Serangan di Kamp Pengungsi Myanmar Utara, 29 Orang Tewas Termasuk Anak-Anak dan Perempuan
Junta Militer Myanmar-Screnshoot/YouTube-
BACA JUGA:Badai Mocha Hantam Bangladesh dan Myanmar, Ratusan Ribu Penduduk Terancam Dievakusi
Gambar media lokal yang dimaksudkan untuk menunjukkan dampak serangan menunjukkan tim penyelamat bekerja dengan cahaya obor untuk mengambil mayat dari puing-puing kayu.
Kolonel Naw Bu mengatakan, 42 orang dirawat di rumah sakit dekat Laiza.
“ Setidaknya 10 jenazah terlihat dibaringkan di atas handuk dan terpal di tanah,” katanya.
Lebih dari 10.000 orang telah mengungsi di negara bagian Kachin sejak militer menggulingkan Aung San Suu Kyi pada tahun 2021.
Kudeta tersebut memicu protes besar-besaran dan tindakan keras berdarah terhadap perbedaan pendapat yang telah menyebabkan puluhan ribu orang ditangkap dan lebih dari 4.100 orang terbunuh, menurut kelompok pemantau lokal Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP)
Myanmar telah terlibat dalam konflik brutal di beberapa wilayah setelah kudeta tahun 2021, dengan tentara etnis minoritas dan gerakan perlawanan berjuang untuk melemahkan kekuasaan militer setelah tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan.
BACA JUGA:Indonesia Bersama ASEAN Mengutuk Keras Serangan Udara ke Warga Sipil di Myanmar
BACA JUGA:Militer Myanmar Bantai Puluhan Warganya yang Menentang Kekuasaan
Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) mengutuk apa yang mereka sebut sebagai serangan keji terhadap warga sipil dan mengatakan dunia harus mengambil tindakan untuk menghentikan kekejaman tersebut dan mengadili para jenderal Myanmar.
“ Tindakan dewan militer ini adalah kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata juru bicara NUG Kyaw Zaw, seraya menambahkan bahwa serangan di perbatasan dengan Tiongkok menunjukkan junta tidak menghormati tuntutan negara tetangganya untuk perdamaian dan stabilitas.
Foto yang beredar di Facebook menunjukkan pria berpakaian militer sedang memilah-milah reruntuhan dan seorang pria membawa jenazah seorang anak kecil.
Insiden tersebut adalah yang paling mematikan sejak serangan udara di wilayah Sagaing, Myanmar, yang bergejolak pada bulan April yang menewaskan banyak orang termasuk warga sipil.
Militer biasanya menyangkal bahwa mereka menargetkan warga sipil dan menyalahkan teroris atas kekerasan yang terjadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: