Dari Anak Kampung Tanpa Sepatu hingga Menko Kumham Imipas: Kisah Inspiratif Prof Yusril Ihza Mahendra di Wisuda Universitas Esa Unggul
Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH., MSc., Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Permasyarakatan, Menko Kumham Imipas tampil sebagai pembicara dalam acara wisuda Universitas Esa Unggul.--Universitas Esa Unggul
JAKARTA, DISWAY.ID - Grand Ballroom Hotel Pullman Jakarta Barat dipenuhi haru dan semangat ketika Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH., MSc., Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Permasyarakatan, Menko Kumham Imipas tampil sebagai pembicara dalam acara wisuda Universitas Esa Unggul.
Sosok yang kini menjabat sebagai salah satu menteri penting di kabinet tidak datang dengan retorika politis, melainkan dengan kisah hidup yang menyentuh hati dan membakar semangat para wisudawan.
Pesan Kebangsaan di Era Globalisasi
Membuka sambutannya, Prof. Yusril menyampaikan pesan kebangsaan yang sangat relevan di tengah arus globalisasi.
"Dunia semakin global, batas-batas negara makin rengang. Kita dapat bekerja di mana saja—silakan—tetapi selamanya tetaplah ingat bahwa kita adalah orang Indonesia. Nasionalisme harus tetap ada. Kita berada di era globalisasi dengan tatanan baru," tegasnya dengan penuh wibawa.
Pesan ini bukan sekadar kata-kata kosong. Yusril kemudian membawa para wisudawan menyelami perjalanan hidupnya yang penuh liku, membuktikan bahwa cinta tanah air dan kerja keras adalah kunci kesuksesan sejati.
Jangan lewatkan liputan menarik lainnya di https://bit.ly/universitasesaunggul-hukum-wisuda-disway
BACA JUGA:Universitas Esa Unggul Wisuda 2.204 Lulusan: Tonggak Baru Menuju World-Class University
Sepatu Putih dari Empat Ekor Ayam
Kisah yang paling menggetarkan dimulai ketika Yusril bercerita tentang masa kecilnya di Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
"Saya tumbuh tanpa sepatu. Jari-jari kaki saya jarang-jarang karena tidak pernah terbiasa menggunakan alas kaki," ungkap Yusril dengan tulus.
Barulah saat lulus SD, ibunya membelikan sepatu putih pertamanya, hasil dari penjualan empat ekor ayam. Sepatu yang begitu berharga itu terus dipakainya hingga SMP, bahkan sampai kakinya melepuh karena belum terbiasa.
"Itulah gambaran betapa susahnya hidup kami dulu," kenangnya.
Ayah Yusril adalah lulusan HBS (Hollandsch-Inlandsche School) yang bercita-cita kuliah di fakultas hukum, namun tidak dapat menyelesaikan pendidikannya.
Akhirnya, sang ayah menjadi Kepala KUA, mengabdi dengan sederhana untuk menghidupi keluarga.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
