Bersatunya Kaum Tradisionalis dan Kaum Modernis

Bersatunya Kaum Tradisionalis dan Kaum Modernis

Mukti Ali--

TANPA disadari bahwa pasangan Anies-Cak Imin yang disingkat AMIN adalah pasangan yang merepresentasikan perkawinan dua arus besar Islam di Indonesia yaitu muslim tradisional dan muslim modernis. Kita tahu bersama bahwa selama ini muslim tradisionalis dan muslim modernis bagaikan air dan minyak yang tak bisa bercampur dan membaur. Bahkan pada tahap tertentu hubungan keduanya seperti hubungan anjing dan kucing yang tak pernah akur dan cenderung berantem manakala bertemu. 

Contohnya kaum muslim modernis menyatakan bahwa kaum muslim tradisional  adalah kaum pengamal bid'ah, kaum sarungan, dan kampungan. Sebaliknya kaum tradisional menyatakan bahwa kaum muslim modernis adalah kaum Wahabi yang anti terhadap tradisi dan kebudayaan serta puritan. Kedua kelompok itu terus berbalas pantun dan saling bersahutan di ruang publik seperti suara satu burung dengan burung lain.

Pada aspek pergerakan pun kedua kalangan itu berafiliasi pada gerbong organisasi yang berbeda, yang mainstream adalah HMI dan PMII. Kalangan muslim tradisional berafiliasi kepada PMII, dan kaum muslim modernis berafiliasi kepada HMI.

BACA JUGA:Memahami Politik Identitas, Pesan Untuk Gus Yaqut

BACA JUGA:Memahami Makna Politik Identitas, Meluruskan Gus Yaqut

Meski kalangan modernis juga mempunyai afiliasi lain seperti LDK (Lembaga Dakwah Kampus) dan IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) hanya saja yang berafiliasi kepada LDK dan IMM minoritas. Tetap saja mayoritas kaum muslim modernis berafiliasi pada HMI.

Alkisah, di satu hari Gus Dur ceramah di hadapan mahasiswa PMII. Gus Dur melontarkan pertanyaan; apa perbedaan antara HMI dan PMII? Para mahasiswa menjawab beragam penjelasan, akan tetapi menurut Gus Dur kurang tepat. Lalu Gus Dur menjelaskan bahwa "kalau HMI selalu menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Sedangkan PMII tak pernah tahu tujuannya, apalagi caranya".

Akan tetapi boleh jadi, pasca fenomena Cak Imin sebagai representari politisi PMII yang sudah tahu tujuan dan caranya. Perkataan Gus Dur itu relevan pada zamannya. Memang pada masa Orde Baru, HMI berjaya dan banyak politisinya masuk ke kabiner Soeharto dan masuk Golkar seperti Akbar Tanjung, Cak Nur, dll. Sedangkan PMII cenderung dimarginalkan dalam kancah politik di zaman Orba. Dalam konteks masa Orba itulah perkataan Gus Dur muncul dan relevan. Sedangkan saat ini, pasca reformasi, para politisi PMII dan HMI memiliki kesempatan dan peran yang sama.

Kaum muslim tradisionalis dan kaum muslim modernis selama ini cenderung kontestasi dan vis-a-vis. Begitu juga PMII dan HMI cenderung bersaing dan terkadang sikut-sikutan atau cakar-cakaran untuk rebut kuasa. Akan tetapi dengan bergabungnya Cak Imin dan Anies disebut AMIN membalikkan keadaan. Cak Imin adalah tokoh PMII dan muslim tradisional bergabung dengan Anies sebagai tokoh HMI dan muslim modernis. Dengan adanya AMIN ini PMII dan HMI tidak lagi "cakar-cakaran" rebut kuasa tetapi bermesraan dan berangkulan bersama-sama rebut kuasa. Dari kontestasi berubah menjadi kolaborasi lalu koalisi.

Anies Baswedan meski keturunan Arab, akan tetapi alumni UGM dan Amerika Serikat, purtinya tak berjilbab, dan mantan rektor Paramadina, sebuah kampus yang dikenal mengusung pemikiran modernis-progresif-liberal melanjutkan pemikiran Cak Nur.

Sedangkan Cak Imin santri tulen, hidup di jantung muslim tradisional, dibesarkan di lingkungan pesantren Jombang Jawa Timur, alumni UGM, dan dibimbing Gus Dur, lalu bertransformasi menjadi tokoh politisi muda yang sampai saat ini diperhitungkan langkah-langkahnya.

Akan tetapi keduanya mungkin terajut oleh titik persamaan yang dimilikinya yaitu sama-sama alumni UGM, sama-sama politisi muda, sama-sama memiliki gerbong yaitu PMII dan HMI, sama-sama cerdik dalam membaca peluang dan kesempatan, sama-sama ingin adanya perubahan ke arah yang lebih baik, dan sama-sama muslim. Jika titik persamaan ini bisa merekatkan, boleh jadi akan menjadi kekuatan tersendiri.

Politik pra pemilu 2024 pada akhirnya mencair. Tidak setegang pemilu tahun 2019. Boleh jadi karena kontribusi dari persatuan itu. (*)

*) Pengamat Politik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: