Tanah Abang

Tanah Abang

Pedagang di Tanah Abang yang sekarang banyak menjual barang dagangannya secara live.--

ADA yang minta saya untuk sesekali ke pasar Tanah Abang, Jakarta.

Masih sepi, tapi saya harus melihatnya. Terutama bagaimana pedagang harus cari cara sendiri-sendiri untuk tetap bisa hidup.

Dia sering ke Tanah Abang: belanja untuk dijual lagi.

Dia melihat Blog G tetap ''hancur'' dan seperti tidak tahu harus diapakan. Mungkin perlu meniru ide wali kota Boston, Amerika Serikat: mengubah gedung-gedung perkantoran yang kosong menjadi rumah apartemen.

Sejak pandemi Covid-19, di Boston, banyak kantor tutup. Mereka WFH. Setelah Covid berlalu mereka telanjur biasa WFH.

Di pihak lain gelandangan kian banyak, pun di Boston. Maka wali kota pertama yang bukan kulit putih itu membuat keputusan migrasi perkantoran ke perumahan. Dia keturunan Tionghoa. Orang tuanyi imigran dari Taiwan.

Wali kota akan memberikan berbagai insentif untuk perubahan fungsi itu. Tapi pemilik gedung ragu-ragu. Mengubah gedung perkantoran menjadi perumahan tidak mudah. Juga tidak murah. Mendingan membangun apartemen baru.

Sekarang diskusi untuk ide wali kota itu meluas. Banyak kota besar di Amerika menghadapi persoalan yang sama. Termasuk San Francisco di pantai barat Amerika.

Blok F Tanah Abang, kata Wanita Disway itu, masih hidup. Meski tidak bisa dikatakan hidup baru. Inilah  blok untuk perdagangan partai besar.

Saya lebih diminta ke Blok A dan B. Yang hanya hidup di lantai 1,2, dan 3 nya. Sedang 4,5,6,7 masih seperti selama ini: mati. Belum ada ide bagaimana menghidupkannya.

Yang sudah ada adalah ide dari masing-masing pedagang. Agar tetap bisa hidup.

Salah satunya adalah: live streaming. Dari masing-masing toko.

Saya diminta melihatnya karena menarik. Dia sendiri sering berhenti di depan sebuah toko untuk menonton.

Pemilik toko merangkap jadi presenter. Dalam hati dia ingin meniru. Untuk melariskan dagangan. Tapi belum pede.

Banyak toko yang melengkapi diri dengan kamera, lampu sorot, dan tiang penyangga handphone. Atau cukup lampu sorot dan tiang ponsel.

Lalu pemilik toko bicara sendiri di depan handphone. Sambil memeragakan pakaian yang dijual. Harus mejeng. Ganti-ganti gaya. Seperti seorang peragawati. Wajah harus di-make-up. Ekspresi dan gaya harus seperti bintang iklan.

Di bawah tiang penyangga handphone biasanya ada satu pegawai yang jongkok. Pegawai itulah yang menyodorkan pakaian baru untuk diperagakan. Ganti-berganti.

Tiba-tiba saja, kata Wanita Disway tersebut, lahir begitu banyak presenter. Dia mulai tertarik. Mungkin harus ikut juga cara itu. Persoalan besarnya: bagaimana bisa pede seperti mereka.

Dia terus melihat. Dari satu toko ke toko lain.

Mereka juga tidak cantik. Tidak harus cantik. Tapi memang harus menarik. Dan berani bergaya.

Bergoyang.

Berekspresi.

Belakangan ia melihat perkembangan baru. Toko-toko yang sepi diubah menjadi studio live streaming. Satu toko yang kecil itu dibagi-bagi menjadi beberapa petak. Tiap kotak menjadi satu studio mini. Pemilik toko yang kurang pede bisa minta jasa studio mini tersebut.

Maka lahirlah profesi baru: peraga pakaian.

Tidak harus cantik. Yang penting: menarik.

Pinter bergaya. Pandai bicara.

Beberapa toko pun memasang iklan mencari presenter. Lalu muncul tempat pendidikan menjadi presenter. Terutama soal bagaimana menguasai model-model pakaian.

Mereka punya kesimpulan: barang mereka baru laku kalau dijual dengan cara itu. Istilah mereka: dijual pakai live shopping.

Tanah Abang begitu raksasa. Begitu banyak toko yang kosong. Sebaliknya, seperti dikatakan anggota baru Dewan Pertimbangan Presiden Djan Farid, kekurangan rumah begitu besar.

Djan Faridz adalah pemilik Tanah Abang. Ia baru saja menjadi berita di TV Nasional. Ia menyatakan keprihatinan soal kurangnya penyediaan rumah yang layak untuk masyarakat.

Tanah Abang akan menjadi saksi akan menjadi apa kelak, ketika perdagangan model lama dibunuh oleh perdagangan online.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 11 Agustus 2023: Tanah Abang

Jokosp Sp
Jelas mbelgedes, kok sampai ngaku ayam surplus, telor surplus, daging kambing atau domba surplus. Ada yang merasa itu hasil karyanya.........mbelgedes tenan. Peternak kerja keras sendiri tanpa subsidi, malah diakoni......huhhhhh mbelgedes.

Amat K.
Mengomong ihwal jantan. Setahu saya pejantan tertangguh adalah bebek. Di peternakan bebek sini, satu pejantan bebek sanggup mengawini puluhan betina untuk diambil telurnya. Tu jantan juga punya senjata yang unik: spiral dan bisa membesar beberapa kaki lipat dari bentuk semula. Hebat.

ahmad faqih
Kang Luhoet belum sukses menge-gol-kan proyek politik dinasti

HANVINCY ADNOV
Masalahnya kalau harga sapi turun mendadak kasihan petani, apalagi sangat banyak petani yang merangkap menjadi peternak satu dua ekor sapi sebagai celengan untuk masuk sekolah anaknya, persiapan pernikahan anaknya dll.. itu sudah menjadi kebiasaan hidup untuk melangsungkan hidup di banyak daerah di negri ini. Tapi dilain sisi harga daging sapi di negeri ini terlalu tinggi, jadi menurut saya alangkah baiknya dengan cara bertahap seperti contoh dengan membeli sapi yg sudah dewasa dg harga normal dulu oleh pemerintah, subsidi anak sapi dll, tapi ingat untuk meminimalisir penyelewengan harus ada pengawasan ketat karena menurut saya jika pemberian subsidi non tunai kemungkinan masih bisa diselewengkan seperti pemberian2 bantuan non tunai yang kemarin2 itu menurut saya kayaknya perlu mencontoh era SBY waktu pembagian gas melon itu lebih merata.

ahmad faqih
Berikut adalah komparasi kandungan gizi daging sapi, daging ayam dan daging kelinci serta telur per 100 gram. Daging Sapi mengandung klori sekitar 250 kcal, protein sekitar 25 gram, dan lemak sekitar 17 gram. Kalo daging ayam mengandung kalori sekitar 165 kcal (daging tanpa kulit, dada ayam), protein sekitar 31 gram dan lemak sekitar 3.6 gram (daging tanpa kulit, dada ayam). Adapun daging kelinci memiliki kandungan kalori sekitar 173 kcal, protein sekitar 21 gram dan lemak sekitar 8.5 gram. Sementara telur mengandung kalori sekitar 70 kcal, protein sekitar 6 gram dan lemak sekitar 5 gram. Vitamin A: Kandungan yang Perlu diingat bahwa kandungan gizi dapat bervariasi tergantung pada bagian daging yang dikonsumsi (daging tanpa kulit, daging berlemak, dll.) serta bagaimana daging tersebut diproses atau dimasak. Bila dilakukan secara massif dan sistematis gerakan kampanye konsumsi menu makanan bervariasi dan edukasi kreasi makanan berbahan daging ayam, kelinci ataupun telur, maka kebutuhan import daging sapi dapat dikurangi atau bahkan produksi lokal sudah dapat mencukupi. Bukankah menilik data kandungan gizi diatas, daging ayam, kelinci dan telur tak kalah bergizi bila dibanding dg daging sapi? Asal tidak ada yang tergoda lezatnya "cuan tak bersertifikat halal" dibalik sengkarut import daging sapi. Wallahu a'lam.

Leong Putu
Yang lebih bergizi dari makan daging sapi adalah makan sapi. ....pengusaha happy, peternak mati... 'Mbelgedes...IMPOSIBLE"

Lagarenze 1301
Saya bingung dengan kata "hulunisasi". Kata yang tak hanya dipakai Pak Dis, tapi juga beberapa penulis lain. Nyari padanan katanya di berbagai sumber, termasuk di KBBI, nggak ketemu. Mungkin maksud Pak Dis, kata hulunisasi selaras dengan hilirisasi. Kata "hilirisasi" jelas berasal dari kata hilir, nah apakah "hulunisasi" dari kata "hulun"? Pengindonesiaan "hilirisasi" adalah penghiliran, dgn demikian apakah "hulunisasi" selayaknya jadi "penghuluan". Mohon pencerahan dari yang pandai Bahasa Indonesia.

Mirza Mirwan
Ejaan yang benar adalah Belém, dan memang dari kata Betlehem. Belém adalah ibukota negara bagian Pará. Peternakan sapi terbesar di Brazil ada di negara bagian ini, tepatnya di São Félix do Xingu dengan 2,3 juta ekor sapi. Tetapi yang dikunjungi Pak Luhut jelas bukan peternakan yang itu, karena terbangnya ke Belém -- sebenarnya São Félix do Xingu juga punya bandara. Saya mengerti kenapa memilih ke Belém. Mungkin ingin melihat dan menyontoh model peternakan yang bisa diterapkan di Indonesia. Saya tak tahu peternakan mana yang dikunjungi Pak Luhut setelah naik speedboat 2,5 jam dari Belém itu. Dugaan saya ke Fazenda Frazāo, Chacara De Boi, atau Weverson Carravato. Salah satu dari tiga peternakan itu. Negara Bagian Pará sendiri luasnya 1.2 juta km², artinya 2/3 dari luas Indonesia yang 1,9 juta km². Tetapi, waini, populasi Pará hanya 7,6 juta jiwa, sedang Indonesia (versi Worldometer) 279 juta jiwa. Akhir tahun ini daging sapi di bawah 100rb/kg? Ah, saya kok ragu. Tapi kalau benar begitu, syukurlah. Yang jelas saya setuju banget dengan impor calf (pedhet) dan pejantan unggul ketimbang impor dagingnya.

Yuli Triyono
Jadi pengin tahu, apa itu gertak birahi. Siapa tahu para perusuh bisa menirunya. Tolong dijelaskan di Disway edisi berikutnya.

Er Gham
Kurangi makan daging sapi. Cukup 1 atau 2 kali dalam satu tahun. Niscaya jumlah sapi akan berkurang. Tidak perlu lagi kita pelihara banyak sapi. Untuk protein? Gantilah dengan kacang tanah. Kacang tanah memiliki protein tertinggi, dan lebih banyak dari daging sapi. Atau gumakan daging ayam, telor, dan susu. Ada protein juga di tempe dan tahu. Dari ikan juga ada. Mengapa harus daging sapi? Sapi juga buat iklim global semakin panas. Metana yang dikeluarkan sapi melalui kentutnya sama dengan kandungan metana dari 86 mobil. Mobil kadang tidak digunakan malam hari atau hanya digunakan 8 jam sehari. Tapi seekor sapi akaan kentut terus beberapa kali dalam 24 jam. Peternakan sapi juga butuh lahan luas. Buat padang rumput. Sebanyak 91 persen kerusakan hutan amazon di Brazil digunakan untuk memperluas peternakan sapi. Makanya Brazil bisa punya lahan luas untuk 200 jutaan sapinya. Ternak sapi juga boros air. Untuk menghasilkan 1 kepingan daging 1 beef burger, dibutuhkan 66 galon air. Anda bisa bayangkan betapa borosnya air untuk pelihara sapi selama hidupnya. Kalau memang kita mau mengembangkan peternakan sapi dari Brazil, pelihara saja di pulau pulau Nusa Tenggara, yang memang banyak memiliki sabana atau padang rumput. Jadi tidak ada penggundulan hutan. Hutan kita sudah banyak digunduli untuk kebun kelapa sawit. Biasa makan tempe plus ikan kembung saja, gaya gaya an makan steik.

Amat K.
Sufiks (akhiran) -isasi merupakan pembentuk sebuah kata. Dapat diartikan suatu proses. Diserap dari "ization" bahasa Inggris atau "isatie" bahasa Belanda. Biasanya diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh beserta kata bentukannya, "normalization" menjadi normalisasi, "legalization" menjadi legalisasi, dst. Namun, dalam penggunaannya, pengguna bahasa Indonesia ternyata juga suka menyandingkannya dengan kata bahasa Indonesia. Lalu jadilah kata turinisasi, hilirisasi, hulunisasi, dsb. Yang akhirnya membuat bingung pengguna bahasa seperti Bung Lagarenze di bawah tadi. Jika hilirisasi berasal dari kata dasar hilir + -isasi, bagaimana proses pembentukan hulunisasi? Kata dasar hulu + nisasi atau hulu + -isasi? "n" dalam hulunisasi datangnya dari mana? Sedangkan adanya adalah sufiks -isasi bukan -nisasi. Wkwkwkwk Oya, kebetulah "hilirisasi" sudah dimasukkan ke dalam lema KBBI, sedangkan hulunisasi atau huluisasi belum. Kalau mau lebih "Indonesia", gunakan saja imbuhan pe-...-an: penghiliran (hilirisasi), penghuluan (hulunisasi), penormalan (normalisasi), pelegalan (legalisasi).

Er Gham
Mau birahi besar? Banyaklah makan sayur segar dan buah. Bukan makan daging kambing, tapi apa yang dimakan kambing. Kambing yang hanya makan rumput dan daun, birahinya meledak ledak. Badak dan gajah saja yang tidak pernah makan daging, badannya bisa sebesar dan sekuat itu. Coba dulu, selama dua minggu, makan 2 buah semangka setiap hari pagi dan sore. Hehehe.

Xiaomi A1
Berdasarkan data (kompas) jumlah populasi sapi rata2 thn 2016-2022 di berbagai negara (8 tertinggi) - Brasil 232 jt - Amerika serikat 94 jt - Tiongkok 90 jt - Uni eropa 54 jt - Australia 25 jt - Mexico 16 jt - Rusia 15 jt - Uruguay 11 jt Klo kemarin Pak Bos menyebut jumlah populasi sapi 220 jt mungkin itu sifatnya data konservatif, krn trennya populasi sapi di brasil terus meningkat, riil nya lbh dari itu.. Menarik mencermati jumlah sapi di negara asal luis suarez dan el loco gonzales, jumlah penduduk uruguay hanya 3,4 jt sementara jumlah sapi di negara tsb 11jt, berarti klo di rata2 masing2 orang uruguay punya 3-4 sapi..

Liam Then
"Ma ,jangan bikin Papa merepet ya, itu kapan nunggunya, emangnya besok langsung turun? Itu baru janji, rencana ma." "Orang Melayu bilang, itu baru ancamg-ancang lompat lewati paret, belum tau bisa lewat atau kejebur" "Yang untung dulu sudah pasti importir, sampai ke kita kapan masih ngga tahu" Meili mendengar Aliang sudah mulai langsung meringis, ia paling tak tahan dengar Aliang kalo sudah mulai merepet, masalah politik. Ia coba mengalihkan arah pembicaraan, coba cari jalan memutar agar Aliang tak bahas daging sapi lagi. "Ia,ia lah Pa, tapi kenapa juga Papa , sering ungkit-ungkiy tentang film Korea bersambung itu, yang ada istri tua -istri muda, maksud Papa apa?" Meili sengaja memicingkan matanya sedikit, supaya tambah dramatis. Aliang gelagapan ; Ehmm Ma,...Eh....rasa kan tak bisa bohong Ma" Pagi itu adengan film pembuka trilogi Matrik terulang di dapur rumah Aliang, bedanya jika Keanu Reeves menghindari peluru, Aliang sibuk menghindari piring terbang.

Liam Then
Pak Thamrin Dahlan memang bijak, buat panggung dan alasan buat orang yang lebih muda untuk nggacor panjang. Sebenarnya saya agak sedikit rikuh, mau komentar kebijakan langsung Pak LBP ini, saya sangat apresiasi kebijakan Pak LBP, bagaimanapun daging sapi murah adalah harapan banyak ibu-ibu dirumah. Maksud dan tujuan Pak LBP sangat-sangat mulia. Mungkin Pak LBP pernah menjadi saksi kejadian ini di RM Padang. Seorang pembeli (jangan-jangan saya yang di lihat Pak LBP ) minta dengan volume suara sekecil mungkin ; "tambah kuah rendang Bang" Dus keluarlah kebijakan ke Brazil, impor sapi. Fenomena minta kuah rendang ini memang menggiriskan hati saya, sebagai orang yang peka isi dompet dan perasaan hati. Kapan semua orang Indonesia, bisa ke RM Padang dengan pede bersuara pesan Ayam dan Rendang sekalian, tidak minta kuahnya saja. Saya pun teringat hari ini, orang kulit hitam di Amerika yang terstigma penyuka ayam, sering dijadikan lelucon oleh orang kulit putih. Jadi kepikiran, apakah orang kulit putih secara halus mengejek orang kulit hitam tak mampu beli sapi? Pak Thamrin Dahlan membuat saya memikirkan kembali pelajaran SMP dulu, memang iya, banyak sekali kata swadaya, dan swadesi. Swadesi khusus saya google sekali lagi hari ini, karena sudah lupa, ternyata terkait dengan kebanggaan memakai barang,jasa hasil negeri sendiri. Ini mungkin satu-satunya konotasi positif jeruk makan jeruk. Kita tentu akan lebih senang makan daging sapi hasil produksi anak negeri sendiri.

Property 2208
Pesan untuk Abah DI, jangan terlalu polos dalam menangkap ucapan para pejabat. Maksudnya, ucapan para pejabat itu jangan ditelan mentah-mentah. Kata Rocky Gerung, 'maknai ucapan pejabat dengan makna sebaliknya." Kalau LBP "blusukan" sampai ke Brazil untuk cari sapi. Itu artinya, TBS Energi Utama mau buka peternakan sapi terintegrasi. Mungkin tanshnya Boy Tphir yang di Kaltara bisa dipakai untuk peternakan sapi terintegrasi ini. Karena peternakan sapi kan termasuk energi hijau. Kalau untuk menurunkan harga daging sapi di bawah 100 ribu, itu jauh panggan dari api. Kalau istilah iklan, NGIMPI!.

Udin Salemo
#everyday_berpantun Orang Betawi memangil enyak/ Untuk sebutan seorang ibu/ Ibu adalah keramat nyata/ Negara importir makin banyak/ Boss daging menggebu-gebu/ Terbayang cuan di depan mata/ Hang Jebat perang di Johor/ Memerangi perompak yang nakal/ Perompak lari ke Batang Kali/ Wahai pejabat nan suka impor/ Kembangkanlah sapi lokal/ Sapi Donggala dan sapi Bali/ lamo manggaleh di pakan/ ka Medan ka batang toru/ kok taragak ka dipangakan/ dipanggia namo ndak tau/ lah ilia garobak baro/ ka solok ka sawahlunto/ kok dapek minantu boco/ mintuo nyo ajak lego/

Juve Zhang
Semakin lama memelihara hewan itu ongkos daging per kg biasa nya tinggi. Sapi sudah jelas ber tahun tahun diberi pakan jatuhnya 100 ribu per kg sangat murah. Ikan Nila 2 bulan dipelihara 35 ribu per kg. Ikan Gurame 8 bulan dipelihara 70 ribu per kg. Ikan Wang 6 tahun dipelihara 6 juta per ekor. Hukum ekonomi sama saja yg makan waktu dan pakan jatuhnya akan lebih tinggi. Sederhana saja gak perlu Jadi Genius ngitung nya .jadi sapi mau dibawah 100 ribu per kilo silakan saja kalau ada cara memelihara yg murah dan pakan murah apapagi kata pak LBP perlu makan kedelai wkwkkqkq itu kedelai sudah makanan pokok rakyat malah mau di serobot sapi . Pengusaha tahu tempe akan protes. Wkqkqkwk

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 245

  • mzarifin umarzain
    mzarifin umarzain
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Liam Then
      Liam Then
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Mahmud Al Mustasyar
      Mahmud Al Mustasyar
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Er Gham
      Er Gham
  • Liam Then
    Liam Then
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Liam Then
      Liam Then
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Liam Then
      Liam Then
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
  • Xiaomi A1
    Xiaomi A1
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • gito abipraya
    gito abipraya
  • Liam Then
    Liam Then
    • yea aina
      yea aina
    • Liam Then
      Liam Then
  • yea aina
    yea aina
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • yea aina
      yea aina
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
  • Suardi Mengikat Hikmah
    Suardi Mengikat Hikmah
  • Leong Putu
    Leong Putu
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • yea aina
      yea aina
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • yea aina
      yea aina
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Xiaomi A1
    Xiaomi A1
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Xiaomi A1
      Xiaomi A1
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Leong Putu
    Leong Putu
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
  • Yuli Triyono
    Yuli Triyono
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Mahmud Al Mustasyar
      Mahmud Al Mustasyar
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Mahmud Al Mustasyar
      Mahmud Al Mustasyar
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Liam Then
      Liam Then
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • Amat K.
      Amat K.
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Otong Sutisna
      Otong Sutisna
    • Liam Then
      Liam Then
  • Mukidi Teguh
    Mukidi Teguh
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Er Gham
    Er Gham
  • Er Gham
    Er Gham
    • Jo Neka
      Jo Neka
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Agus Suryono
      Agus Suryono
    • Amat K.
      Amat K.
    • Mahmud Al Mustasyar
      Mahmud Al Mustasyar
    • Maman Lagi
      Maman Lagi
    • Maman Lagi
      Maman Lagi
    • Mahmud Al Mustasyar
      Mahmud Al Mustasyar
    • Maman Lagi
      Maman Lagi
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
  • Er Gham
    Er Gham
    • Er Gham
      Er Gham
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Er Gham
      Er Gham
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Mahmud Al Mustasyar
      Mahmud Al Mustasyar
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
  • thamrindahlan
    thamrindahlan
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Fiona Handoko
      Fiona Handoko
    • Liam Then
      Liam Then
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • KawaiChoco _003
    KawaiChoco _003
  • Mulia Rezq
    Mulia Rezq
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Jo Neka
    Jo Neka
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
    • Agus Suryono
      Agus Suryono
  • Amat K.
    Amat K.
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Jo Neka
      Jo Neka
    • Amat K.
      Amat K.
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • Ahmad Zuhri
    Ahmad Zuhri
  • rid kc
    rid kc
    • Property 2208
      Property 2208
    • Agus Suryono
      Agus Suryono
    • Agus Suryono
      Agus Suryono
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
  • Maman Lagi
    Maman Lagi
    • Azza Lutfi
      Azza Lutfi
    • Maman Lagi
      Maman Lagi
    • Maman Lagi
      Maman Lagi
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • mzarifin umarzain
    mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Agus Suryono
      Agus Suryono