Cerita Dokter Ortopedi Tangani Atlet Pencak Silat saat Alami Cedera, Ternyata Tak Bisa Asal Operasi
Dokter spesialis ortopedi Prof. Dr. dr. Andri Maruli Tua Lubis, Sp.OT(K)--Dok pribadi
JAKARTA, DISWAY.ID – Tidak bisa asal penanganan saat mengatasi cedera, termasuk mengobati atlet.
Dokter spesialis ortopedi Prof. Dr. dr. Andri Maruli Tua Lubis, Sp.OT(K) membagikan pengalamannya menangani atlet yang mengalami cedera.
Ia menghadapi tantangan ketika atlet pencak silat Safira Dwi Meilani mengalami dislokasi bahu pada 3 bulan jelang SEA Games 2023.
Padahal, atlet tersebut ditargetkan untuk meraih medali emas.
BACA JUGA:Dokter Tirta Minta Jangan Langsung Angkat Perut Orang yang Sedang Cedera, Bahaya!
Guru Besar Bidang Ilmu Ortopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut menyebut bahwa penanganan atlet tidak bisa asal membuat keputusan.
"Penanganan atlet itu sebenarnya sangat penuh tantangan. Jadi kita harus berdiskusi banyak (dengan tim atlet dan rumah sakit)," ujarnya pada Media Gathering di Siloam Hospital Mampang, Kamis, 13 Juni 2024.
Seperti dalam kasus atlet pencak silat tersebut, dr. Andri tidak bisa memutuskan sendiri bahwa Safira harus dioperasi.
BACA JUGA:Bolehkah Dipijat saat Cedera? Jangan Asal, Simak Kata Ahli
"Dokter tidak boleh gatel. Mentang-mentang saya dokter bedah, saya memaksa (pasien) harus operasi)," tandasnya.
Dalam penanganan atlet profesional, ia mengungkapkan, terdapat istilah off season (libur panjang) dan on season (musim pertandingan).
"Ketika atlet cedera pada saat on-season, kalau bisa ditangani tanpa operasi, terpaksa kita lindungi dulu tanpa operasi," tuturnya.
Kemudian, lanjut Andri, nanti pada saat off-season bisa dioperasi.
Pada saat Safira pertama kali dibawa ke RS Siloam Mampang, ia melakukan penanganan pertama dengan mengembalikan posisi bahu yang dislokasi.
BACA JUGA:Aduh! Marquez Cedera Saat Latihan Motocross, Balap MotoGP Catalunya Bagaimana?
"Saya bilang 'kalau dia bertanding pencak silat untuk pertandingan yang serius, ini pasti keluar lagi bahunya," tebaknya.
Hal ini pun benar terjadi ketika partai final, Safira kembali mengalami dislokasi dan melakukan gerakan yang dianggap salah.
"Sehingga pada partai final dia didiskualifikasi dan pesilat Vietnam dapat emas, dia (Safira) dapat perak," ujarnya.
Kendati demikian, pihak official Indonesia melayangkan protes dan mengungkapkan bahwa Safira mengalami cedera beberapa bulan belakangan.
Setelah melakukan proses diskusi, akhirnya panitia memutuskan bahwa Safira tetap mendapatkan emas, begitu pula dengan pesilat Vietnam.
"Akhirnya dua-duanya tetap emas. Jadi emas, emas, perunggu. Waktu itu akhirnya win-win solutionnya begitu."
BACA JUGA:Harry Kane Cedera Punggung, Peluang Tampil di EURO 2024 Menipis?
Lebih lanjut, ia menambahkan, Safira segera melakukan operasi dan rehabilitasi setelah SEA Games berakhir.
Meski agenda mendatang Safira mengikuti PON, ia memiliki cukup waktu karena tidak perlu melalui tahap kualifikasi.
"Begitu kembali dari Kamboja (Safira) kita operasi, kita rehabilitasi singkat, jadi PON bisa langsung ikut," paparnya.
BACA JUGA:Saraf Kejepit dan Cedera Tulang Belakang Paling Sering Dialami Akibat Kecelakaan Kerja
Kisah Safira ini merupakan salah satu dari sekian banyak atlet yang telah ditanganinya.
Menurutnya, seorang yang mengalami cedera harus ditangani dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan pasien hingga dapat melakukan aktivitasnya kembali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: