Soal Kepadatan Tenda di Arafah, Kemenag Akui Ada Kekeliruan Teknis dan Kultural
Ketua PPIH Arab Saudi Muchlis Hanafi.-Media Center Haji 2025-
Keempat, mobilitas jamaah yang tidak terkendali. Dijelaskan Mukhlis, banyak jamaah berpindah tenda secara sepihak untuk berkumpul dengan kerabat atau kelompok bimbingan dari daerah asal.
“Perpindahan ini memperburuk distribusi beban tenda dan menyulitkan kontrol layanan secara keseluruhan,” paparnya.
Kondisi ini juga berdampak pada gangguan distribusi konsumsi jamaah.
Selama di Arafah, jamaah haji Indonesia mendapatkan lima kali makan pada 8-9 Zulhijjah 1446 H.
Penempatan jamaah yang tidak sesuai rencana menyulitkan pihak syarikah/markaz proses distribusi makanan dan logistik.
“Sebagian jamaah tidak mendapatkan jatah makan tepat waktu karena data distribusi di Markaz/Syarikah tidak cocok dengan kondisi riil,” ujar Mukhlis.
Langkah Mitigasi PPIH
Meski sempat mengalami kekacauan, PPIH Arab Saudi menyatakan persoalan penempatan jamaah di Arafah pada akhirnya bisa diselesaikan.
Sejumlah langkah cepat dan strategis diambil untuk mengurai kepadatan dan memastikan seluruh jamaah mendapat tempat yang layak serta konsumsi yang memadai.
Langkah pertama adalah menyisir dan memvalidasi ulang kapasitas tenda. Petugas menemukan bahwa banyak kasur yang seharusnya kosong ternyata telah ditempati jamaah.
“Pemetaan ulang menunjukkan bahwa beberapa tenda masih menyimpan kapasitas tambahan,” ucap Mukhlis.
Langkah kedua, tenda petugas dialihfungsikan untuk jamaah.
“Tiga tenda petugas di wilayah Markaz 105 (Syarikah Rifadah) dialihfungsikan dan dipakai untuk menampung jamaah yang belum kebagian tempat,” paparnya.
Langkah ketiga, PPIH bernegosiasi dengan pihak Syarikah agar menyediakan tenda tambahan untuk menampung kelebihan jamaah.
“PPIH bernegosiasi dengan beberapa syarikah agar menyediakan tenda tambahan guna menampung kelebihan jamaah,” sebutnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: