India Kembali Bayar Minyak Rusia Pakai Yuan China, Abaikan Tekanan Barat
India kembali melanjutkan pembayaran minyak mentah Rusia menggunakan mata uang yuan China setelah sempat dihentikan selama beberapa bulan.--I-HWA CHENG / AFP
JAKARTA, DISWAY.ID – India kembali melanjutkan pembayaran minyak mentah Rusia menggunakan mata uang yuan China setelah sempat dihentikan selama beberapa bulan.
Langkah ini menandai pergeseran baru menuju transaksi non-dolar di tengah semakin ketatnya sanksi Barat terhadap Moskow.
Mengutip laporan Reuters pada Senin 7 Oktober 2025 perusahaan minyak pelat merah India, Indian Oil Corp (IOC), telah menyelesaikan sejumlah transaksi dalam denominasi yuan untuk pengiriman minyak mentah Rusia dilansir dari United 24 Media.
BACA JUGA:BPOM Pastikan Obat Batuk yang Tewaskan 16 Orang di India Tak Beredar di Indonesia
Langkah tersebut disebut sebagai respons atas tekanan dari para pedagang minyak Rusia yang kini meminta pembayaran dalam mata uang yang bisa langsung dikonversi ke rubel.
Menurut sumber Reuters, penggunaan yuan mempermudah proses transaksi dengan pemasok Rusia, terutama karena sebagian pedagang menolak pembayaran dalam mata uang lain.
Meski demikian, harga minyak Rusia masih tetap dikutip dalam dolar AS untuk mematuhi batas harga (price cap) yang ditetapkan Uni Eropa, sementara pembeli membayar dalam nilai ekuivalen yuan.
Peralihan ini menjadi bagian dari tren global “de-dolarisasi”, yang semakin cepat akibat dampak ekonomi dari sanksi Barat setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.
BACA JUGA:Bangga! Startup RI Jadi ‘Rising Star’ di Google Maps Summit 2025 India
Dalam situasi ini, pelaku pasar mulai beralih ke mata uang alternatif seperti yuan China dan dirham Uni Emirat Arab untuk menghindari sistem keuangan Barat.
India sendiri kini menjadi pembeli terbesar minyak Rusia dengan harga diskon, menyusul embargo energi yang diberlakukan negara-negara Eropa.
Saat ini, pasokan minyak Rusia mencakup sekitar 40% kebutuhan minyak mentah India, meningkat tajam dari kurang dari 1% sebelum perang di Ukraina dimulai.
Reuters memperkirakan, strategi ini telah menghemat biaya energi India hingga US$17 miliar sejauh ini.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: