Benarkah Harus Tambah Biaya dalam Implentasi Kurikulum Merdeka di Sekolah? Ini Faktanya
Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo-Kurikulum Merdeka mendorong guru lebih kreatif dan inovatif-Kemendikbudristek
JAKARTA, DISWAY.ID – Kurikulum Merdeka diresmikan sebagai kurikulum nasional baru-baru ini.
Apa keunggulan dan kekurangannya? Sejumlah guru di kabupaten bercerita harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka.
Benarkah?
Kenyataannya, Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Meranti Sumatera Utara, Khairina Lubis, juga membagikan praktik baik penerapan Kurikulum Merdeka di sekolahnya terutama dalam pendidikan karakter melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
BACA JUGA:Nadiem Makarim Santai Tanggapi Kritik tentang Kurikulum Merdeka: Lihat Saja Datanya
Perwujudan Pelajar Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; bergotong royong; kreatif; bernalar kritis; dan mandiri merupakan tujuan besar yang ingin dicapai dengan implementasi Kurikulum Merdeka.
“Kami mengadakan in-house training bagi guru untuk memahami P5. Selanjutnya, kami melibatkan para guru dan pengurus OSIS sebagai perwakilan murid untuk mendesain pembelajaran P5 yang sesuai dengan kondisi, kemampuan, dan aset yang dimiliki sekolah. Dari diskusi tersebut kami menyepakati tema ‘Bangunlah Jiwa dan Raganya’ dengan topik ‘Stop Bullying’ untuk pelaksanaan P5 di sekolah kami,” jelas Khairina.
Khairina menekankan bahwa P5 di sekolahnya tidak membebani murid atau pun orang tua karena dapat terlaksana dengan biaya nol Rupiah.
BACA JUGA:Unik! Berkat Kurikulum Merdeka, Guru SLB Mengajar dengan Teknik Pantomim di Kelas
Dalam membuat karya, para murid berkreasi memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitarnya serta menjalani proses bekerja sama dan berkolaborasi.
Proses tersebut sangat penting dalam membentuk profil Pelajar Pancasila dan mewujudkan lingkungan pendidikan yang aman dan nyaman, bebas dari perundungan.
Kurikulum Merdeka juga memberikan porsi yang besar pada pembelajaran berbasis projek yang selaras dengan esensi pembelajaran pendidikan vokasi.
Sebagai guru Desain Komunikasi Visual SMK Negeri 1 Pangkep, Sulawesi Selatan, Jayadi Daeng Tutu, mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis projek mendorong kemandirian dan kreativitas murid dalam memecahkan masalah masyarakat di sekitarnya.
BACA JUGA:Harapan Para Guru Ingin Tetap Ikut Seleksi ASN PPPK di Era Kurikulum Merdeka
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: kemendikbudristek