Rujak Purbaya

Rujak Purbaya

Purbaya Yudhi Sadewa saat masih menjadi dewan kehormatan LPS bertemu Dahlan Iskan di Energi Disway Podcast.--

Di zaman serba cicilan ini reshuffle kabinet pun dicicil. Ada yang diganti sekaligus diangkat penggantinya. Ada yang diganti, penggantinya sudah ada, tapi belum dilantik. Ada pula yang diganti, penggantinya belum ada dan belum diketahui siapa.

Cicilan pertamanya dua menteri: keuangan dan koperasi. Sri Mulyani diganti Purbaya Yudhi Sadewa. Budi Arie diganti wakilnya: Ferry Juliantono. Saya kenal dua-duanya.

Dengan Purbaya, saya bertemu 10 bulan lalu saat ia ke podcast saya (lihat video di bawah). Ferry, saya bertemu terakhir tahun lalu di rumah ''filsuf-selebriti'' Rocky Gerung di lereng pegunungan di Sentul.

Tentu baru dua jabatan menteri itu yang paling menarik perhatian: sorotan orang bisnis fokus ke Sri Mulyani–Purbaya. Orang politik ke Budi Arie–Ferry.

Saya juga kenal Irfan Yusuf dan Dahnil Anzar Simanjuntak –menteri dan wamen urusan haji. Irfan, kenal sejak dari bapaknya: KH Yusuf Hasyim dari Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Saya sering bertemu saat sama-sama ke rumah Capres Prabowo Subianto kala itu. Dahnil, dua kali ke rumah termasuk ketika masih jadi ketua umum Pemuda Muhammadiyah.

Dari semua menteri baru kelihatannya hanya Purbaya yang sudah dirujak medsos. Itu terkait dengan pernyataannya yang dianggap mengecilkan aksi demo besar akhir Agustus lalu.

Bahan baku ''rujak Purbaya'' itu sepotong pernyataannya saat kali pertama tiba di gedung Kemenkeu –sebagai menkeu yang baru.

Namanya saja ''rujak'', tentu bahan bakunya harus dipotong-potong. Kalau saja bahan baku itu tidak dipotong tidak akan jadi "rujak Purbaya".

Saya kembali memperhatikan ucapan Purbaya saat itu. Memang ia mengucapkan tuntutan demo 18+7 itu kecil. Tapi ada anak kalimat yang ia ucapkan, yang ternyata dipotong: "kalau ekonomi tumbuh".

Artinya: pemerintah tidak akan bisa memenuhi tuntutan itu kalau ekonomi tidak tumbuh pesat. Maka ia harus lebih dulu bekerja keras menumbuhkan ekonomi untuk bisa memenuhi tuntutan pendemo. Urusan menumbuhkan ekonomi menjadi urusan yang lebih besar.

Itulah "kelemahan'' Purbaya sebagai menteri keuangan: punya kebiasaan bicara apa adanya. Ceplas-ceplos –meski nada bicaranya tidak pernah meledak-ledak.

Padahal doktrin yang biasa dipegang seorang menteri keuangan, di mana pun, adalah ini: harus kikir bicara. Bukan berarti suka menghindari wartawan tapi harus pelit bikin pernyataan. Ucapan seorang menteri keuangan bisa menurunkan atau menaikkan kurs. Juga harga saham.

Sebagai wartawan, saya –dan Anda– benci pada pejabat yang pelit bicara. Wartawan suka dengan orang seperti Purbaya. Akan banyak kalimat yang ''layak berita'' –meski itu belum tentu baik untuk ekonomi negara.

Lihatlah gayanya hari itu. Harusnya Purbaya lebih dulu membaca teks pidato sebelum menjawab pertanyaan wartawan. Teks sudah disiapkan oleh stafnya. Tapi ia hanya lirik sekilas teks di layar HP-nya itu. Lalu mengabaikannya. "Langsung saja," celetuknya. Ia tahu. Wartawan juga tahu. Teks yang disiapkan itu hanya berisi kalimat-kalimat basa-basi.

Lalu lihatlah ketika Purbaya celingukan ke sekitarnya, mencari di mana dirjen pajak dan dirjen bea cukai. Kelihatannya agar keduanya ikut menghadapi wartawan. Ia tidak menemukan di mana keduanya. Lantas coba perhatikan celetukan apa yang keluar lirih dari mulut Purbaya: "keduanya tentara kan..."

Demikian juga saat ia menjawab soal berapa persen ekonomi harus tumbuh. Seoptimistis Purbaya pun ia tidak mau mengucapkan ''akan tumbuh delapan persen''.

"Kalau saya bilang tumbuh delapan persen pasti bohong kan?" katanya.

Tentu ada nada seloroh di situ. Tapi siapa menteri yang berani berseloroh seperti Purbaya di bawah Presiden Prabowo sekarang ini. Padahal soal delapan persen itu janji presiden yang amat penting. "Menuju ke sana," ujar Purbaya.

Jadi, akan tumbuh berapa persen? Ia pun mengucapkan kata enam atau tujuh persen. Angka itu pun bagi orang seperti Anda –dan saya– sudah terasa luar biasa hebat. Sekalian titip doa semoga tercapai.

Anda tahu: angka itu tidak mungkin tercapai lewat cara-cara yang standar seperti yang dilakukan selama ini. Harus dengan cara yang berbeda.

"Cara yang berbeda" itulah kelihatannya yang diinginkan Presiden Prabowo. Dengan cara lama kita akan jalan di tempat. Sudah 10 tahun terbukti: pendapatan per kapita kita tidak naik sedikit pun. Satu dasawarsa. Berjalan di tempat. Bahkan mundur ke USD 4.800. Kita kehilangan waktu 10 tahun. Waktu begitu mahal. Kita buang percuma.

Tentu belum ada jaminan "cara baru" itu akan lebih berhasil. Bisa saja justru berbahaya. Bukan saja mundur, malah bisa masuk jurang.

Di masa seperti inilah diperlukan pimpinan yang matang, berpengalaman, intelektual, administrator, teguh, pernah mengalami tempaan dari bawah yang panjang. Ditambah keinginan yang kuat yang didasari ideologi kebangsaan –bukan hanya didasari pikiran pragmatis-trasaksional.

Purbaya, yang saya tahu, bukan orang yang ingin jadi menteri. Bukan pemain politik. Ia polos. Termasuk tidak risi ketika mengatakan dekat dengan SBY, Hatta Rajasa, Luhut Pandjaitan, Jokowi, dan kini Prabowo.

Politisi terbiasa menyembunyikan sebagian kebenaran untuk keselamatan nasib jabatannya. Purbaya tidak. Justru Purbaya yang seperti itu –dengan celetukan apa adanya itu– yang membuat saya waswas: jangan-jangan lingkungannya akan banyak menjegalnya.

Lihatlah sikapnya soal keharusan pajak diperluas dan ditingkatkan: "hanya akan berhasil kalau ekonomi tumbuh". Itu bisa pertanda jalan baru juga.

"Jalan baru" ekonomi kita kini di tangan "orang yang baru". Purbaya bukan ekonom sejak lahir. Ia sarjana elektro. Arus lemah. Lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Ilmu ekonominya ia peroleh dari Amerika –Amerika yang lain: Purdue University. Di Indiana. Bukan dari Berkeley atau Harvard.

Di Purdue-lah Purbaya meraih gelar doktor ekonomi. Tanpa lewat program master. "Lulusan ITB kelihatannya dianggap hebat sehingga bisa langsung ikut program doktor," katanya saat podcast dengan saya.

Purdue adalah universitas pedalaman. Di Indiana. Di tengah lautan kedelai dan jagung. Saya ke kampus itu tiga bulan lalu. Ke pusat risetnya. Saya tidak tahu apakah ekonom produk kampus di basis pertanian seperti Purdue akan berpengaruh pada mazhab jalan "ekonomi baru" kita.

ITB telah melahirkan ekonom seperti Rizal Ramli, Budi Gunawan Sadikin, dan Purbaya. Dengan warna yang berbeda dari ekonom pacu jalur lurus. Pasti akan heboh.

Rizal Ramli pernah begitu ingin jadi menteri keuangan –agar bisa mengubah arah ekonomi negara. Ia berhasil mendapat jabatan itu, tapi tidak berhasil bertahan lama.

Di hari pertamanya Menkeu Purbaya juga sudah dirujak medsos. Tapi Purbaya sudah terbiasa makan asinan Bogor. Bapak-ibunya orang Bogor, sama-sama dosen IPB.

Rujak dan asinan beda rasa tapi sama-sama lezatnya: Purbaya akan menikmati keduanya.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 9 September 2025: Obat Gelembuk

Tiga Pelita Berlian

Atau mungkin koleksi buku beliau sangat banyak,, namun agar tdk memakan tempat utk penyimpanan buku2 tsb diBAKAR kemudian abunya menjadi campuran bubuk kopi yg diseduh & diminum saban hari .. hehe Seklangkong

Wilwa

@AgusS. Contoh kasus glembuk misalnya begini. Manager sebuah perusahaan memerintahkan dua supervisornya untuk menjemput direksi di bandara. Supervisor A bilang begini ke supervisor B: “Pakai mobil kamu saja ya. Mobilku jelek. Tuh ada lecetnya, ada penyoknya. Bodinya juga belum dicuci. Mobil kamu khan baru beli. Masih kinclong. Lebih pantaslah. Gimana?” Lalu supervisor B menurutinya. Begitu...Kalau gembluk disebut merayu atau rayuan maut sih boleh juga.

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

@Ketut Bagiarta.. @Wilwa.. Glembuk, khususnya "Glembuk Solo" artinya lebih ke "rayuan". Tapi tidak semua rayuan itu glembuk. “Rayuan” bisa jadi adalah rayuan biasa misalnya suami merayu istri. Sedangksn “glembuk” cenderung ada unsur "lebih" nya. Misal cara merayunya luar biasa, sehingga yang dirayu, hampir pasti mengabulkannya. Semacam rayuan maut. Ini yang positifnya. Tapi juga bisa diartikan, rayuan "maut" tapi sebenarnya negatif. Karenavrayuannya "maut", padahal, janjinya "palsu"..

Taufik Hidayat

Dua artikel terakhir CHDI yaitu Hasil Demo dan Obat gelenbuk membahas tentang harga obat di dua negara yang paling banyak penduduk nya di dunia, yang punya budaya dan pengaruh paling dominan di asia timur dan selatan yang kalau digabung jadi South east alias tenggara .. Tiongkok dan India . juga dua negara yang paling banyak menyumbang budaya untuk negeri kita walau kita kadang enggan mengakuinya ? Apalagi setelah kedatangan pengaruh dari negeri yang lebih jauh di Timur tengah . karena itu masyarakat dunia membagi pengaruh budaya dua negara ini dengan Sinosphere untuk negeri yang dipengaruhi Tiongkok dan Indosphere untuk negeri yang dipengaruhi India. secara geografi mudah ditebak yang termasuk Sinosphere antara lain Jepang dan Korea, Lalu Indonesia sesuai namanya kepulauan Hindia, atau nama samudra yang dulu sammudara Hindia dan kemudian pernah jadi samudra Indonesia dan kini kembali menjadi samudra Hindia , akan masuk ke indosphere bersama negara tetangga Thailand Laos Kamboja dll kecuali Vietnam.

Er Gham 2

Siapa sich yang bangga tidak baca buku. Abah main teka teki terus.

Hananto Saptogiri

.. Begitu banyak literatur di sekitar peristiwa ''hukum dipakai untuk membela nasib bangsa'' di India. Anda tinggal pilih buku yang mana. Membaca buku tentu banyak gunanya –meski pun ada juga yang bangga karena tidak pernah membaca buku. .. Jadi ingan rumah anggota dpr yang dijarah... Tidak ada buku disana. Juga wawancara Najwa Shihab dengan Gibran... Tidak suka baca...

