9 Candi di KCBN Muaro Jambi Direvitalisasi, Peninggalan Kejayaan Buddha Tertua di Asia Tenggara

9 Candi di KCBN Muaro Jambi Direvitalisasi, Peninggalan Kejayaan Buddha Tertua di Asia Tenggara

Candi di Muaro Jambi-pusat peradaban Buddha tertua di Asia Tenggara-Kemendikbudristek

JAKARTA, DISWAY.ID - Sebanyak 9 candi di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi sudah direvitalisasi.

 

Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi fokus pada pelestarian karena situs ini memiliki bentuk struktur bata yang khas dan nilai historis yang menarik. 

 

Berlokasi di lahan yang dikelilingi oleh parit sebagai jalur transportasi dan pengendalian banjir.

 

Struktur bata yang telah diinventarisasi berjumlah 88 buah dengan sembilan diantaranya telah dilakukan pemugaran, yaitu Candi Astano, Candi Kembarbatu, Candi Tinggi, Candi Tinggi I, Candi Gumpung, Candi Gumpung I, Candi Gedong I, Candi Gedong II, dan Candi Kedaton. 

 

Candi Muaro Jambi merepresentasikan keunikan yang luar biasa dalam tradisi spiritual dan pendidikan Buddhisme di Asia Tenggara.

 

Situs ini tidak hanya menyimpan nilai sejarah dan budaya yang mendalam, tetapi juga menjadi saksi bisu atas pertukaran pengetahuan dan nilai spiritual antar generasi. 

 

Kawasan Candi Muaro Jambi memiliki luas 3.981 hektar dan telah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional berdasarkan penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 259/M/2013.

 

Pada tahun 2022 telah dilakukan Program Revitalisasi KCBN Muaro Jambi yang meliputi pemugaran, perencanaan pemugaran, normalisasi parit keliling, dan penataan lingkungan.

 

Pada tahun 2024 ini akan dilakukan Pembangunan Museum, Pemugaran Candi Kotomahligai dan Candi Paritduku, Perencanaan Pemugaran Candi Sialang dan Candi Alun-Alun, dan Penataan Lingkungan Candi Kotomahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong, dan Candi Astano serta Normalisasi parit dan kolam.

 

Pelestarian candi-candi tersebut bertujuan untuk menajamkan akal budi, menguatkan rasa kemanusiaan, serta menyusuri jejak masa lampaunya sebagai poros edukasi Budhisme tertua dengan area terluas di Asia Tenggara. 

 

Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) mengajak media massa nasional untuk berkunjung ke kawasan Muaro Jambi dan mempublikasikan upaya Revitalisasi KCBN Muaro Jambi.

 

Kegiatan yang bertajuk Diskusi Kebijakan dan Kebudayaan dengan Media Massa dihadiri oleh 25 wartawan dari berbagai media nasional. Kegiatan ini diawali dengan Pembukaan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Fitra Arda dan Kepala Unit Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V, Agus Widiatmoko.

 

Revitalisasi KCBN Muara Jambi merupakan sebuah langkah tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

 

Dalam UU tersebut, ada dua hal yang dituju, yaitu berkaitan dengan ketahanan budaya serta kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia. Pelestarian KCBN Muarajambi tidak hanya berfokus pada cagar budaya, tetapi juga mengembangkan perlindungan alam dan lingkungan.

 

“Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam revitalisasi di kawasan ini, yaitu menjadikan kawasan ini sebagai pusat pendidikan, penguatan sumbu imajiner dengan menata kawasan candi, penguatan ekosistem melalui ekonomi kerakyatan berbasis kebudayaan tak benda,” jelas Fitra Arda dalam Pembukaan Diskusi Kebijakan dan Kebudayaan.

 

Dalam menjalankan aktivitasnya, kawasan ini akan dibentuk tata kelola di bawah naungan Museum dan Cagar Budaya. Untuk mendukung upaya revitalisasi ini, Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud) telah memusatkan agenda ke Muara Jambi.

 

Misalnya, untuk menguatkan nilai dari kawasan ini, Ditjenbud melaksanakan Festival Kenduri Swarnabhumi dan Pasar Dusun Karet (PADUKA). PADUKA merupakan tempat untuk menjual makanan atau minuman khas masyarakat Desa Muaro Jambi. 

 

Pengembangan kawasan ini diharapkan tidak menghilangkan esensi pedesaannya dan masyarakat menjadi aktor utama dalam pengelolaannya.

 

Selain itu, pembangunan KCBN Muaro Jambi juga bertujuan untuk mengedukasi masyarakat bahwa kebudayaan bukan sekedar cagar budaya dan seni tari, lebih dari itu, kebudayaan adalah metode dalam pembangunan dan menyiapkan fondasi dasar bagi kemajuan bangsa.

 

“Saat ini, kebudayaan sudah tidak lagi dianggap sebagai cost, tetapi investasi jangka panjang,” ungkap Fitra.

 

Investasi kebudayaan berupa pementasan dalam rangka pengenalan budaya, membuka ruang inklusif yang menghubungkan kebhinekaan, serta membangun ekonomi kerakyatan secara jangka panjang.

 

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V, Agus Widiatmoko, menambahkan bahwa KCBN Muarajambi jangan hanya dipandang sebagai destinasi pariwisata, melainkan sebagai pusat peradaban yang mencerminkan warisan budaya.

 

“Kita harus melihat Muaro Jambi sebagai pusat peradaban yang menyediakan ruang untuk belajar dan penelitian yang mendalam,” ucap Agus. 

 

Selain itu, peran masyarakat sangat penting untuk menjadi wahana bagi pengembangan ekonomi lokal dan pemajuan pendidikan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: kemendikbudristek

Berita Terkait

Close Ads