Studi Baru Menunjukkan Paparan Polusi Udara Tingkatkan Risiko Penyakit Demensia

Studi Baru Menunjukkan Paparan Polusi Udara Tingkatkan Risiko Penyakit Demensia

Potret langit Jakarta yang penuh dengan kabut polusi yang mengambang di udara-Bay Ismoyo/AFP-

JAKARTA, DISWAY.ID-Sebuah studi baru telah menemukan adanya kaitan yang mengkhawatirkan antara paparan polusi udara meningkatkan risiko penyakit otak, khususnya demensia.

Studi yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine itu secara spesifik meneliti paparan partikel halus yang bersumber dari asap kebakaran hutan di wilayah Amerika Serikat.

"Api kebakaran hutan membakar semua yang dilaluinya, memancarkan campuran partikel halus yang mungkin lebih bersifat neurotoksik daripada partikel yang berasal dari tempat lain," ungkap penulis utama penelitian, Boya Zhang, Kamis 24 Agustus 2023. 

BACA JUGA:Dinas LH DKI Jakarta Sebut Polusi Udara Masalah Tahunan

Para ilmuwan telah mengkhawatirkan partikel mikroskopis seperti PM2.5 yang dapat melewati daya tahan tubuh dan masuk ke dalam organ-organ tubuh. 

Mengutip Geo News, Polusi tersebut dapat menyebabkan penyakit neurologis, namun masih perlu diteliti lebih lanjut.

Ahli epidemiologi lingkungan di University of Michigan sekaligus penulis study, Sara Adar mengatakan, kebakaran hutan menjadi lebih sering terjadi dan lebih parah. 

Di bagian barat AS, setengah dari paparan polusi partikulat halus disebabkan oleh asap kebakaran.

Para peneliti memperkirakan hampir 188 ribu kasus demensia baru setiap tahun terkait dengan total paparan PM2.5 di AS. 

BACA JUGA:7 Tips Jaga Kesehatan Anak Saat Main di Luar di Tengah Kepungan Polusi Udara

Setelah menyesuaikan faktor risiko lain, tim menemukan hanya asap kebakaran hutan dan emisi pertanian yang terkait dengan penyakit ini.

Terungkap juga bahwa PM2.5 yang dipancarkan dari aktivitas pertanian sangat terkonsentrasi di Midwest (Amerika Serikat Barat Tengah).

"Komponen beracun dari pestisida yang digunakan dalam pertanian dapat berikatan dengan partikulat halus di daerah tersebut, seperti tanah yang tertiup angin, dan dapat membahayakan otak manusia jika terhirup," ujar Zhang.

BACA JUGA:KLHK Bentuk Satgas Untuk Atasi Polusi Udara di Jabodetabek

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: