Silent Majority Disebut Dongkrak Suara Prabowo-Gibran, Mirip Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS 2016?

Silent Majority Disebut Dongkrak Suara Prabowo-Gibran, Mirip Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS 2016?

Prabowo-Gibran menang telak di Jawa Timur.-Tangkapan layar debat capres-cawapres di YouTube KPU RI-

JAKARTA , DISWAY.ID - Hasil hitung cepat Pilpres 2024 menempatkan pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menjadi pemimpin sementara Quick Count dengan peroleh suara hingga 56% di sejumlah lembaga survei. 

Suara yang diprediksi akan bertahan sampai dengan hasil penghitungan akhir KPU atau real count itu disebut terbantu oleh fenomena Silent Majority

BACA JUGA:Viral Istilah 'Silent Majority' Usai Hasil Quick Count, Apa Artinya?

BACA JUGA:Update Real Count KPU, Prabowo 56 persen, Anies 25 persen, Ganjar 17 persen!

Lantas, apa dan seberapa pengaruhnya Silent Majority itu? 

Mengutip pernyataan Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran di wilayah Jawa Barat, Ridwan Kamil, paslon nomor urut 2 itu bisa memimpin klasemen sementara berkat pergerakan "Silent Majority". 

Istilah "Silent Majority" tersebut dipaparkan Ridwan melalui akun Instagram pribadinya (@ridwankamil). Dalam unggahannya, Ridwan memaparkan singkat terkait apa yang dimaksud "Silent Majority" dan pengaruhnya dalam elektabilitas Prabowo-Gibran dengan segala kontroversi di dalamnya. 

"Pelajaran. "Silent Majority" sudah berbicara. Siapa mereka? Mereka yang menyimak, tetapi jarang komen. Mereka yang jarang ribut-ribut di media sosial tiap akun ini posting #politik," kata mantan Gubernur Jawa Barat itu, dikutip Kamis 15 Februari 2024. 

BACA JUGA:Gus Miftah Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo Subianto, Dijanjikan Menteri Agama?

BACA JUGA:TKN Fanta Rayakan Kemenangan Prabowo-Gibran di Quick Count Dengan Bagi-bagi Bunga dan Coklat

Dalam unggahan yang sama, sosok mantan Gubernur Jawa Barat yang akrab disapa Kang Emil ini mengatakan bahwa selama ini media sosial diramaikan oleh "Noisy Minority". 

Menurutnya, "Noisy Minority" bukan ukuran realita yang sama di lapangan.

"Bullyan atau ejekan di media sosial tidak pernah kami jawab. Cukup kami jawab dengan kerja-kerja terukur di lapangan," ujar Kang Emil.

Fenomena Silent Majority kerap diperbincangkan dalam kontestasi politik. Menukil kamus Politik terbitan AS, Merriam-Webster, "Silent Majority" adalah bagian terbesar dari populasi suatu negara yang terdiri atas orang-orang yang tidak terlibat aktif dalam politik dan tidak mengungkapkan pendapat politiknya di hadapan umum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: