bannerdiswayaward

Siswa Korban Keracunan MBG Harus Diobati Hingga Tuntas, Bisa Berdampak Pencernaan Kronis di Masa Depan

Siswa Korban Keracunan MBG Harus Diobati Hingga Tuntas, Bisa Berdampak Pencernaan Kronis di Masa Depan

Korban keracunan menu makan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat.-Dok Jabar Ekspres/Suwitno-

JAKARTA, DISWAY.ID – Siswa korban keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) bisa saja mengalami masalah pencernaan berulang di masa depan.

Karena itu pengobatan harus dilakukan secara tepat dan tuntas.

Diketahui, kasus keracunan makanan kembali menjadi sorotan publik setelah ribuan siswa di berbagai daerah Indonesia dilaporkan jatuh sakit usai mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Program yang seharusnya mendukung kesehatan siswa justru menuai masalah serius karena makanan yang didistribusikan oleh Satuan Penyelenggara Pangan Gizi (SPPG) tidak sepenuhnya memenuhi standar higienitas.

BACA JUGA:Dokter Piprim: Satu Saja Anak Keracunan MBG Jadi Masalah, Apalagi Ini Ribuan!

Prof. Ari Fahrial Syam, Spesialis Penyakit Dalam dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), mengingatkan bahwa keracunan makanan tidak boleh dianggap remeh.

“Anak-anak yang sudah terpapar bakteri penyebab keracunan harus mendapat penanganan medis sampai tuntas. Kalau tidak, bisa berdampak pada gangguan pencernaan kronis di masa depan,” ujarnya saat dikonfirmasi Disway. 

Ia menjelaskan, keracunan akibat bakteri seperti Salmonella, E. coli, atau Staphylococcus aureus berpotensi merusak lapisan usus.

Jika tidak diobati dengan baik, kerusakan tersebut bisa meninggalkan komplikasi berupa sindrom iritasi usus, intoleransi makanan, hingga gangguan penyerapan gizi jangka panjang.

BACA JUGA:TEGAS! IDAI Sampaikan Surat Terbuka untuk Badan Gizi Nasional Soroti Maraknya Siswa Keracunan MBG

Gejala Keracunan

Gejala umum seperti muntah, diare, sakit perut, dan demam sebaiknya langsung ditangani dengan pemberian cairan rehidrasi, pengobatan simtomatis, hingga antibiotik bila diperlukan.

“Jangan berhenti hanya karena gejala hilang sementara. Harus ada observasi medis agar dampak jangka panjang bisa dicegah,” tegas Prof. Ari.

Ia juga menyoroti pentingnya evaluasi program MBG.

BACA JUGA:5.914 Siswa Keracunan MBG, Prabowo Ingatkan Jangan Sampai Ini Dipolitisasi!

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads