuhri Fahrurozi
    Zuhri Fahrurozi
  • Zakaria Chen fu
    Zakaria Chen fu
  • Zakaria Chen fu
    Zakaria Chen fu
  • Mister Xi
    Mister Xi
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
    • Amat Kasela
      Amat Kasela
    • Akagami Shanks
      Akagami Shanks
  • heni sulastri
    heni sulastri
  • DeniK
    DeniK
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
    • DeniK
      DeniK
  • charik nunukan
    charik nunukan
    • Mister Xi
      Mister Xi
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
    • Amat Kasela
      Amat Kasela
  • Dahlan Tampubolon
    Dahlan Tampubolon
    • Amat Kasela
      Amat Kasela
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
  • Kimberly Kusuma
    Kimberly Kusuma
  • mzarifin umarzain
    mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
  • Legeg Sunda
    Legeg Sunda
  • Djokher Djokhers
    Djokher Djokhers
  • Djokher Djokhers
    Djokher Djokhers
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Sutikno tata
    Sutikno tata
  • Otong Sutisna
    Otong Sutisna
  • Sutikno tata
    Sutikno tata
  • achmat rijani
    achmat rijani
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • Amat Kasela
      Amat Kasela
    • achmatrijanifahmi
      achmatrijanifahmi

Berita Terkait