Studi ke Jerman, Bagaimana Triknya? Ini yang Dilakukan 7 Alumni Pesantren Bina Insan Mulia

Studi ke Jerman, Bagaimana Triknya? Ini yang Dilakukan 7 Alumni Pesantren Bina Insan Mulia

7 santri Bina Insan Mulia yang melanjutkan studi ke Jerman, bersama para Guru dan Asatidz dalam acara pelepasan studi Abroud Jerman.-Pesantren Bina Insan Mulia-

Keberangkatan lulusan Bina Insan Mulia ke Jerman ini tak bisa dipisahkan dari kunjungan Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, KH Imam Jazuli Lc MA, dua tahun berturut-turut ke Turkiye.

Selama kunjungan, beliau melakukan kunjungan ke sejumlah kampus, berdiskusi dengan banyak tokoh, termasuk mahasiswa Indonesia yang tengah menyelesaikan S3 hingga memperoleh penjelasan mengenai faktor penting di balik kemajuan Turkiye selama 20 tahun terakhir.

Dalam sambutannya, Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia berkisah bahwa tokoh penting di balik kemajuan Turkiye hari ini tak bisa lepas dari nama Prof. Dr. Necmettin Erbakan. Ternyata beliau ini sahabat karib alm. Prof B.J. Habibie.

Keduanya sama-sama gila sains dan teknologi selama di  Jerman dan sama-sama punya keterpanggilan hati yang  besar untuk kemajuan umat Islam. Karena bersahabat dekat, Habibie adalah saksi pernikahan anak Erbakan. 

Ketika pulang ke negaranya masing-masing, Pak Habibie menjadi menristek dan demikian juga Erbakan di sana. Ketika Pak Habibie menjadi presiden ke-3 RI, Erbakan juga sebelumnya menjadi perdana menteri. Erbakan aktif menggerakkan sains dan teknologi serta manufaktur di Turkiye dan Pak Habibie pun sama.

Saat ini, murid-murid Erbakan banyak yang menempati posisi penting di Pemerintahan Turkiye dan salah satunya adalah Presiden Erdogan. Mereka menguasai sains dan teknologi dan punya panggilan hati yang besar untuk kemajuan umat Islam.

“Setelah membandingkan Turkiye dan Indonesia hari ini, tekad hati saya semakin kuat untuk memberangkatkan santri-santri saya ke Jerman. Harapan saya, semoga lahir santri-santri Indonesia yang seperti Habibie dan Erbakan dari Pesantren Bina Insan Mulia,” doa Kiai Imam Jazuli yang disambut amin hadirin.

Menurut kiai penulis buku Terobosan Pesantren Memimpin Perubahan ini, Indonesia ini bangsa besar tetapi hari ini masih menjadi konsumer di berbagai bidang. Belum menjadi produsen.

Akibatnya, kekayaan sumber daya alam yang menjadi andalan itu tidak berdampak pada kesejahteraan rakyat kecuali hanya bagi segelintir orang karena KKN. 

Kenapa? Salah satunya adalah kurangnya teknokrat, birokrat, politisi, dan para profesional yang sejalan hidupnya dengan tokoh seperti Habibie, Erbakan atau Erdogan. B

anyak hasil penelitian yang jadi sampah di perpustakaan. Banyak fakultas pertanian tetapi buah, beras, dan garam  mengimpor dari tetangga.  Kita menjadi pasar bagi negara-negara kaya karena miskin inovasi.

“Saya optimis, santri-santri saya ini memiliki bekal untuk menjadi orang yang ahli dalam sains dan teknologi serta memiliki panggilan hati yang besar untuk kemajuan umat Islam dan para santri,” tegasnya menutup pidato sebelum doa bersama. (*)

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Close Ads