Deflasi Semakin Parah, Ekonom Ungkap Pengaruh Ketimpangan Kelas

Deflasi Semakin Parah, Ekonom Ungkap Pengaruh Ketimpangan Kelas

Deflasi Semakin Parah, Ekonom Ungkap Pengaruh Ketimpangan Kelas-Disway/Bianca Chairunisa-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Fenomena deflasi beruntun yang melanda dunia perekonomian Indonesia saat ini tengah menjadi perhatian dari berbagai kalangan, baik pengamat ekonomi, pelaku bisnis, maupun masyarakat umum. 

Menurut sejumlah pengamat ekonomi, penyebab dari fenomena deflasi ini berturut-turut ini kemungkinan besar disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat, terutama bagi mereka yang berasal dari kelas menengah. 

BACA JUGA:Tidak Hanya Penurunan Daya Beli, Ekonom Sebut Deflasi Dipicu Perubahan Pola Belanja

BACA JUGA:Deflasi 4 Bulan serta Inflasi yang Tidak Membaik, Ekonom INDEF Peringatkan Potensi Krisis Ekonomi

Namun menurut keterangan Ekonom sekaligus Dosen Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta, Achmad Nur Hidayat, deflasi ini lebih dari sekedar penurunan konsumsi masyarakat.

Menurutnya, deflasi ini juga menjadi penanda dari adanya ketimpangan ekonomi yang semakin menganga.

"Meski terjadi deflasi, konsumsi kelompok atas tetap stabil, bahkan lebih fokus pada kebutuhan tersier. Artinya, alih-alih mengurangi konsumsi, mereka yang berada di lapisan atas justru tetap membelanjakan uang mereka, tetapi untuk barang-barang yang bersifat mewah atau hiburan," jelas Achmad saat dihubungi oleh Disway pada Selasa 1 Oktober 2024.

Di sisi lain, Achmad melanjutkan, kelas menengah bawah yang daya belinya terus tergerus oleh berbagai faktor seperti inflasi, pengangguran, dan ketidakpastian ekonomi menjadi golongan yang paling mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Apalagi untuk memenuhi konsumsi barang tersier. 

BACA JUGA:Deflasi Sebabkan Harga Pangan Turun Drastis, Penjual Ungkap Kekhawatiran Ini

BACA JUGA:Presiden Jokowi Dijadwalkan Buka Forum BNI Investor Daily Summit 2024 di JCC

"Kondisi ini menunjukkan adanya kesenjangan yang sangat nyata dalam distribusi pendapatan di masyarakat. Kelas atas tetap berbelanja, tetapi kebutuhan mereka berbeda dengan masyarakat bawah. Barang-barang seperti elektronik canggih, produk fesyen premium, atau liburan mewah masih menjadi pilihan utama konsumsi mereka," pungkasnya.

Hal ini tentu tidak terjadi di kelas menengah bawaah, yang justru berfokus pada bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan biaya pendidikan.

Dalam jangka panjang, ketimpangan yang semakin tajam ini bisa berdampak buruk pada stabilitas sosial. 

Sejarah membuktikan bahwa kesenjangan yang tidak tertangani dapat memicu ketidakpuasan sosial yang lebih besar, berujung pada masalah-masalah sosial seperti meningkatnya kriminalitas atau konflik horizontal.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads