Hoaks Aspartam Kembali Bikin Heboh, IDI Angkat Bicara
Kembali beredar pesan berantai yang menyebut daftar panjang minuman yang diklaim berbahaya karena mengandung aspartam yang meresahkan masyarakat.-dok disway-
“Penggunaan aspartam cukup umum, terutama di kalangan individu yang sedang menjalani program penurunan berat badan. Zat ini bisa menjadi bagian dari strategi transisi dalam usaha mengurangi asupan gula, tanpa menghilangkan sepenuhnya rasa manis dari makanan atau minuman,” papar dr. Gia Pratama.
Aman atau Tidak? Ini Kata Lembaga Kesehatan Dunia Aspartam termasuk salah satu bahan tambahan makanan yang paling banyak diteliti baik oleh badan nasional maupun internasional.
BACA JUGA:Pesan Prabowo di Hari Bhayangkara ke-79: Polri Jadi Ujung Tombak Keamanan Bangsa
BACA JUGA:Kejati Banten Serahkan Berkas Korupsi Pengelolaan Sampah di Tangsel ke JPU
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) sudah menanggapi pesan hoaks yang kerap disebar kembali di situs webnya.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA), dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) semuanya menyatakan bahwa aspartam aman dikonsumsi, selama masih dalam batas konsumsi harian yang dianjurkan.
“Saya ingin menekankan pentingnya edukasi publik terkait konsumsi pemanis buatan. Penggunaan aspartam tetap perlu disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan tentunya sebaiknya dikonsumsi dalam batas wajar,” tambah dr. Gia Pratama
Pesan viral yang beredar menyebut bahwa aspartam menyebabkan kanker otak, kerusakan sumsum tulang, dan penyakit berbahaya lain, serta menyertakan daftar produk yang diklaim sebagai pemicu.
BACA JUGA:The Trillion Game: Cara Iwan Sunito Menaklukkan Dunia Properti
BACA JUGA:5 Game Penghasil Uang Tercepat 2025: Cuan Masuk, Saldo DANA Gratis!
Namun, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) secara resmi telah menegaskan bahwa informasi itu tidak benar.
Dikutip dari pernyataan IDI dalam situs Kementerian Komunikasi dan Digital, IDI tidak pernah mengeluarkan rilis atau pernyataan resmi tentang daftar minuman penyebab kanker. IDI juga menyebut nama dokter yang dicatut dalam pesan itu tidak terdaftar sebagai anggota organisasi.
Setiap pernyataan resmi dari IDI hanya dikeluarkan melalui kanal resmi dengan kop surat, tanda tangan ketua umum, dan dapat diverifikasi publik.
Penyebaran informasi palsu soal makanan dan minuman bukan hanya bisa menimbulkan kepanikan, tapi juga membuat masyarakat kehilangan kepercayaan pada produk yang sebenarnya aman dan teruji.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: