Guru Besar Prodi Farmasi Universitas Esa Unggul Jelaskan Dampak Besar Penemuan Nobel Kedokteran 2025 bagi Masa Depan Pengobatan
Guru Besar Farmasi Universitas Esa Unggul menjelaskan dampak besar penemuan Nobel Kedokteran 2025-Istimewa-
JAKARTA, DISWAY.ID - Dunia medis kembali mencatat sejarah baru. Pada 6 Oktober lalu, tiga ilmuwan cemerlang, dua dari Amerika Serikat dan satu dari Jepang, dianugerahi Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran 2025.
Mereka adalah Mary E. Brunkow dari Institute for Systems Biology Seattle, Fred Ramsdell dari Sonoma Biotherapeutics San Francisco, dan Shimon Sakaguchi dari Osaka University Jepang.
BACA JUGA:Universitas Esa Unggul Wisuda 2.204 Lulusan: Tonggak Baru Menuju World-Class University
BACA JUGA:Persaingan Masuk Unesa Jalur UTBK-SNBT Semakin Ketat! Persiapkan Hal Ini dengan Matang
Pencapaian luar biasa mereka? Mengungkap rahasia bagaimana tubuh kita mampu membedakan antara “kawan” dan “lawan” dalam pertempuran melawan penyakit.
Menurut Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed., Guru Besar Prodi Farmasi FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta, hadiah Nobel ini diberikan atas penemuan-penemuan inovatif mereka mengenai toleransi imun perifer yang mencegah sel-sel imun merusak sel tubuh kita sendiri.
Dilema Sistem Imun: Melindungi Tanpa Melukai
“Setiap hari, sistem kekebalan tubuh kita melindungi kita dari ribuan mikroba berbeda yang mencoba menyerang tubuh kita. Semua mikroba ini memiliki penampilan yang berbeda, dan banyak di antaranya memiliki kemiripan dengan sel manusia sebagai bentuk kamuflase, oleh karena itu perlu adanya regulasi dalam sistem imunitas tubuh kita,” jelas Prof. Maksum.
Ia menjelaskan bahwa sistem imun adalah garis pertahanan pertama tubuh melawan mikroorganisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan. Pasukan utama pertahanan tubuh kita adalah sel T, yang bertugas mencari, mengidentifikasi, dan membantu mengeliminasi mikroorganisme patogen atau substansi lain yang tidak diinginkan seperti sel kanker di seluruh tubuh.
“Namun terkadang sel-T ini mengidentifikasi target yang salah dan bahkan dapat menyerang sel-sel tubuh yang sehat, sehingga dapat menyebabkan berbagai penyakit autoimun seperti diabetes tipe 1 dan lupus. Trio penerima hadiah Nobel inilah yang telah mengungkap bagaimana sistem kekebalan tubuh melindungi kita dari berbagai jenis mikroba yang mencoba menyerang tubuh kita, tanpa merusak sel-sel tubuh kita sendiri,” ungkap Guru Besar Esa Unggul ini.
Penemuan yang Mengubah Segalanya: Sel T-Regulator
Menurut Prof. Maksum, temuan fundamental para pemenang Nobel ini adalah terkait mekanisme regulasi toleransi imun perifer yaitu sel T-regulator.
“Sel T-regulator, atau T-reg, yang disebut sebagai ‘penjaga keamanan’ tubuh ini membantu menghentikan sistem imun menyerang sel-sel tubuh yang sehat,” terangnya.
Yuk baca berita selengkapnya di https://bit.ly/universitasesaunggul-farmasi-nobel-disway
Apa Fungsi Sel T-Regulator?
Menjawab pertanyaan ini, Prof. Maksum dari Esa Unggul menjelaskan bahwa sel T-regulator berperan penting dalam regulasi sistem imun agar tidak menyerang sesuatu yang tidak seharusnya. Sel-sel T-regulator (T-reg) ini memastikan bahwa sistem imun tidak secara keliru menyerang jaringan sehat.
Perjalanan penemuan ini dimulai pada 1995, ketika Prof. Shimon Sakaguchi dari Universitas Osaka melakukan eksperimen inovatif pada tikus.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
