Ekonomi Global Memanas Imbas Konflik Iran-Israel, Kemenperin Ungkap Industri Ini Paling Terdampak
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita, rute perdagangan maritim kritis, termasuk Selat Hormuz yang menangani 30 persen pengiriman minyak global akibat konflik Iran dan Israel-Istimewa-
JAKARTA, DISWAY.ID -- Konflik Iran dan Israel kini terus memanas, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan himbauan akan dampak terhadap rantai pasok global, terutama bagi industri manufaktur Indonesia.
Selain itu menurut Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, rute perdagangan maritim kritis, termasuk Selat Hormuz yang menangani 30 persen pengiriman minyak global, dan Terusan Suez, jalur bagi 10 persen perdagangan dunia, juga berisiko mengalami gangguan.
“Serangan baru-baru ini terhadap kapal komersial telah memaksa pengalihan rute melalui Tanjung Harapan di Afrika, menambah waktu pengiriman Asia-Eropa sebanyak 10-15 hari dan meningkatkan biaya kontainer sebesar 150-200 persen,” jelas Menperin Agus kepada Disway dan awak media lainnya di Jakarta, pada Rabu 18 Juni 2025.
BACA JUGA:Sengketa Empat Pulau Berakhir Resmi Milik Aceh, Legislator asal Sumut Apresiasi Prabowo
BACA JUGA:Simak Kunci Jawaban Metodologi Pembelajaran PINTAR Kemenag Modul 2.1, Bisa Jadi Bahan Referensi!
Melanjutkan, Agus juga menambahkan bahwa gangguan tersebut tidak ayal akan berdampak pada sejumlah sektor industri di Indonesia, contohnya sektor otomotif dan elektronik.
Pasalnya, sektor industri ini bergantung pada komponen impor untuk 65 persen produksinya, menghadapi kelangkaan semikonduktor dengan waktu tunggu hingga 26 minggu.
Sehingga berpotensi menimbulkan kerugian ekspor sebesar USD 500 juta.
Di sisi lain, industri tekstil dan alas kaki pun juga ikut terdampak konflik Iran-Israel ini.
Menurut Agus, margin laba sektor industri tekstil telah menyusut 5-7 persen akibat kenaikan biaya logistik, mengurangi daya saing dibandingkan pesaing regional seperti Vietnam dan Bangladesh.
BACA JUGA:3 Pelaku Penembakan WNA Australia di Bali Ditangkap, Ada yang Sempat Kabur ke Luar Negeri
BACA JUGA:Fakultas Hukum Esa Unggul Cetak Generasi Hukum Unggul Berstandar Internasional
Selain itu, sektor nikel dan baja Indonesia, yang penting bagi transisi energi global, juga menghadapi kenaikan biaya transportasi batubara sebesar 15-20 persen dan penundaan pengiriman tiga hingga empat minggu, mengancam kerugian ekspor sebesar USD 1,2 miliar.
“Krisis ini memperlihatkan kerentanan terhadap rantai pasok global. Gangguan tersebut berdampak pada sejumlah sektor industri di Indonesia,” pungkas Agus.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
