Safari Djauhari

Safari Djauhari

Dahlan Iskan di Kedubes Indonesia di Beijing, Tiongkok.--

JUMAT buka puasa di kereta cepat menuju Shanghai.

Sabtu buka puasa dengan ikan unik di Yangzhong.

Minggu buka puasa di masjid Nanjing, dengan para mahasiswa dari Indonesia.

Beberapa hari sebelumnya buka puasa di Wuhan.

Sudah dekat Lebaran masih di Tiongkok. Maka duta besar Indonesia di Beijing pun mengundang saya: untuk berlebaran bersama masyarakat Indonesia di kedutaan.

Tentu saya masih berusaha pulang. Agar tidak berpotensi jadi Bang Toyib. "Kalau begitu bisakah Selasa besok berbuka puasa di Kedubes," ujar Pak Dubes Djauhari Oratmangun.

Saya minta maaf. Selasa kemarin itu saya sudah ada janji: berbuka puasa dengan para mahasiswa di Tsinghua University. Di Beijing. Saya bangga banyak anak Indonesia bisa kuliah di universitas terbaik Tiongkok ini. Banyak orang menyejajarkan Tsinghua dengan MIT-nya Amerika.

"Selasa tidak bisa. Kalau hari ini saya bisa," jawab saya.

"Hari ini saya masih di Shanghai," ujar Pak Dubes.

Saya tahu pak Djauhari ini aktif sekali. Kinerjanya dipuji banyak orang. Ia juga bangga bahwa pengusaha Indonesia kini sudah memproduksi tempe di Shanghai.

"Kalau begitu, biar didampingi Pak wakil duta besar," ujar Pak Djauhari.

Kebetulan Senin siang itu saya lagi dalam perjalanan dari Nanjing ke Beijing. Saya perkirakan pukul 13.30 sudah bisa tiba di Beijing. Dengan kereta cepat, jarak Nanjing-Beijing yang 1.200 km bisa ditempuh dalam 3,5 jam. Untuk jarak sejauh itu keretanya hanya berhenti satu kali: di Jinan, ibu kota provinsi Shandong. Kecepatannya 350 km/jam.

Maka saya anggukkan untuk ke Kedubes di jam berbuka puasa.

Beijing sudah kembali macet. Pekan lalu aturan pakai masker masih berlaku di kereta bawah tanahnya. Padahal di Shanghai, seperti ketika saya naik dari Hongjiao ke hotel saya di Xin Tian Di, sudah banyak yang lepas masker.

Senin kemarin Beijing juga berubah. Ketika saya kembali dari Nanjing itu, aturan wajib masker sudah dicabut. Hanya saja, saya lihat, baru 20 persen yang ''berani'' lepas masker. Padahal tidak ditegur lagi oleh petugas.

Saya pun tidak pakai masker. Lalu saya duduk di satu kursi kosong. Kanan kiri saya masih pakai masker.

Begitu saya duduk, yang sebelah kanan saya berdiri. Pilih berdiri daripada di sebelah saya. Saya tahu diri. Maka saya ambil masker. Dan saya pakai. Saya ingin menjaga perasaan penumpang sebelah saya. Maka yang mendadak berdiri itu duduk kembali di sebelah saya.

Khusus untuk buka puasa di Kedubes ini saya pakai mobil. Muncul perasaan takut kena macet saat melewati kawasan CCTV. Selalu macet di situ. Hari apa saja. Jam berapa saja. Maka saya berangkat satu jam sebelum jadwal.

Ternyata saya harus minta maaf karena tiba setengah jam lebih awal dari janji. Maksud saya agar penjaga pintu di depan diberi info sehingga mobil bisa masuk.

Ternyata pak Wakil Dubes Dino R. Kusnadi sudah di teras. Bersama Raden Fitri Saptaji, atase imigrasi. Juga beberapa staf Kedubes. Saya lihat ada gamelan Jawa di lobi ini. Juga seperangkat angklung Sunda. Di ruang berikutnya khusus untuk display produk-produk unggulan Indonesia: ada berbagai macam kopi, sarang burung, kerajinan, dan tentu batik.

Ruang-ruang di Kedubes ini terlihat lebih bersih dan tertata. Kelihatannya baru selesai direnovasi.

Kami pun punya waktu lebih setengah jam untuk ngobrol. Saya tertarik pada sarang burung. Pemerintahan Jokowi saya anggap berhasil menerobos barikade larangan impor sarang burung dari Indonesia. Kini sudah ada 36 eksporter yang bisa kirim langsung ke Tiongkok.

Anda sudah tahu: sarang burung Indonesia kena blacklist. Lama sekali. Salah kita sendiri. Pedagang kita rakus. Untuk membuat sarang burung berwarna putih-bening digunakan kimia yang dilarang.

Begitu tidak bisa masuk Tiongkok, harga pun nyungsep. Pedagang yang baik ikut jadi korban kerakusan itu. Mereka terpaksa ekspor lewat Malaysia. Diakui sebagai produk Malaysia.

Perjuangan memasukkan sarang burung kembali ke Tiongkok memakan waktu lebih dari 10 tahun. Sebenarnya tahun 2013 Presiden SBY sudah berhasil menyepakati protokol baru dengan Perdana Menteri Wen Jiaobao. Tapi pelaksanaannya perlu banyak terobosan.

Akhirnya berhasil juga. Awalnya hanya 12 pedagang yang dapat izin. Lalu bikin kecemburuan. Ratusan produsen sarang burung merasa dianaktirikan. Lalu membentuk asosiasi tandingan.

Memang tidak mudah mengembalikan nama yang telanjur rusak. Tapi proses penambahan kuota terus dilakukan. Jadi 16. Naik lagi jadi 24. Saya pun kaget-kaget-senang  ketika kini sudah jadi 36.

Tentu masih banyak lagi yang antre untuk bersedia diteliti: apakah proses produksinya sudah sesuai dengan aturan bahan mentah makanan. Saya pernah membahas di podcast yang ada di bawah ini.

"Sebenarnya kalau yang kita ekspor itu sarang burung yang sudah jadi makanan tidak perlu banyak prosedur," ujar Wadubes Dino.

Penjelasan Dino ini penting. Siapa tahu bisa menginspirasi para produsen sarang burung kita untuk mulai melangkah ke produksi makanan/minuman. Lalu kita bisa ekspor bahan jadi.

Dino sudah tiga tahun di Beijing. Berarti ia belum pernah tahu bagaimana Beijing dalam keadaan normal. Saat ia mulai bertugas Beijing sudah dalam keadaan darurat Covid-19. Sebelum itu Dino adalah direktur Eropa 1 di Kemenlu. Sebelumnya lagi bertugas di London dan Paris.

Dino lahir di Bandung tapi SMA-nya di Belanda. Lalu mencoba kuliah di Jerman –sesuai harapan orang tua. Sudah dua tahun di Achem. Tapi ia lihat banyak temannya yang belum lulus pun setelah 8 tahun kuliah. Bukan tidak pintar tapi karena di sana, waktu itu, paket ujiannya beda: tidak lulus satu mata kuliah dianggap tidak lulus semua. Harus mengulangi semua.

Maka ia pilih banting stir: ke Universitas Parahyangan, Bandung. Ambil hubungan internasional. Toh bahasa Inggris, Belanda dan Jermannya sudah lebih dari lulus.

Tiba waktu buka puasa kami pindah gedung. Menyeberangi tempat parkir. Di bangunan itulah musala Kedubes. Di lantai dua. Kami berbuka di situ.

Salat maghribnya diimami anak muda, kurus, bercelana jean, berkaus pendek dan berambut panjang. Saya lupa menanyakan siapa ia. Saya keburu ditarik untuk ke tempat makan.

Bu Djauhari sudah ada di meja makan itu. Juga pak Dino. Makanannya enak. Ada mie sayur, sup jagung-sosis, kerupuk udang, sambal, dan daging sate kambing ala Xinjiang.

"Semua acara ini diurus oleh mahasiswa Indonesia yang ada di Beijing. Termasuk makanan ini. Kami hanya menyediakan tempat," ujar Dino.

Makanya saya lihat banyak mahasiswa di acara ini. Ada empat orang dari Tsinghua University. Ada lima orang dari Beihang –universitas terkemuka untuk ilmu penerbangan. Dan saya diminta mengisi acara dialog di situ.

Acara buka bersama berlangsung tiap hari di Kedubes kita di Beijing. Para mahasiswa itu juga sudah menyiapkan acara untuk Lebaran nanti.

Saya pernah berlebaran di Kedubes ini. Dulu. Pesta ketupat. Tentu kali ini akan meriah. Sudah tiga tahun tidak Lebaran akibat Covid.

Sambil berbuka saya perhatikan Bu Dubes. Saya heran. Kok pembawaan Bu Djauhari ini halus sekali dan sangat rendah hati. Bukankah dia orang Indonesia yang sudah lama jadi orang internasional?

Ternyata Bu Djauhari orang Kebumen. Di pegunungannya pula. Suaminyi-lah yang kelahiran kepulauan Tanimbar, nun jauh di Maluku sangat selatan. Di kota Saumlaki. Sudah lebih dekat ke Darwin daripada ke Ambon sekali pun. Tentu saya tahu seperti apa Saumlaki. Pernah ke sana. Urusan listrik yang dulu gawat di sana.

Saat Pak Djauhari kuliah di UGM, Bu Djauhari kuliah di IKIP Yogyakarta. Maka gadis di gunung dan perjaka di laut bertemu di Yogyakarta.

Sudah lima tahun Djauhari Oratmangun menjadi dubes di Beijing. Hubungan yang begitu baik Indonesia-Tiongkok sekarang ini tentu salah satu hasil kerjanya. (Dahlan Iskan) 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 18 April 2023: Safari Aladin

 

Parikesit

@Om.Amat. Ada salah seorang kawan SD, dia bercerita selama ini kerjanya adalah duduk2, ongkang2 kaki, tapi duit masuk terus. Saya tanya : "Pean trader saham dan forex? "Tidak" "Digital Nomad?" "Tidak" "Lalu apa, dong?" "Jaga toilet SPBU" "Oh walaah. Hahaha"

 

Fa Za

Menjadi cangkul di negeri orang lebih makmur daripada menjadi bulldozer di negeri sendiri.

 

Juve Zhang

Lulusan Universitas kerja di Shanghai baru lulus gaji 15000-18000 Yuan per bulan .atau 30-36 juta setiap bulan.itu menandakan kemajuan ekonomi yg pesat. Tahun 90 an seorang dokter gaji masih 600 Yuan/ bulan. Dokter nya pun ke RS dari rumah nya naik sepeda ontel. Motor sesuatu yg mewah zaman itu. Motor adalah mimpi besar bagi sang dokter. Sepeda adalah alat transportasi yg murah dan sehat. 90 an rakyat masih miskin sekarang lihat ukuran Sate nya saja sudah nampak Kemakmuran rakyat Tiongkok, satu tusuk Sate nya setara 10 tusuk sate keliling di kampung saya.wkwkwkwkw. itulah kemajuan ekonomi rakyat bisa di lihat dari Ukuran Satenya .

 

Pryadi Satriana

"Respons" atau "respon"? Ikut KBBI atau Pedoman Ejaan? Dalam KBBI, disebutkan bahwa bentuk bakunya adalah "respons". Dalam Pedoman Ejaan, disebutkan bahwa bahasa Indonesia tidak mengenal gabungan konsonan 'ns'. Mana yang diikuti? Logika! Pelajari bentukan lain dan gunakan pula analogi, jika perlu. Ada bentukan 'responden', 'koresponden', dan 'korespondensi'. Perhatikan pula bahwa 'pretense' > 'pretensi' (bukan 'pretens'!) dan 'suspense' > 'suspensi' (bukan 'suspens'!). Dg menggunakan analogi, bisa diajukan bahwa 'response' (noun) > 'responsi' (nomina), hal memberi 'respon' (tanggapan). Dari analisis di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa bentukan 'respons' adalah SALAH, walaupun itu ada di KBBI. Kita bisa menggunakan bentukan 'respon' atau 'responsi' tergantung konteks kalimat. Contoh: 1. Segera respon (tanggapi) surat ini. 2. Saya mau merespon (menanggapi) surat itu. 3. Responnya (tanggapannya) cepat. 4. Jangan pulang dulu karena setelah ini ada sesi responsi (hal memberikan respon/ tanggapan). Demikian penjelasan saya. Buat Bung Yusuf Ridho, saya mau mengingatkan bahwa seorang 'copy editor' bekerja menggunakan pikirannya, referensi apa pun hanyalah sekadar alat bantu. Salam. Rahayu.

 

Amat K.

Pak Pry, dalam EYD V ada gugus konsonan "kh, ng, ny, dan sy" yang masing-masing bisa berposisi di awal, tengah, atau akhir kata. Bagaimana dengan gugus konsonan "pr, tr, ps, st, br, kl, pl, gl, kr, dll.? Apakah tidak dianggap? Sementara baru ini yang saya temukan: response --> Respons Complex --> Kompleks Simplex --> simpleks (Sepertinya memang diserap berdasarkan pelafalannya) Ada gugus konsonan ns dan ks di posisi akhir. Apakah juga tidak diakui?

 

Jokosp Sp

Belum bisa belajar dari perang Ukraina. Coba lihat canggihnya Drone yang bisa mendeteksi detail gerakan tentara musuh, tentara yang sembunyi dan beroperasi dari parit-parit saja jadi makanan empuk pasukan Rusia. Drone dilengkapi granat, dan juga ada yang model drone bunuh diri ( kamikase yang terkenal itu dari produk Negara Iran ), ada juga orlan, sea eagle, inokhodets dan puluhan lainnya dari Rusia yang bermuatan rudal. Drone sudah sangat canggih bisa diopearikan dari jauh. Pak Tentara : terbangkan, lihat layar, tentukan target, arahkan, douarrrrrrrr .................selesai. Kadang ngenes ya mendengar berita kok yang mati cuma dari tentara Indonesia(?). Tentara ini negara cakupannya besar, jumlahnya besar. Melawan segerombolan, artinya jumlah tidak banyak/ kecil.

 

Jo Neka

Ada yang sudah punya kambing tapi sering juga jajan satai kambing .opo tumon mas Joko

 

Amat K.

Saya lebih memilih memiliki penjual satenya. Ngapain beli kalo bisa gratis. Sehari mau berapa tusuk sate, hayo katanya

 

Saifudin Rohmaqèŕqqqààt

Pas puasa kayak begini. Enak rasanya membayangkan sate. Apalagi sate sebelum dibakar dibumbui garam dan bawang tumbuk dicampur kaldu jamur. Sehingga satenya empuk, cocok bagi orang yg sudah kehilangan banyak gigi. Dihidangkan pas perut kosong setelah 14 jam tidak makan. Ditambah makannya berdua sama Mbak Yanti, gadis pujaan dulu. Musiknya lagu campur sari "prawan ayu kalimantan". Wow... kayaknya bagiku itu namanya sate surgawi. Nikmat sate manakah yg engkau dustakan?

 

Pryadi Satriana

"Peranti" atau "piranti"? Dalam KBBI, disebutkan bahwa bentuk bakunya adalah 'peranti'. Mengapa ada bentukan 'piranti'? 'Piranti' adalah kata bahasa Jawa, yang berarti 'perangkat' atau 'peralatan'. Lalu, mengapa para penyusun KBBI MENGAJUKAN bentukan 'peranti'? Menurut saya, bentukan 'piranti' perlu tetap dipertahankan dengan argumen berikut. Pertama, bentukan 'piranti' sudah memenuhi sistem ejaan bahasa Indonesia sehingga tidak perlu "disesuaikan" menjadi 'peranti'. Kedua, banyak kata bahasa Jawa yang diserap secara utuh kedalam bahasa Indonesia tanpa penyesuaian apa pun, contohnya: acara, wiyata, desa, dll. Demikian penjelasan saya, semoga dapat menjadi masukan bagi Pusat Bahasa. Salam. Rahayu.

 

Amat K.

Diterima, Pak Pry. Mau peranti atau piranti, silakan. Dulu juga sempat ada perdebatan "mempunyai" atau "memunyai"? Kata dasarnya "punya". Dalam afiksasi ada hukum imbuhan me- jika bertemu kata dasar berawalan /k/p/t/s/ akan mengalami pelesapan. Mengapa me- + punya tidak "memunyai"? KBBI tidak mengakuinya.Tetap mempunyai. Ada yang berpendapat bahwa kaya dasarnya adalah "empunya". Jadilah mempunyai. Entahlah. Selalu ada pengecualian. Menurut saya sekarang, silakan menggunakan kata apa pun selama ada dalilnya. Toh KBBI dan EYD bukan satu-satunya sumber. Masih ada Pak Pry. Hehehe

 

Edi Wijaya Kusuma

Yang nyangkut di gigi biasanya itu daging alias "slilit". Abah bisa dengan mudah membersihkannya sendiri. Kalau nyangkutnya di software otak. Abah sering-sering lah makan masakan Xinjiang di Rumah Makan Aladin. Siapa tahu makan yang ke 1001 malam bisa makan bareng aktris kondang Dilraba Dilmurat yang bisa membersihkan "slilit" yang nyangkut di software otak Bah.

 

Jokosp Sp

Kita gampang mengidentifikasinya (membedakannya) dari warna kulit dan model kelopak mata: - Yang dari Bali : coklat - manis - sedikit ikal - Yang dari Papua : hitam - manis - keriting - Yang dari Jakarta : putih - manis - lurus - Yang dari Kalimantan Utara : putih - manis - lurus - sipit ( khas Dyak ) Saya nyari kembaran yang dari Kalimantan Utara, yang dari Pontianak ( amoi ) ndak ketemu. Yang putih - manis - lurus - sipit. Sepertinya Abah ada kurang koordinasi sebelumnya dengan Koh Liam, sehingga ada yang lolos dari bidikan.

 

Leong Putu

Burung Cenderawasih sungguh anggun / Burung endemik tanah Papua / Duhai kekasih kenapa Dikau melamun / Aku bersumpah tak kan pernah mendua / .... 365_mantun Papua

 

Johannes Kitono

Kompetisi bikin Sate Ayam Dulu saat bazar di Pasar Seni Ancol pernah ada perlombaan bikin Sate dari Ayam Petelur. Tentu saja ini ayam beneran dan bukan Ayam Kampus.Pemenangnya adalah Tukang Sate asal Madura dengan rekor 1 ekor Ayam dapat 300 tusuk Sate. Ayamnya adalah Ayam Petelur yang sudah *dipensiunkan* dari masa dinas bertelurnya selama 2 tahun. Dengan berat badan sekitar 2,3 - 2,5 kg maka jadilah 300 tusuk Sate dan juara.Tentu termasuk kulit dan ususnya ikut di sate juga.Tukang Sate Ayam yang jualan keliling di Jakarta umumnya dari etnis Madura.Mereka ulet dan selalu membeli DO untuk menangkap ayam di kandang. Rerata berat ayam petelur saat pensiun sekitar 2,3 - 2,5 kg/ekor. Itu berat Ayam petelur biasa. Kalau Ayam Parent Stock yang pensiun atau apkir beratnya diatas 3 kg/ ekor. Tentu pengin tahu juga dari seekor Kambing Xinjiang bisa dapat berapa tusuk sate. Yang hanya makan 2 a 3 tusuk saja, sudah bisa bikin kenyang para mahasiswa.

 

Agus Suryono

SAYA SETUJU, TIDAK SEMUA CITA-CITA BISA MELALUI JALUR YANG MUDAH DAN ENAK.. Dulu, cita-cita saya adalah menjadi "penjaga sekolah", atau "pak Bon". Perjalanan hidup membawa saya ke jalur, menjadi karyawan Telkom, dengan profesi sebagai "operator morse", yang hanya mempersyaratkan ijasah SLTP. Tahun 70an. Karena penempatannya di Ambon, ibukota propinsi "seribu pulau" yang masih membutuhkan jasa morse, maka di sana saya pingin kuliah. Pinginnya kuliah di Teknik. Ternyata di Univ Pattimura adanya hanya Teknik Perkapalan. Maka akhirnya saya milih Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen. Sampai selesai S1. (Tahun 80an). Saat morse udah gak laku, oleh Telkom, saya di sekolahkan ("lagi"), di Fakultas Ekonomi UGM, jurusan Akuntansi. Jadilah saya Akuntan, saat sudah punya anak 2, dan tidak muda lagi. He he.. (Tahun 90an). Dst dst, saya masih terus sekolah sampai hari ini. Di jurusan-jurusan, yang saat muda, tak pernah terbayangkan..

 

Gregorius Indiarto

Ada yg komen dibawah "Ukuran sate, (yg besar) menunjukkan kemakmuran rakyat Tiongkok". Saya akan nyate ayam, satu ekor, utuh, tidak dipotong2, biar kelihatan makmur. Tapi dimakan 7 keluarga, x 4 orang. Eealaaahhh,....ora sido makmur!!!

 

Fiona Handoko

turut berduka cita untuk gugurnya (seorang?) prajurit tni di papua. sementara masih ada beberapa prajurit tni yg belum diketahui nasibnya. sejarah penumpasan gerakan separatis opm / kkb sudah sangat lama. tapi sampai hari ini, tak kunjung beres. di tahun 1950 an, juga ada beberapa gerakan separatis bersenjata, seperti di / tii, prri / permesta, rms. tapi dengan operasi militer, semua bisa ditumpas tuntas. lantas apa bedanya dengan opm / kkb. kok gak beres2 dengan operasi militer? perusuh dan abah pasti sudah tahu. di tahun 80 - 90 an. ada 3 gerakan separatis yg tidak mampu di selesaikan secara militer. yaitu gam / aceh, gpk timor timur, dan opm / papua. aceh terselesaikan dengan diplomasi di th 2005 (mau berunding karna tsunami?). timor timur selesai dengan referendum di th 1999, dan memilih merdeka. tinggal papua yg menjadi ganjalan kita. harus dipelajari, mengapa di th 1950, kita bisa menumpas gerakan separatis. tapi di 1980 - saat ini, pendekatan militer belum ada yg berhasil. apakah peralatan militer yg kita miliki kurang sesuai tuntutan jaman, atau ada masalah lain. dengan adanya telepon satelit dan drone. aneh jika masih ada kesimpangsiuran data2. dan ada prajurit yg terpisah dari rombongannya.

 

Amat K.

Massok Bung. @AAA. Berbahasa adalah soal kenyamanan dan kebiasaan. Apa yang lebih mudah diucap itu yang digunakan. Orang jarang menggunakan "sangkil" dan "mangkus" mungkin karena asing di lidah dan telinga. Tetap saja efektif & efisien. Pun disesuaikan dengan pelafalan penuturnya. Orang Tiongkok sana tidak dapat mengucapkan Jakarta - Bandung secara persis. Sesuka mereka, apa yang mereka bisa.

 

AnalisAsalAsalan

1. Respon atau respons Kata responsi dari respon atau respons? Dari kata respons ditambah akhiran i menjadi responsi. Kalau dari respon berarti ada akhiran si. Adakah akhiran si? Dengan demikian menurut analisis saya, yang dipilih adalah kata respons. 2. Piranti atau peranti Sebagai orang Jawa, terasa aneh mendengar peranti. Namun, di KBBI dipilih peranti. Mengapa? Menurut saya ini tentang fonetik. Ucapan peranti lebih ringan sehingga memudahkan suku lain yang merasa berat dengan pengucapan kata piranti. Saya yakin pemilihan kata di KBBI juga lewat perdebatan. Ada yang setuju, ada pula yang tidak. Namun, setelah diputuskan berarti harus diterima. Kalau tidak setuju dan mau mengubah tinggal menghubungi dan berargumentasi dengan pihak terkait. Inilah demokrasi.

 

AnalisAsalAsalan

Tentang konsonan 'ns' Indonesia membuat satuan sendiri yang tidak ada di satuan internasional, yaitu ons. 1 ons = 100 gr.

 

Liam Then

Makan sate itu harus pakai longtong, baru terasa lengkap. Ini ada filosofinya (karangan saya), yaitu serat daging dari sate yang kasar, berpadu dengan serat lontong yang halus, ibarat yin dan yang berpadu, di padu cabe rawit dan siraman saus kacang tanah dan kecap manis, menciptakan filosofi yang lain lagi (lagi-lagi karangan saya) yaitu ; kehidupan, yin dan yang, melahirkan keberadaan yang penuh rasa, manis,pedas ,kecut (pakai jeruk nipis), asin,tawar, semuanya menyatu dalam harmoni dalam satu piring sate berlontong. Nyam..!!! Jadi pengen makan sate.

 

Leong Putu

Hmmmmm...... Lontong diganti nasi aja dihubungkan dengan teori konspirasi... Wkwkwkwkek

 

Everyday Mandarin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 260

  • Mohamad Anshori
    Mohamad Anshori
  • ITA TALIA
    ITA TALIA
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • Liam Then
      Liam Then
    • Johannes Kitono
      Johannes Kitono
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Johannes Kitono
      Johannes Kitono
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Samsul Arifin
      Samsul Arifin
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Leong Putu
    Leong Putu
  • Samsul Arifin
    Samsul Arifin
  • Warung Faiz
    Warung Faiz
    • Jo Neka
      Jo Neka
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Leong Putu
    Leong Putu
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Liam Then
      Liam Then
    • doni wj
      doni wj
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Liam Then
      Liam Then
  • Samsul Arifin
    Samsul Arifin
  • doni wj
    doni wj
  • thamrindahlan
    thamrindahlan
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Liam Then
    Liam Then
  • imau compo
    imau compo
    • imau compo
      imau compo
    • imau compo
      imau compo
    • imau compo
      imau compo
    • Liam Then
      Liam Then
    • imau compo
      imau compo
    • Liam Then
      Liam Then
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Liam Then
      Liam Then
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Liam Then
    Liam Then
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Liam Then
      Liam Then
    • imau compo
      imau compo
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • imau compo
      imau compo
  • mzarifin umarzain
    mzarifin umarzain
    • Liáng - βιολί ζήτα
      Liáng - βιολί ζήτα
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • Liam Then
      Liam Then
    • Johannes Kitono
      Johannes Kitono
    • Liam Then
      Liam Then
  • Alfi Nur Afifah
    Alfi Nur Afifah
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Liam Then
      Liam Then
    • Otong Sutisna
      Otong Sutisna
    • Chei Samen
      Chei Samen
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Alfi Nur Afifah
    Alfi Nur Afifah
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Alfi Nur Afifah
    Alfi Nur Afifah
    • Samsul Arifin
      Samsul Arifin
    • Samsul Arifin
      Samsul Arifin
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Saifudin Rohmaqèŕqqqààt
    Saifudin Rohmaqèŕqqqààt
    • edi fitriadi
      edi fitriadi
  • Saifudin Rohmaqèŕqqqààt
    Saifudin Rohmaqèŕqqqààt
  • Fiona Handoko
    Fiona Handoko
    • Johannes Kitono
      Johannes Kitono
  • Fa Za
    Fa Za
    • Liam Then
      Liam Then
    • doni wj
      doni wj
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Everyday Mandarin
    Everyday Mandarin
    • Amat K.
      Amat K.
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Amat K.
      Amat K.
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Samsul Arifin
      Samsul Arifin
  • Purnomo Inzaghi
    Purnomo Inzaghi
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • UKM Naik Kelas
      UKM Naik Kelas
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • doni wj
      doni wj
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Amat K.
      Amat K.
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • doni wj
      doni wj
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Amat K.
    Amat K.
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Amat K.
      Amat K.
    • Liáng - βιολί ζήτα
      Liáng - βιολί ζήτα
    • Liáng - βιολί ζήτα
      Liáng - βιολί ζήτα
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Amat K.
      Amat K.
    • Liáng - βιολί ζήτα
      Liáng - βιολί ζήτα
    • Liáng - βιολί ζήτα
      Liáng - βιολί ζήτα
    • Amat K.
      Amat K.
    • Fa Za
      Fa Za
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Liáng - βιολί ζήτα
      Liáng - βιολί ζήτα
    • Amat K.
      Amat K.
    • doni wj
      doni wj
  • Riffana Thary
    Riffana Thary
  • rid kc
    rid kc
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Amat K.
      Amat K.
    • Amat K.
      Amat K.
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Amat K.
      Amat K.
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
  • Lagarenze 1301
    Lagarenze 1301
    • Agus Suryono
      Agus Suryono
    • Everyday Mandarin
      Everyday Mandarin
  • Richolas Tjhai
    Richolas Tjhai
  • iMM Indonesia Markup & Maju
    iMM Indonesia Markup & Maju
  • ichsan Hamid
    ichsan Hamid
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Richolas Tjhai
      Richolas Tjhai
    • UKM Naik Kelas
      UKM Naik Kelas
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Otong Sutisna
      Otong Sutisna
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Edi Sampana
    Edi Sampana
  • UKM Naik Kelas
    UKM Naik Kelas
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • UKM Naik Kelas
      UKM Naik Kelas
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • UKM Naik Kelas
      UKM Naik Kelas
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • UKM Naik Kelas
      UKM Naik Kelas
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • UKM Naik Kelas
      UKM Naik Kelas
  • UKM Naik Kelas
    UKM Naik Kelas
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Liam Then
    Liam Then
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • Yusuf Ridho
      Yusuf Ridho
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
  • UKM Naik Kelas
    UKM Naik Kelas
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • UKM Naik Kelas
      UKM Naik Kelas
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
  • Legeg Sunda
    Legeg Sunda
  • UKM Naik Kelas
    UKM Naik Kelas
    • Yusuf Ridho
      Yusuf Ridho
    • UKM Naik Kelas
      UKM Naik Kelas
  • Amat K.
    Amat K.
  • UKM Naik Kelas
    UKM Naik Kelas
    • Yusuf Ridho
      Yusuf Ridho
  • UKM Naik Kelas
    UKM Naik Kelas
    • Gianto Kwee
      Gianto Kwee
    • Yusuf Ridho
      Yusuf Ridho
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • Gianto Kwee
      Gianto Kwee
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • mzarifin umarzain
    mzarifin umarzain
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • UKM Naik Kelas
    UKM Naik Kelas
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
    • Amat K.
      Amat K.
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • Otong Sutisna
      Otong Sutisna
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
  • UKM Naik Kelas
    UKM Naik Kelas
  • UKM Naik Kelas
    UKM Naik Kelas
  • UKM Naik Kelas
    UKM Naik Kelas
    • Azza Lutfi
      Azza Lutfi
    • UKM Naik Kelas
      UKM Naik Kelas
  • edi fitriadi
    edi fitriadi
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
  • UKM Naik Kelas
    UKM Naik Kelas
    • Amat K.
      Amat K.
    • Liam Then
      Liam Then
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju
    • Chei Samen
      Chei Samen
    • iMM Indonesia Markup & Maju
      iMM Indonesia Markup & Maju