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

OBAT PATEN VS GENERIK: SAMA ATAU BEDA? Secara resmi, dokter dan regulator (BPOM, WHO, FDA) menyatakan obat paten dan generik sama efektifnya karena obat generik wajib lolos uji bioekivalensi ≥ 80% dibandingkan obat paten. Artinya, secara teori, zat aktif, manfaat, dan dosisnya setara. Namun, dalam praktik klinis, perbedaan bisa muncul. Obat paten umumnya: 1). Menggunakan bahan baku lebih murni. 2). Memakai teknologi formulasi canggih (misal controlled release, nanopartikel). 3). Memiliki kontrol kualitas ketat dan konsistensi efek lebih stabil. Sementara obat generik kualitasnya bervariasi antarprodusen. Eksipien dan proses produksinya berbeda, sehingga kecepatan penyerapan dan stabilitas kadar obat bisa bervariasi. Contoh kasus: pasien epilepsi dan kanker sering tidak disarankan mengganti obat paten dengan generik karena sedikit perbedaan kadar obat bisa memicu risiko serius. Kesimpulannya: 1). Secara hukum & teori: sama efektif. 2). Secara praktik: bisa berbeda, tergantung kualitas bahan, teknologi, dan produsen. Maka, “ono rego, ono rupo” ada benarnya — tapi tidak berlaku untuk semua generik.

Denny Herbert

Pelajaran untuk Indonesia jelas: -KEDAULATAN KESEHATAN harus berbasis regulasi yang berpihak pada rakyat (Bukan pada MAFIA KESEHATAN). Bila hukum paten bisa diatur lebih adaptif, obat murah bukan sekadar mimpi. -Kolaborasi dengan industri farmasi India bisa dipercepat. Contoh nyata: Kimia Farma dengan Heplav yang menekan biaya pengobatan hepatitis B atas usulan seseorang yang Anda sudah tau. - Momentum pasca-Covid-19 harus ditangkap. Kita perlu ekosistem riset dan produksi obat/vaksin dalam negeri yang berdaya saing, bukan sekadar pasar bagi perusahaan farmasi asing. - Hukum bisa jadi instrumen keberpihakan. Sama seperti hakim India itu, diperlukan keberanian intelektual dan moral agar hukum benar-benar melindungi hak hidup masyarakat luas. Jika India bisa bertransformasi dari negara miskin menjadi pemasok obat murah dunia lewat keberanian hukum dan strategi industri, mengapa Indonesia tidak bisa melakukan lompatan serupa?

novrianto indra huseini

Kami sekeluarga mengucapkan terima kasih atas: 1. Hadirnya obat heplav 2. Video penyemangat Heplav hadir sangat membantu di keluarga kami, obat ini tidak masuk ke dalam daftar obat BPJS sehingga harus dibeli mandiri. Bapak pada waktu itu perut dan kaki sudah membesar. Teringat kasus ganti hati abah dan cerita turunanya, kami sekeluarga ciut rasanya hati ini. Semangat saja tidak cukup dalam berjuang terhadap hepatitis. Dukungan keluarga baik moril dan finansial sangat diperlukan. Bapak kamipun harus menkonsumsi heplav, sayang penjelasan dari tenaga medis kurang tersampaikan dengan baik. Obat ini dianggap seperti obat pada umumnya, yang sudah enakan tidak perlu konsumsi lagi. Dannnn ... bommm ... semakin membengkak hingga dibawa ke rumah sakit provinsi di malang. Kembali lagi tenaga medis tidak memberikan edukasi. Cuma ditanya pernah diberi lamuvidin??? Ya mana kita tahu lamuvidin itu apa. Taunya ya heplav untuk hati. Setelah itu ya mek ditanya saja. Sampai dimana peristiwa kumpulnya perusuh jilid 4 di bandung. Tepatnya di kantor yanpro land. Tiba-tiba membahas heplav. Seketika muncul ide, sambil menyerahkan lukisan karya istri saya meminta abah untuk memberikan semangat buat bapak kami. Untuk terus rutin meminum heplav, tanpa terkecuali. Hari ini berkat video pendek abah sambil memegang lukisan istri, membawa berkah. Perut dan kaki bapak kami mulai berangsur mengecil. Di tambah dengan furomite untuk memperlancar kencing. Biar cairan tubuh banyak keluar. ALHAMDULLAH

heru santoso

Note 24 (catatan perjalanan). . . . . . Dari Shanghai aku ke Wuxi. Naik kereta lambat K464. Tiket Rp 42ribu. Waktu tempuh 1.5jam lebih. Tentu kebanyakan orang pilih kereta cepat yang hanya 42menit. Perjalananku kali ini bukan masalah efisiensi waktu dan terburu-buru, namun tentang menikmati perjalanan itu sendiri. Tempat dudukku dekat jendela. Deretan kursinya tiga tiga. Di seberang saya, bapak paruh baya langsung tertidur pulas. Di sampingnya, sepasang muda-mudi asyik berbagi earphone dan menonton drama di satu layar ponsel. Beberapa penumpang mengobrol dengan kursi di sebelahnya, sambil menata barang bawaan yang kebanyakan. Aku tidak mengerti apa yang diobrolkan dan isi kardus besar itu. Sepertinya tentang barang dagangan. Seorang ibu dengan suara lembut menawarkan permen pada anak kecil yang rewel di depan. Aku sendiri memilih untuk membaca buku dan sesekali menerawang keluar jendela. Turun stasiun Wuxi aku penasaran ingin melihat keretaku dari luar. Berjalan kedepan, dan kulihat tidak berbeda jauh dengan kereta dieselnya INKA. Bahkan terkesan loko kuno, namun terawat dengan baik. Pun seperti kota Wuxi ini, banyak situs kuno namun terawat dan menjadi penyokong kehidupan untuk umur panjang warganya. ....dan bahagia, dan murah.

Muh Nursalim

Obat mahal ternyata bukan karena obatnya yang mahal, tetapi akibat aturan yang membuatnya mahal. Kalau bisa dijual mahal kenapa harus murah ?. Itulah bedanya antara pemimpin rakyat dengan pemimpinnya pengusaha. Bedanya antara wakilnya rakyat dengan wakilnya pengusaha.

Kurniawan Roziq

Semoga sang wapres baca tulisan ini di sela2 acara kenegaraan, sehingga mudeng harus ada regulasi untuk mewujudkan hilirisasi kemenyan

Bruce Wijaya

Saya tidak tau apakah indonesia sudah / akan melakukan seperti yang ada di india dengan tujuan obat bisa murah ......tapi kalo sampai saat ini tidak pernah akan di lakukan , sorry to say saya terpaksa mengatakan : orang indo lebih berani /lebih galak untuk menekan orang indo sendiri karena kalo di lihat kebijakan2nya selama ini lebih terkesan galak malak ke bangsa sendiri. arti kemerdekaan bangsa indonesia hanya dikata2 saja karena kenyataannya masih di jajah yang menjajah bangsanya sendiri.

Mbah Mars

Kadung janji saat kampanye Pak bos berupaya keras mewujudkannya saat terpilih. Sayang program MBG itu biayanya sak hohah padahal kantong cekak. Jadilah si bendahara pontang-panting cari duit. Jalan pintasnya pajak plus pangkas anggaran sana-sini. Yg bebas pangkas bahkan bebas pajak justru yg sudah duduk empuk di gedung wakil rakyat. Karena pajak menjerat, pabrik-pabrik kolaps. Badai PHK menerjang. Rakyat pun teriak dan bergerak. Dibumbui bakar-bakar dan gempur-gempur. Pak Bos merespon dengan memecat sang bendahara. Kasihan sang bendahara.

djokoLodang

-o-- Jaka Tarub - Nawang Wulan Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda bernama Jaka Tarub di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan lebat dan gunung-gunung hijau. Ia adalah anak angkat dari seorang janda tua yang bijaksana. Sejak kecil, Jaka tumbuh menjadi pemuda yang tampan, kuat, dan gemar membantu siapa pun yang membutuhkan. Suatu hari, saat sedang mencari kayu bakar di hutan, Jaka tersesat lebih jauh dari biasanya. Ia berjalan menyusuri sebuah jalan setapak hingga akhirnya tiba di sebuah danau tersembunyi. Danau itu jernih bagai kaca, dikelilingi bunga liar dan pepohonan tinggi yang rindang. Yang paling mengejutkan, Jaka melihat tujuh bidadari tengah mandi dan bermain air, tertawa riang, meninggalkan selendang mereka di batu pinggir danau. Tanpa pikir panjang, ia mendekat dan diam-diam mengambil salah satu selendang yang tergeletak… milik Nawang Wulan. Selesai mandi, para bidadari kembali terbang ke kahyangan dengan selendang mereka. Tapi Nawang Wulan panik, selendangnya hilang! Dia menangis, tidak bisa terbang kembali. Saat itulah Jaka muncul, berpura-pura baru datang dan menawarkan bantuan. Singkat cerita, ia mengajak Nawang Wulan tinggal bersamanya sampai “selendangnya ditemukan”. Hari demi hari berlalu. Nawang Wulan yang awalnya sedih mulai terbiasa hidup di bumi. Dia bahkan jatuh cinta pada Jaka, dan akhirnya mereka menikah. Dari pernikahan itu, lahirlah seorang bayi perempuan. (bersambung)

Tivibox

Orang India kalau bilang "iya" pun kepalanya menggeleng. Mungkin kita perlu belajar dari orang India, siapa tahu bisa maju seperti mereka. Karena di sini, kalau bilang "tidak" kepalanya mengangguk. Coba ingat, iklan yang dulu itu : "katakan tidak pada korupsi."

Sadewa 19

Guiness Book Of Record, sedang menentukan negara terhebat di dunia. Setelah melalui seleksi yang ketat tersisa 3 negara yang terpilih. Tiga negara itu adalah : China, India dan Konoha. Perwakilan negara itu dipersilahkan untuk presentasi kehebatan negara masing-masing. Kontestan China : Negara saya paling hebat, kami bisa membuat apapun dan menjualnya dengan murah. Mobil listrik, peralatan elektronik, pakaian apapun kami buat dan kami bisa jual murah. Kontestan India : Negara kami paling hebat. Kami bisa buat dan jual obat apapun dengan murah. Bahkan orang China juga menikmati obat-obatan murah dari negara kami. Kontestan Konoha : Negara kami paling hebat. Kami bisa buat hukum, dan peraturan dan menjualnya dengan harga murah. Siapapun yg berperkara bisa beli hukum kami. Bahkan ruangan penjara bisa dibeli. Siapapun orang di dunia, orang India maupun China pun bisa membeli hukum di negara kami. Juri Guiness World Record terkesima dengan kontestan Konoha, lalu memutuskan Negara Konoha lah Negara Terhebat.

djokoLodang

-o-- SEBELAH MATA Sudah beberapa waktu --sejak 28 Agustus-- saya melihat CHDI dengan sebelah mata. Dalam arti sesungguhnya. Dengan mata kiri sahaja. Mata kanan sedang menjalani perawatan intensif. Dirawat inap 5 hari, kemarin siang baru boleh pulang. Merawat mata harus super hati-hati. Termasuk perawatan di rumah. Harus waspada. Tidak boleh kena debu, asap. Apalagi terkena air, sama sekali tidak boleh. Salam sehat, --koJo.-

Juve Zhang

Bu SM tidak dipecat tetapi mengundurkan diri ...anda tahu rumah beliau di datangi dua kali jam 1 malam dan jam 3 malam ....panci...piring boneka lukisan diambil pendemo....konon permintaan mundur diri Bu SM ditolak sang Bos....tapi Bu SM sudah tahu beliau jadi kuda Hela di pecut terus menerus cari pajak baru....ini karena kas negara zooonk....anda tahu mbg nyedot 500 Ton amunisi.... emang negara salah arah ...pajak setengah mati setahun cuma dapat 1800 Ton....mbg sendiri 500 ton....anda waras kah????besar pasak dari tiang....Bu SM dipecut terus menerus cari lagi sumber pajak baru ......lama lama pecah kepala Bu SM ...jadi beliau jelas bukan dipecat seperti Pemain Bakal Enam atau Bosssa Judol....ini murni beliau gak kuat jadi kuda Hela....dipecut terus menerus suruh cari pajak baru....mending mundur diri....jam 11 malam ada telpon masuk Bu keluar rumah saja ada gelombang pendemo akan ke rumah ibu.....dari sana saja sudah jelas Bu SM merasa ada "misteri"....daripada stress dan stroke mending Kya Kya ke rumah di Amerika

Gregorius Indiarto

"Kalau bisa mahal, kenapa harus murah". Anda sudah tahu, itu dimana. Obat, vitamin yang bisa diproduksi sendiri, hasil karya anak bangsa, tidak begitu dihargai. Mungkin ada yang terganggu, tersaingi. Lalu si terganggu "nggelembuki" penguasa, dan dengan alasan belum ada ijin, dianggap sebagai pelanggaran yang berujung pidana, bukan diarahkan bagaimana baiknya. Sementara mengurus ijin ribet, ribet berhadapan dengan birokrasi. Pun karya anak bangsa yang lain, moblis yang heboh di era nya, yang dinyatakan tidak lolus uji emisi, sampai saat ini tidak ada kabarnya lagi. Sekarang, ketika musimnya moblis, negeri ini memilih beli. Kalau boleh beli (impor) kenapa harus produksi?! Kalau produksi sendiri penguasa dagang (penentu impor) yang rugi karena tidak dapat fee.

Jokosp Sp

GG Surya 16 dipotong cukai Rp 22.800,-. Pabrik dapatnya hanya Rp 15.200,-. ini belum dipotong cost produksi dan pengeluaran lainnya. Berarti sebenarnya harga rokok itu murah dan terjangkau sekali oleh para ahli hisap. Rokok mahal itu jelas pajak yang ditarik dari para penghisap. Rokok yang dihisap benar-benar asli, bukan rokok murahan alias KW yang cukainya palsu. Dan yang jelas bukan malah rokok TingWe ( Ngelinting dewe ) karena tidak kuat beli yang asli. Menterinya Bu Sri naiknya cukai gila-gilaan, di luar akal sehat. Dan GG jadi salah satu korban akan kebijakan menteri lulusan Ameriko sono yang katanya lulusan universitas terbaik. Ketika GG mengalami krisis, tidak ada satupun kebijakan penurunan angka cukai oleh pemerintah. Kebijakan yang membantu perusahan dengan jumlah karyawan terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, maupun dari sisi penyerapan hasil dari petani tembakaunya. Apakah akan ada sejarah baru seperti nasib karyawan Sritex terjadi di negeri ini?. Amsiong lagi-amsiong lagi. Janji tinggal janji, dan mudah dilupakan apa yang sudah diucapkan. Mana bukti 19 juta lapangan pekerjaan yang kau ucapkan?.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 190

  • ikhwan guru sejarah
    ikhwan guru sejarah
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Sutiono Gunadi
    Sutiono Gunadi
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • Sapardi ST
      Sapardi ST
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • Thamrin Dahlan YPTD
    Thamrin Dahlan YPTD
    • Thamrin Dahlan YPTD
      Thamrin Dahlan YPTD
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
  • Hendro Purba
    Hendro Purba
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Marjan
    Marjan
  • Robbi Ans
    Robbi Ans
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
  • Em Ha
    Em Ha
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • Pryadi
    Pryadi
    • Pryadi
      Pryadi
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • Pryadi
      Pryadi
    • Pryadi
      Pryadi
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Prieyanto
    Prieyanto
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Wilwa
      Wilwa
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • Bahtiar HS
      Bahtiar HS
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • Bahtiar HS
      Bahtiar HS
  • Bahtiar HS
    Bahtiar HS
  • my Ando
    my Ando
  • mario handoko
    mario handoko
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • Liam Then
      Liam Then
  • pak tani
    pak tani
    • Liam Then
      Liam Then
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Muh Nursalim
    Muh Nursalim
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • Tivibox
      Tivibox
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • alasroban
      alasroban
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Liam Then
    Liam Then
    • Tivibox
      Tivibox
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
  • Tivibox
    Tivibox
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • pak tani
      pak tani
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Lukman Nugroho
    Lukman Nugroho
    • Liam Then
      Liam Then
    • Runner
      Runner
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Wilwa
      Wilwa
    • Liam Then
      Liam Then
    • pak tani
      pak tani
    • Wilwa
      Wilwa
    • Tv Tcl
      Tv Tcl
  • Lukman Nugroho
    Lukman Nugroho
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • Liam Then
    Liam Then
    • pak tani
      pak tani
  • Lukman Nugroho
    Lukman Nugroho
    • Lukman Nugroho
      Lukman Nugroho
  • Liam Then
    Liam Then
    • Wilwa
      Wilwa
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • iwan
      iwan
    • pak tani
      pak tani
    • Gregorius Indiarto
      Gregorius Indiarto
    • Wilwa
      Wilwa
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
  • heru santoso
    heru santoso
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
  • kambing hitam
    kambing hitam
  • Kujang Amburadul
    Kujang Amburadul
    • heru santoso
      heru santoso
    • Liam Then
      Liam Then
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
  • DeniK
    DeniK
  • Kurniawan Roziq
    Kurniawan Roziq
    • Wilwa
      Wilwa
    • Liam Then
      Liam Then
  • ACEP YULIUS HAMDANI
    ACEP YULIUS HAMDANI
  • Ibnu Shonnan
    Ibnu Shonnan
  • Gerring Obama
    Gerring Obama
    • Gerring Obama
      Gerring Obama
    • Gerring Obama
      Gerring Obama
  • Eyang Sabar56
    Eyang Sabar56
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • MULIYANTO KRISTA
    MULIYANTO KRISTA
    • Wilwa
      Wilwa
    • Sadewa 19
      Sadewa 19
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
    • Wilwa
      Wilwa
  • Pryadi
    Pryadi
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Wilwa
      Wilwa
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • dabudiarto71
    dabudiarto71
  • Herry Isnurdono
    Herry Isnurdono
    • Wilwa
      Wilwa
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Tivibox
      Tivibox
  • Taufik Hidayat
    Taufik Hidayat
    • kambing hitam
      kambing hitam
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
  • Hendri Ma'ruf
    Hendri Ma'ruf
  • Lègég Sunda
    Lègég Sunda
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
  • Sadewa 19
    Sadewa 19
  • Denny Herbert
    Denny Herbert
  • Kujang Amburadul
    Kujang Amburadul
  • Lagarenze 1301
    Lagarenze 1301
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Echa Yeni
    Echa Yeni
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Sadewa 19
      Sadewa 19
    • pak tani
      pak tani
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • siti asiyah
    siti asiyah
  • rid kc
    rid kc
    • Warung Faiz
      Warung Faiz
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • my Ando
    my Ando
  • my Ando
    my Ando
    • my Ando
      my Ando
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Komentator Spesialis
      Komentator Spesialis
    • Wilwa
      Wilwa
    • pak tani
      pak tani
    • Wilwa
      Wilwa
    • Nico Gunawan
      Nico Gunawan
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • djokoLodang
      djokoLodang
  • DeniK
    DeniK
    • my Ando
      my Ando
  • Tv Tcl
    Tv Tcl
    • Azza Lutfi
      Azza Lutfi
    • Tv Tcl
      Tv Tcl
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN
    • MZ ARIFIN UMAR ZAIN
      MZ ARIFIN UMAR ZAIN

Berita Terkait