Rekomendasi Ahli: Penting Imunisasi DBD untuk Anak Usia 6 Hingga 18 Tahun Cegah Keparahan dan Kematian

Rekomendasi Ahli: Penting Imunisasi DBD untuk Anak Usia 6 Hingga 18 Tahun Cegah Keparahan dan Kematian

Para ahli dalam Indonesia Dengue Summit 2024 membahas pentingnya vaksin DBD--Istimewa

JAKARTA, DISWAY.ID – Para ahli menyuarakan pentingnya vaksin Demam Berdarah Dengue (DBD) untuk mencegah keparahan dan kematian. 

Salah satu sasarannya yaitu untuk anak usia 6 hingga 18 tahun. 

Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta (IDAI JAYA) didukung oleh PT Takeda Innovative Medicines menyelenggarakan Indonesia Dengue Summit yang pertama, sebuah acara peningkatan kapasitas bagi tenaga kesehatan, serta edukasi mendalam bagi masyarakat seputar penyakit Demam Berdarah Dengue/DBD. 

Acara ini salah satunya mengambil momentum ASEAN Dengue Day yang diperingati pada tanggal 15 Juni setiap tahunnya.

BACA JUGA:Tingkatkan Pemerataan, IDAI Minta Pemerintah Beri Beasiswa Pendidikan dan Insentif Dokter Anak di Daerah Terpencil

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), DBD adalah salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat di dunia.

Insiden DBD meningkat secara signifikan di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir, dengan kasus yang dilaporkan kepada WHO naik dari 505.430 kasus pada tahun 2000 menjadi 5,2 juta pada tahun 2019.

Jumlah kasus demam berdarah tertinggi tercatat pada tahun 2023, yang memengaruhi lebih dari 80 negara di seluruh wilayah WHO.

BACA JUGA:IDAI dan Ria Miranda Kolaborasi Luncurkan Scraft Terinspirasi dari Bunga Carnation

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat hingga minggu ke-23 tahun 2024 saja, terdapat 131.501 kasus DBD dengan kematian sebanyak 799 kasus.

Angka kasus kejadian tersebut lebih tinggi dari kumulatif kasus DBD di tahun 2023 yaitu 114.720 kasus, dan mendekati total kasus kematian sepanjang tahun 2023 yaitu 894 kasus.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Direktorat Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan RI, dr. Imran Pambudi, MPHM, mengatakan saat ini, pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia berfokus lebih berat pada pengendalian vektor yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. 

BACA JUGA:IDAI Ajak Orang Tua Edukasi Kekerasan Seksual Pada Anak Lewat 5 Anggota Tubuh

“Sejak tahun 1980-an, kita telah menjalankan Gerakan 3M Plus secara berkelanjutan, dilanjutkan dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), dan baru-baru ini, kami memperkenalkan teknologi nyamuk ber-Wolbachia sebagai bagian tambahan dari program yang ada,” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: