Kekecewaan Mahasiswi UNJ Saat KJMU Dicabut Heru Budi, Tak Ada yang Beri Informasi Pencabutan

Kekecewaan Mahasiswi UNJ Saat KJMU Dicabut Heru Budi, Tak Ada yang Beri Informasi Pencabutan

Ni Made Puspita Dewi, mahasiswa Fakultas Ekonomi UNJ, program studi D4 Administrasi Perkantoran digital, nangis saat KJMU dicabut Heru Budi, karena tak ada yang beri informasi pencabutan tersebut denga jelas kepadanya. -Fajar Ilman-

JAKARTA,DISWAY.ID - Universitas Negeri Jakarta (UNJ), sedang menjadi perbincangan hangat di media sosial Twitter, terkait dengan polemik Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU). 

Polemik ini menimbulkan tanda tanya di kalangan mahasiswa terkait kejelasan proses dan keputusan terkait KJMU, namun apa sebenarnya yang terjadi?

Ni Made Puspita Dewi, mahasiswa Fakultas Ekonomi UNJ, program studi D4 Administrasi Perkantoran digital, memberikan penjelasan terkait hal ini. 

Terungkap kekecewaan mahasiswi UNJ saat KJMU dicabut Heru Budi, karena tak ada yang beri informasi pencabutan tersebut denga jelas kepadanya.

BACA JUGA:Tertarik Magang dan Kerja di Jepang? Ini Pesan Wamenaker 

BACA JUGA:Meski Dinaturalisasi, Maarten Paes Tak Masuk Daftar Skuat Timnas Indonesia Kualifikasi Piala Dunia 2026

"Penerima KJMU UNJ banyak, sekitar 3000an. Saya juga salah satu pengurus KJMU UNJ, dan ketika ada kabar buruk dari menfess, orangnya random, gak tau orangnya siapa yang ngirim, jadi saya gak bisa berkomentar banyak kalau tengang menfess UNJ," ujarnya kepada wartawan pada Kamis 7 Maret 2024.

Puspita juga menyoroti karakteristik menfess twitter yang seringkali random, di mana siapapun bisa mengirim pesan dan berkomentar tanpa diketahui identitasnya. 

"Menfess itu sifatnya random, siapapun bisa ngirim pesan, siapapun bisa berkomentar, jadi saya takut salah jadi gamau berkomentar," tambahnya.

BACA JUGA:Terkuak, Penyebab Terbakarnya Ruang Server Rumah Sakit Harapan Bunda di Pasar Rebo Diduga Akibat Korsleting Listrik

BACA JUGA:Ruang Server RS Harapan Bunda Jaktim Dilalap Si Jago Merah, Pasien Berhamburan

Namun demikian, sebagai pengurus, Puspita merasa kurang mendapat informasi terkait adanya peserta KJMU yang kemudian dinyatakan tidak layak. 

"Saya juga pengurus, saya juga kena dampak juga, data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS), saya tidak layak, saya yatim piatu, terus juga padahal saya tuh satu kartu keluarga sama nenek saya, nenek saya juga penerima bansos, kartu lansia," keluhnya.

Terus waktu itu saya ke P4OP saya nangis nangis karena saya yatim piatu dan UKT saya tinggi 6 juta, saya bingung kalau KJMU saya dicabut. terus dengan adanya ini saya bisa puas, bisa lega karena bisa langsung ngomong sama pak Heru tentang keluhan saya," sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: