Sang Jarasandha, Orasi Kebudayaan Kyai Paox Iben Peringati Hari Wayang

Menggunakan bahasa campuran Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura dan Indonesia, Ki Dalang Sujiwo Tejo menyuguhkan pertunjukan wayang kulit berjudul Sang Jarasandha dengan model Wayang Jagong, satu model interaktif dalang dengan penonton.-dok disway-
Termasuk para penonton yang langsung mengerti bahwa gerakan yang diulang beberapa kali itu adalah cara untuk mengalahkan Jarasandha. "Ha, cawe-cawe! Cawe-cawe ini!" teriak Mbah Tejo sambil menampakkan tokoh wayang Jarasandha di atas Kresna dan Bima secara tiba-tiba.
Kode rahasia itu berisi tentang sejarah kelahiran Jarasandha, yakni tubuhnya yang semula terbelah. Raja yang digdaya itu hanya bisa kalah dengan cara kembali dipisah, antara belahan tubuhnya yang berwarna biru dan merah.
Namun adegan unik kembali terjadi. Setelah Bima mengalahkan Sang Juru Sandra, diikuti dengan bebasnya puluhan raja yang dipenjara, Mbah Tejo kehilangan tokoh wayang Kresna yang sebelumnya membocorkan kode rahasia.
BACA JUGA:Penyebab Kecelakaan Maut Tol Cipularang Diungkap, Diduga Kegagalan Fungsi Rem Truk
BACA JUGA:Pasang Badan Erick Thohir Usai Timnas Dicukur Jepang, Bela Shin Tae-yong?
Akhirnya, Presiden Jancukers itu menyuruh seorang Waranangga untuk berdiri dan bertepuk tangan sebagai bentuk kemenangan. Cahaya merah dan biru yang sejak awal muncul, akhirnya hilang.
Pada penutup pementasan, Sujiwo Tejo menuturkan bahwa masyarakat tetap harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Beliau mengingatkan supaya bukan hanya selalu memikirkan hal-hal yang besar, melainkan juga tentang hal-hal kecil.
"Untuk para pemimpin baik Bupati, Walikota, Gubernur maupun Presiden, hati-hati. Orang Jawa itu memiliki sebutan yang komplit perkara jatuh. Ana tiba Nyungsep, Nggeblak, Ndeprok, Kejrungup, Nggledak, Ngguling, Gulung-gulung, Kesrimpet, Kegubet lan sapanunggalane (dan lain sebagainya, red)," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: