Mosab Hassan Yousef, Putra Pendiri Hamas yang Murtad Menyerukan Israel Bunuh Ayahnya

Mosab Hassan Yousef, Putra Pendiri Hamas yang Murtad Menyerukan Israel Bunuh Ayahnya

Mosab Hassan Yousef, putra salah satu pendiri Hamas Sheikh Hassan Yousef mendesak agar Israel membunuh ayahnya-MosabHasanYOSEF/X-

JAKARTA, DISWAY.ID - Mosab Hassan Yousef, putra salah satu pendiri Hamas, Sheikh Hassan Yousef mendesak agar Israel membunuh para pemimpin kelompok Hamas, termasuk ayahnya sendiri.

Yousef juga mendesak Israel untuk membunuh ayahnya jika sandera yang tersisa tidak dibebaskan oleh Hamas.

Ia menjadi terkenal setelah membelot ke Israel dengan menjadi agen Shin Bet lalu keluar Islam atau murtad.

BACA JUGA:Cerita Pilu Marah Bakeer Gadis 24 Tahun yang Dipenjara Pasukan Israel 8 Tahun Lalu

BACA JUGA:Hadiri Acara di Malaysia, Wapres Ma`ruf Amin Ingatkan Bisnis Halal Mampu Persatukan Negara-Negara Muslim

Anak Murtad tersebut memposting seruan tersebut melalui unggahan di X pada hari Rabu, 29 November 2023.

Yosef saat ini tinggal di Amerika Serikat karena nyawanya terancam pasca pengkhianatan yang dilakukannya beberapa tahun lalu.

“ Hamas telah melancarkan perang psikologis melawan kemanusiaan. Mereka ingin melepaskan ribuan pembunuh massal kembali ke jalanan dengan imbalan sandera Israel," kata Yousef dalam unggahan video di X.

Yosef mengatakan, Israel tidak mampu melakukan hal ini, namun umat manusia juga tidak mampu melakukan hal ini, karena pembebasan para pembunuh massal akan berarti kematian banyak orang tidak bersalah lainnya.

“ Israel tidak boleh berkompromi,” ujarnya.

BACA JUGA:Isi Surat Tahanan Israel Sanjung Para Jenderal Hamas, 'Putri Kami Bak Seorang Ratu di Gaza'

BACA JUGA:Buzzer Israel Geram Surat Tahanan Hamas Ucapkan Terima Kasih Beredar Luas: Anak Saya Diperlakukan Seperti Putri Gaza

“ Saya memahami bahwa Israel harus berkompromi dalam satu atau dua minggu terakhir untuk membebaskan anak-anak, perempuan, orang lanjut usia, dan warga sipil yang tidak berdaya.

Yousef mengatakan kembali, sandera yang tersisa, terutama tentara, mereka yang gagal membela diri dan membela warga sipil di komunitas selatan ketika mereka ditangkap, harus diperlakukan sebagai tawanan perang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads