Angkat Tema Perbudakan, Novel Sang Giri Hadirkan Pandangan Baru dalam Dunia Sastra Indonesia
Acara Media Gathering dan Diskusi Buku Sapaan Sang Giri di Kemang, Jakarta -Bianca Khairunnisa-
JAKARTA, DISWAY.ID - Dalam dunia sastra Indonesia, penulis perempuan di Indonesia sangat penting untuk mendorong bentangan sastra yang lebih inklusif dan beragam.
Seringkali para penulis perempuan membawa perspektif dan suara unik yang memperkaya kain sastra Indonesia, dengan mengangkat tema dan pengalaman yang mungkin akan terabaikan.
BACA JUGA:Berkenalan dengan Sapaan Sang Giri, Novel Tentang Perbudakan Orang Jawa di Afrika Selatan
BACA JUGA:Mengenal Kelamnya Sejarah yang Terlupakan lewat Novel Sapaan Sang Giri Isna Marifa
Salah satu bukti kontribusi tersebut dapat dilihat dalam novel Sapaan Sang Giri karya Isna Marifa.
Dalam novel ter[bitan Kabar Media Books ini, Isna Safira sukses dalam menantang dan memperluas narasi tradisional yang didominasi oleh sudut pandang laki-laki, menawarkan wawasan baru tentang kompleksitas masyarakat, budaya, dan sejarah Indonesia.
Dengan menyajikan narasi mengenai sejarah yang terabaikan, Sapaan Sang Giri hadir dengan mendalami babak sejarah yang kurang dikenal namun memiliki dampak yang sangat besar: perbudakan di Afrika Selatan yang melibatkan orang-orang Nusantara dan asal mulanya suatu komunitas multikultural di Afrika Selatan – kaum Cape Malay.
"Tak banyak yang mengetahui sejarah perdagangan budak dari Nusantara ke Afrika Selatan di abad ke-18; tempat yang juga menjadi tempat pengasingan bagi para pejuang dan pangeran Nusantara yang melawan VOC," ujar Isna Marifa di Media Gathering dan Diskusi yang diadakan di Pusat Kesenian Dia.lo.gue, Kemang, pada hari Sabtu 3 Agustus 2024.
Pertama kali diterbitkan pada bulan September 2020 (Penerbit Ombak), kisah ini telah juga diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul Mountains More Ancient (Kabar Media 2022). Novel ini dengan lugas menggambarkan pengalaman orang-orang yang tercerabut dari tanah air dan secara paksa masuk ke dalam dunia yang penuh eksploitasi dan penindasan.
BACA JUGA:3 Rekomendasi Novel Digital tentang Age Gap Relationship, Saat Cinta Tak Mengenal Batas Usia
Selain itu menurut penulis 'Bukan Perawan Maria' dan 'Memburu Muhammad', Feby Indirani, Sapaan Sang Giri juga terbilang menarik dari segi format, karena menggabungkan puisi dan prosa untuk mengungkapkan suara dari tokoh-tokoh berbeda.
"Novel ini penting: mengingatkan kita bahwa sejarah juga terjalin dari kegiatan dan kisah-kisah ‘wong cilik’ yang kesulitan menentukan nasib mereka sendiri," Ujar Feby ketika ditemui dalam kesempatan yang sama.
Sapaan Sang Giri diterbitkan oleh Kabar Media Books, sebuah penerbit yang berlokasi di Indonesia. Perusahaan ini didirikan dengan visi untuk menciptakan publikasi berkualitas tinggi dan menarik secara visual yang berbagi cerita tentang masyarakat dan ruang.
Hingga saat ini Kabar Media Books telah menerbitkan buku-buku tentang Indonesia dalam bahasa Inggris dengan tujuan mengantarkannya ke pembaca mancanegara. Sapaan Sang Giri merupakan terbitan berbahasa Indonesia pertama mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: