Revitalisasi KCBN Muaro Jambi Libatkan Masyarakat dan Kearifan Lokal

Revitalisasi KCBN Muaro Jambi Libatkan Masyarakat dan Kearifan Lokal

Candi di Muaro Jambi-pusat peradaban Buddha tertua di Asia Tenggara-Kemendikbudristek

JAMBI, DISWAY.ID – Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi, melibatkan masyarakat dan kearifan lokal.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud), menempatkan masyarakat sebagai pusat perhatian utama.

Strategi yang ditetapkan oleh Ditjenbud salah satunya dengan memperkuat ikatan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sebagai fondasi utama dalam proses revitalisasi.

BACA JUGA:Ada Kemiripan Budaya, Perwakilan Cagar Budaya Candi Muaro Jambi Belajar ke Vietnam

Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Fitra Arda, menegaskan bahwa pendekatan dari bawah ke atas dalam merencanakan kebudayaan adalah hal yang sangat penting.

Fitra juga menyoroti pentingnya mendengar aspirasi masyarakat sebagai langkah awal dalam penguatan ekosistem.

“Yang utama dari revitalisasi KCBN Muarajambi adalah masyarakatnya, karena merekalah rohnya. Oleh karena itu, Ditjenbud menaruh perhatian khusus untuk keberlangsungan dan peradaban KCBN Muarajambi,” ujarnya pada pembukaan Forum Diskusi Terpumpun di KCBN Muarajambi, Rabu (24/4).

BACA JUGA:9 Candi di KCBN Muaro Jambi Direvitalisasi, Peninggalan Kejayaan Buddha Tertua di Asia Tenggara

Pada kesempatan yang sama, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V, Agus Widyatmoko, menggarisbawahi visi untuk membangun 8 desa budaya di sekitar Muaro Jambi.

Menurutnya, pembangunan tersebut tidak hanya soal infrastruktur fisik, namun juga tentang memperkuat identitas dan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat setempat.

Selain itu, Tim Pendamping Desa Penyangga KCBN Muarajambi , Ibe Karyanto, memaparkan sejumlah langkah strategis yang telah diambil untuk mendukung potensi masyarakat dan memperkuat peran masyarakat dalam pelestarian dan pengembangan KCBN Muaro Jambi.

“Kami merancang berbagai program pendampingan, riset partisipatif, dan pembuatan kelembagaan desa untuk memastikan partisipasi aktif dari masyarakat dalam proses ini," ucapnya.

BACA JUGA:9 Candi di KCBN Muaro Jambi Direvitalisasi, Peninggalan Kejayaan Buddha Tertua di Asia Tenggara

Sebagai contoh konkret dalam upaya ini, Ibe menggambarkan bagaimana warga desa di sekitar KCBN Muarajambi telah mengidentifikasi potensi lokal mereka dan mencari cara untuk mengembangkannya.

 "Ini menunjukkan pentingnya mendengarkan suara masyarakat dan memberikan dukungan yang sesuai untuk mewujudkan visi bersama," ucap Ibe.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, tim pendamping juga akan melaksanakan serangkaian kegiatan, termasuk asesmen mendalam terhadap kondisi budaya di delapan desa sekitar Muaro Jambi dan pembuatan kalender kebudayaan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan budaya.

BACA JUGA:Air Sumur di Candi Kedaton Bisa Diminum Langsung, Berlokasi di Kawasan Cagar Budaya Nasional Muaro Jambi

Dengan menekankan peran sentral masyarakat, Ditjenbud berkomitmen untuk memastikan keberlanjutan KCBN Muaro Jambi.

Melalui kerja sama yang erat antara pemerintah dan masyarakat, Muaro Jambi diharapkan tetap menjadi mercusuar budaya yang menginspirasi dan membanggakan bagi bangsa Indonesia.

Saat Disway mengunjungi lokasi tersebut, sejumlah masyarakat memang dilibatkan dalam pariwisata Muaro Jambi. 

Salah satunya ada pasar apung di mana masyarakat di sana menjual beberapa makanan khas dan produk kearifan lokal dengan menggunakan perahu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: kemendikbudristek