China Nekat Lawan Trump Hingga Titik Darah Terakhir, Tarif Makin Berat, Yuan Melemah!

Ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS) semakin memanas setelah Presiden AS, Donald Trump, mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% terhadap barang-barang impor dari China.--CNBC
JAKARTA, DISWAY.ID - Ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS) semakin memanas setelah Presiden AS, Donald Trump, mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% terhadap barang-barang impor dari China.
Ancaman ini datang setelah China memutuskan untuk membalas kebijakan Trump dengan mengenakan tarif 34% terhadap barang-barang asal AS, yang mulai berlaku pada 10 April mendatang dilansir dari CNBC.
Kementerian Perdagangan China langsung merespons dengan tegas, menyatakan bahwa mereka "tegas menentang" ancaman tarif tersebut dan akan melakukan langkah-langkah pembalasan untuk melindungi hak dan kepentingan mereka.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan, China menegaskan bahwa jika AS tetap memaksakan kehendaknya, maka China akan "berjuang hingga titik darah terakhir."
BACA JUGA:AS-China Makin Panas! Trump Tak Terima Langkah Xi Jinping, Tarif Sengaja Dinaikkan 50%
Pernyataan ini menunjukkan tekad kuat dari China untuk tidak mundur meski tekanan dari AS semakin meningkat.
Sebagai negara yang sedang berada di posisi defensif, China siap menghadapi eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang ini.
BACA JUGA:Tarif 32% AS Ancam 10 Ribu Orang di Batam Kehilangan Pekerjaan!
Tarif Tambahan dan Pelemahan Yuan
Salah satu dampak nyata dari eskalasi perang tarif ini adalah pelemahan nilai tukar yuan.
Pada hari Selasa, Bank Rakyat China menetapkan nilai tengah yuan di 7,2038 per dolar, yang merupakan level terlemah sejak September 2023.
Nilai tukar yuan yang melemah ini dipandang sebagai "sinyal besar" dari China kepada AS, bahwa mereka siap menurunkan nilai mata uang mereka lebih jauh jika tarif terus diterapkan.
Robin Brooks, seorang ekonom senior di Brookings Institution, mengungkapkan bahwa pelemahan yuan ini adalah peringatan kepada Washington.
"Kami bisa menurunkan nilai yuan lebih lanjut dan lebih banyak tindakan mungkin akan datang jika ini terus berlanjut," ujar Brooks.
Dengan memperlemah yuan, China berusaha menambah daya saing ekspor mereka, meskipun hal ini bisa memicu ketegangan lebih lanjut di pasar global.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: