Pakar Hukum Pertambangan: Dakwaan Helmut Hermawan Tidak Sesuai Prinsip Una Via dan Asas Ultimum Remedium

Pakar Hukum Pertambangan: Dakwaan Helmut Hermawan Tidak Sesuai Prinsip Una Via dan Asas Ultimum Remedium

Pakar Hukum Pertambangan: Dakwaan Helmut Hermawan Tidak Sesuai Prinsip Una Via dan Asas Ultimum Remedium-Andrew Tito-

Ahmad Redi menambahkan bahwa spirit UU Cipta Kerja itu pertama dalah bahwa Cipta Kerja memberikan fungsi tidak hanya kepastian hukum, tidak hanya bicara mengenai normative benefit, tapi bagaimana social benefit, economic benefit termasuk juga enviroment benefit itu seimbang.

Ahmad mengatakan tidak hanya dalam konteks pasal-pasal pidana bekerja secara membabibuta, tapi pasal pidana itu akan diuji apakah kemudian dalam konteks economic benefit dia memberikan kemanfaatan bagi negara, dalam konteks social benefit dia sudah memberikan keadilan sosial bagi masyarakat.

BACA JUGA:Pesan Telak Denny Siregar Buat Habib Bahar bin Smith, Ingatkan Bahaya Merekayasa Kasus: Polanya Gitu Lagi

Senada, Pakar Hukum Pidana Universitas Indonesia, Eva Achjani menyatakan potensi abuse of power dalam perkara Helmut Hermawan cukup besar.

"Jangan sampai orang itu sudah terproses di BAP bolak balik gitu atau di interview bolak-balik tapi sebetulnya peristiwa pidananya tidak ada atau tidak terjadi.  Jadi potensi abuse of powernya juga besar, kalau kita tidak melihat ultimum remedium itu sebagai sesuatu yang penting sebagai sesuatu yang istimewa dari konteks hukum pidana," tuturnya.

Eva menjelaskan dalam kaitannya dengan undang-undang pertambangan atau isu tentang pertambangan itu utamanya adalah kepada konteks perizinan.

Eva pun menyebut bahwa dalam konteks pertambangan irisan keperdataannya itu sangat tinggi.

BACA JUGA:Gubernur Lampung Arinal Djunaidi Ogah Diviralkan, Larang Wartawan Meliputnya: Hapus Semua, Saya Pusing!

"Sebab dalam konteks kontrak kontrak karya pertambangan itu kadang-kadang kita lihat dalam isu misalnya, apakah ada perbuatan melawan hukum atau tidak? karena kalau kita mau menggunakan Pasal 378 KUHP itu menjadi tidak mudah,” ungkap Eva.

"Karena kalau saya lihat dalam konteks perizinan inilah sebetulnya mekanisme pencegahan atau pengendalian dari pemerintah itu sudah ada. Nah kalau konteks perizinan ini yang menjadi isu, di bidang administratif, maka sanksi administratif ini menjadi sesuatu yang saya kira lebih tepat. karena memang pelanggaran atas perizinan otoritasnya ada pada pemerintah ada pada negara," terangnya.

Selain itu, dalam konteks pemalsuan surat, hukum pidana itu punya sesuatu yang istimewa.

BACA JUGA:Sungkem Bahasa Jawa Singkat

"Karena apa? Karena Hakim pidana yang bisa membuktikan satu surat itu palsu atau tidak. tetapi memang dalam kualitas surat yang seperti apa. Maka misalnya Perma Nomor 1 Tahun 56 ini sudah sangat klasik tapi sering sekali disebut, harus dibaca dalam ayat 1 dan ayat 2, kapan kemudian perdata didahulukan dan kapan kemudian bisa disandingkan sama-sama dengan pidana," lanjutnya.

"Itu sebabnya pandangan mengenai sifat hukum pidana yang otonomus dibanding dengan bidang-bidang hukum lainnya yang menjadi pranata yang membentuk norma masyarakat karena sifatnya ini juga harus harus dilihat gitu, harus diperhatikan oleh penegak hukum sehingga hati-hati, di dalam menggunakan sarana hukum pidana. Maka pilihan-pilihan tindakan pemberian sanksi administratif, mungkin menjadi sesuatu mekanisme yang menurut saya lebih bermakna dibanding sanksi pidana," tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait